ANOK 11
ANoK 11 dalam;
Day and Day
"Friday is bunda and Kimmy's day." Ucapan Dinan menyebabkan Kimmy beralih dari communication book yang dia coba baca.
Sambil baca, coba teliti cerita ini. Aku meninggalkan kata yang salah. 😌 Kasih tau aku di komen paling bawah, apa kata salah yang ada di bab ini. Good luck!
Sila melanjutkan...
Communication book adalah buku yang menjadi perantara kabar dan catatan antar orangtua dan guru kelas. Kimmy membuka lembaran demi lembaran, berusaha membaca kata yang dia bisa. Ya, usia Kimmy memang baru tiga tahun tapi dia sudah pandai mengeja karena Ana sering mengajarinya membaca semasa di NY. Lucunya Kimmy jarang membaca buku anak-anak, dia senang memilih buku milik orang dewasa. Entah itu majalah Cosmopolitan milik Ana atau koran NY morning milik Dinan. Kimmy berpikir wajar dia membaca buku-buku itu toh dia sudah big girl. Begitu pindah ke Jakarta, buku dewasa yang disenanginya adalah communication book yang ditulis oleh Miss Sandra.
She's not a baby anymore!
"Bunda nanti jemput Kimmy di sekolah. Kimmy main sama bunda dan dedek baby sampai sore, jam empat Pak Yadi jemput Kimmy lalu Kimmy diantar Pak Yadi jemput papa di kantor. Does it sound fun?"
"Sounds BIBIAN!" Kimmy mendapat kata baru itu dari Luth.
Alis Dinan menyatu, tidak paham kata unik yang diucapkan Kimmy. "What's bibian?"
"Dunno," jawab Kimmy enteng.
"Dari siapa kamu dengar kata bibian?" Dinan berharap kata baru itu bukan salah satu kata umpatan. Di masa kini, banyak umpatan baru yang muncul entah dari bahasa slang atau daerah.
"Luth say 'have bibian day, friends!' to me and Revi," jawab Kimmy. Dinan mendengarkan sambil mengambil communication book di tangan Kimmy untuk disimpan dalam tas sekolah.
"I think Luth wanted to say 'have a brilliant day, friends!'. Do you know the meaning of brilliant?" Dinan coba menguji pemahaman Kimmy dan dia menganga menerima jawaban putrinya.
"I think bibian is good word. Miss San not happy bad words. If you say bad word, you not good."
Dinan tidak pernah menyangka seorang guru bisa memberi dampak hebat pada putrinya. Jika memang demikian, dia harus mengucapkan terima kasih di lain waktu. Tentu saat dia luang bekerja.
***
Dinan tengah merapikan map kerjanya saat layar ponselnya menyala dan menampilkan nama yang sering disebut puterinya. Miss San is calling.
Apa gerangan yang membuat guru Kimmy menelepon? Yadi memberitahunya lewat pesan singkat beberapa menit lalu jika dia sudah menjemput Kimmy.
"Mau diajak makan dimana?" Suara yang ditangkap dari seberang jalur telepon. Dinan tersenyum sendirian. Tebakannya ada dua, Sandra yang tidak sengaja men-dial nomor ponselnya atau Sandra yang belum sadar panggilan teleponnya sudah diangkatnya.
"Ya, halo," sapa Dinan. Entah kenapa dia ingin menimpali tindakan guru Kimmy. "Halo... halo... Miss Sandra?" Dinan menggigit bibir bawahnya menahan tawa terhadap hasil aktingnya.
"Ini benar Miss Sandra? Anda ajak saya makan?'' Lagi-lagi Dinan masih mengeluarkan keusilannya.
"Iya, pak. Ini saya Miss Sandra. Saya berniat mengajak bapak berbicara mengenai perkembangan Kimkim di kelas," jawab Sandra ketara sangat gugup. Dinan tersenyum geli. Walau hanya lewat telepon, rasa-rasanya dia bisa membayangkan ekspresi kegugupan perempuan di sana.
"Oh begitu. Oke boleh. Dimana? Sekalian makan, miss?" Seperti kurang mengerjai Sandra, Dinan mencoba mempertegas tawaran not in purpose yang Sandra tanya.
"Ma-kan." Sandra sampai mengeja satu kata itu seolah baru kali ini mendengarnya.
"Tadi miss yang bilang ajak makan," balas Dinan dengan nada geli yang sudah tidak bisa dia tahan.
"Tidak sebaiknya di sekolah saja, pak?"
"Eum, saya belum punya waktu lowong sampai akhir tahun ini miss," jawab Dinan setelah mengecek jadwal kerjanya yang padat hingga awal tahun depan.
"Lalu kira-kira bapak bisa hadir saat PTC minggu depan?"
PTC? Ini bukan kali pertama Dinan mendengar singkatan itu tapi dia lupa. Sejenak Dinan mengingat apa arti singkatan itu dan memorinya membuka pada communication book Kimmy. PTC semacam pembagian rapor, kira-kira begitu yang ditangkap Dinan dari catatan dua minggu lalu.
"Sepertinya saya tidak dapat hadir miss," kata Dinan merasa bersalah. Ini kesempatannya mendapat laporan perkembangan Kimmy di sekolah dan dengan terpaksa Dinan harus mengutamakan pekerjaannya.
"Kalo bunda Kimkim?" Sandra memberikan solusi lain.
Selviana, seharusnya perempuan yang berstatus ibu kandung Kimmy bisa datang menggantikannya. Seburuk apapun Viana di masa lalu, Dinan melihat jelas bagaimana usahanya memperbaiki hubungannya dan Kimmy. Masalahnya hanya satu.
"Dia sedang di eropa sepanjang bulan Desember ini," kata Dinan menjelaskan situasi mantan istrinya.
