Side Story: Stay (Zena's Story)

Update lagi part kakaknya Parcella👀👀

Jangan lupa komen👄

#Playlist: Bruno Mars - Marry You

Hujan turun bersahut-sahutan dengan petir. Peti mati sudah diturunkan ke dalam tanah. Air mata bercampur dengan air hujan, menyatu dalam kesedihan dan duka.

Setelah orang-orang pergi, Goldy Soedarjo masih menetap di sana, meratapi kepergian perempuan yang dicintainya. Tak peduli hujan membasahi diri, Goldy tak berhenti menangis, bersimpuh di depan makam itu, tak peduli seberapa kotornya tanah basah terkena hujan.

Selama beberapa menit Goldy diam. Ada yang menyuruhnya pulang, tapi Goldy tetap di sana. Goldy merasa bersalah atas meninggalnya Zena. Seharusnya dia menjawab panggilan perempuan itu. Jika panggilannya terjawab, Zena tidak mungkin pergi dari dunia ini.

"I'm sorry..."

Permintaan maaf terasa sia-sia. Goldy menetap cukup lama sampai langit berubah lebih kelam, memaksa Goldy akhirnya masuk ke dalam mobil dalam keadaan basah kuyup. Selama duduk di dalam mobil Goldy memukul setir kemudi berulang kali. Dia belum bisa merelakan kepergian Zena.

Masih larut dalam duka dan tangis, Goldy teringat buku diary yang diberikan polisi padanya setelah menyatakan kematian Zena murni bunuh diri.

Goldy mengambil buku diary di dalam dashboard mobil, membuka lembarnya secara acak dan mulai membaca lembar yang dibuka.

I feel so lonely.
Ternyata hidup seperti ini nggak mudah. Siapa bilang punya sugar daddy enak? Aku nggak merasa begitu. Meskipun Daneil memberikan segalanya, tapi dia jarang ada buat aku. Dia terlalu sibuk. And i know, i'm not his only one.

Punya teman banyak pun nggak menjamin apa pun. Banyak yang membicarakan di belakang. I can't pick which one is my true friend or the fake one.

Aku cuma ingin perhatian dan seseorang bisa menjadi teman bertukar pikiran dan mendengarkan setiap keluh kesahku. Meskipun itu cuma teman, bukan pacar. It doesn't matter...

Goldy tidak tahu Zena merasa kesepian seperti ini. Dia memang sering menemani Zena, tapi tidak pernah peka.

Pada saat Zena menghubunginya, dia sedang sibuk menghubungi kakaknya yang akan menikah. Tak lama setelah panggilan itu tak diangkat, ada panggilan lain yang menghubunginya. Di sanalah dia mendapat kabar Zena menggantung dirinya di rumah.

Goldy membuka lembar lainnya. Hatinya semakin hancur saat membaca isinya.

I think i love him. His name is Goldy. But you know... he's too young. Orang pasti akan menganggap dia laki-laki bayaranku daripada pacar. He's so cute! Dia selalu mendengarkan ceritaku dari A sampai Z. I feel so happy with him.

Tapi pertanyaannya, apakah aku berhak bahagia? Apa orang-orang akan mengabaikan soal perbedaan umur kita berdua? I'm not comfortable kalo ada orang yang bicarain soal perbedaan umur, terlebih tuaan aku.

Should i tell him that i love him? Or, just give up?

Goldy memukul setir mobil berulang kali, meremas rambutnya frustrasi. Mengapa dia tidak melihat tanda-tanda ketertarikan Zena padanya? Padahal dia sudah menyukai perempuan itu sejak dua tahun lalu.

"God... please give me a second chance. I want her so bad. I want make her happy and forget about this cruel world... please...," gumam Goldy penuh harap.

Namun, harapan hanyalah harapan. Goldy tahu Zena takkan kembali padanya. Zena telah pergi selamanya dan penyesalan akan terus menghantui.

👄👄👄

"Goldy! Woi, Goldy! Bangun!"

Goldy membuka kelopak matanya pelan-pelan, menemukan salah satu kakaknya berteriak tanpa henti membangunkannya.

"Apaan?" sahutnya malas seraya menarik selimut dan menyembunyikan diri tanpa berniat bangun.

"Bangun! Kita harus fitting baju buat pernikahan Kak Green. Mau disambit lo nggak datang? Gue udah bela-belain ke California cuma buat nyamper lo, ya. Jangan sampai gue menyesal datang ke sini. Kakak lo udah nunggu di New York," kata Blue, kakak kedua Goldy.

Detik itu pula Goldy bangun dengan mata melotot. Ada yang aneh. Bukannya waktu itu dia sudah fitting jas bersama kakaknya?

"Fitting baju? Bukannya udah?" tanya Goldy bingung.

"Lo fitting baju sama siapa? Kita baru mau fitting baju sekarang, Kampret. Buruan deh. Jangan bikin gue kesel." Blue menarik tirai kamar adiknya. "Lihat tuh udah pagi. Jangan ngigo mulu."

Goldy terbelalak. Dia mengambil ponsel di atas nakas, menyadari tanggal yang tertera di ponsel adalah hari kematian Zena setelah mencoba menghubunginya.

"Kita tunda besok aja, Kak. Ada hal penting yang harus gue lakuin." Goldy turun dari tempat tidur, bergegas cepat menuju kamar mandi.

"Heh! Lo gila, ya? Besok gue mau jalan-jalan. Ogah banget sampai ditun--"

"Besok aja! Gue mau kencan!" potong Goldy dengan berteriak dari dalam kamar mandi.

"Jadi