"Kalau begitu kapan saya bisa bertemu bapak membicarakan mengenai kondisi Kimkim di kelas?" Tawar Sandra masih berusaha membuka celah agar Dinan meluangkan waktu.
"Saya punya waktu luang di malam hari." Harapan Dinan, Sandra akan menolaknya. Ya, tolak dia. Akan sangat aneh ada pertemuan antara dirinya dan perempuan itu di malam hari walau dalam kasus puterinya sendiri.
Apa minta diwakilkan Tante Tiara? Pikir Dinan yang ingat adik ayahnya adalah pemilik sekolah.
"Kalau bapak tidak keberatan bertemu saya di malam hari, boleh saya tahu hari apa saya bisa bertemu bapak?" Telinga Dinan menangkap jelas nada kesal Sandra di seberang.
Pasti guru muda itu berpikir dirinya adalah orangtua yang tidak punya concern pada anak kandungnya. Menghela napas letih, Dinan berkata, "Hari Rabu, saya bisa bertemu miss jam tujuh."
"Baik, pak. Rabu jam tujuh. Tolong nanti kirimkan alamat tempat bertemunya ya pak. Terima kasih."
"Sa-" belum sempat Dinan membalas ucapan terakhir Sandra, hubungan telepon mereka sudah terputus. Sekarang tinggal dia seorang menatap geli layar ponselnya.
It's a brilliant day, kata Dinan dalam hati.
"Woy, bro, happy banget tuh muka. Ada kabar baik apa?" Tahu-tahu salah satu rekan kerjanya masuk ke dalam ruang meeting yang semula hanya diisi Dinan.
"Sekolah anak gue," jawab Dinan sembari meletakkan ponsel di atas meja dan mulai menyalakan macbook-nya.
Rekan kerjanya yang bernama Yosep duduk di kursi sebelah Dinan, meletakan buku catatan dan ponselnya di atas meja lalu memutar sedikit kursinya agar nyaman berbincang dengan Dinan. "Kita hectic banget karena lo bakal dipindah ke kantor di SCBD. Tapi gue harap lo masih bisa meluangkan waktu buat anak lo."
Tanggapan Dinan hanya senyum tipis. Karena dia lebih beruntung dari kesan yang muncul atas ucapan rekannya. Bukan waktu yang menentukan jalinan ayah dan anak tapi seberapa berkualitas dia memanfaatkan waktu terbatasnya bersama Kimmy.
"Anyway, gue dengar lo lagi cari apartment dekat kantor baru di SCBD juga," kata Yosep lagi tidak terpengaruh sikap Dinan sebelumnya.
"Iya, gue niat mau cari yang dekat kantor. Simprug ke sini lumayan macet, sementara anak gue butuh sopir stand by buat dia sekolah. Any recommend?"
"Adik ipar gue mau jual unit di Ritz, kalo lo minat, gue bisa bantu kasih nomor kontaknya. Dari kantor baru, lo tinggal nyebrang terus jalan kaki. Nggak repot pakai mobil."
"Sure. Kasih gue nomornya. By the way, bisa nyicil?"
"Lo ambil kredit bank saja."
Perusahaan baru tempat Dinan bekerja memang akan memutasinya ke kantor lain. Bukan karena kinerjanya yang payah. Sebaliknya, dia mendapat rekomendasi dari atasan untuk menggantikan petinggi di kantor baru. Boleh dibilang, selain pindah, dia juga akan dipromosi.
"Banyak kreditan gue di bank," canda Dinan.
"Yang kredit Mercy dan tinggal di apartemen kelas hotel pasti bakal cepat dilirik bank dari pada yang mau buka usaha. Tinggal telepon agen marketing, ting dana lo cair." Yosep menjentikan jarinya. Dinan tertawa geli.
"Yang konsumtif yang diincar bank ya?"
"Yang konsumtif jelas bakal belanja terus dibanding yang buka usaha." Yosep terkekeh.
***
Dinan pulang bertepatan Kimmy makan nasi dan orek telur buatan Murni. Sejak tiga pengasuh Kimmy mengundurkan diri, Murni yang awalnya bertugas sebagai juru masak, cuci, dan bersih-bersih memperoleh tugas baru. Menjaga Kimmy sampai Dinan pulang.
Satu ini Dinan bersyukur Kimmy tidak berulah. Setidaknya Murni punya cara menyumpal kebawelan dan keras kepala Kimmy, makanan. Ya, makanan buatan Murni sangat lezat. Apalagi Murni senang bereksperimen membuat kue, barang tentu Kimmy bahagia.
"Kamu sudah boleh pulang," kata Dinan pada Murni. Perempuan berumur tiga puluhan itu berpamitan pada Kimmy lalu pulang.
"Kimmy makan apa?"
"Rice and scrumble egg."
"Is that yummy?" Pertanyaan Dinan yang biasa saja malah ditanggapi Kimmy berlebihan. Hidungnya mengernyit dan bibir berpura-pura mau muntah.
"Is that yuck?" Tanya Dinan khawatir.
"No, it's yum-yum," jawab Kimmy sambil menyuap satu sendok telur orek dengan nikmat.
"Kamu mengerjai papa?" Dinan sengaja membalas Kimmy dengan berakting marah.
"Papa mau?"
"Mau." Dinan sudah membuka mulutnya untuk menerima suapan Kimmy. Sendok yang dipegang Kimmy malah berputar ke dalam mulut bayi gemuk itu. Dinan menggelitik Kimmy saking gemas pada setiap tingkah bayinya dan Kimmy tertawa kegelian.
###
Jadi, ketemu kata yang salah dari cerita di atas?
Aku sengaja ngebiarin NY morning yang mestinya NY Times 😁👍 selamat buat kamu yang berhasil nemuin kesalahan ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top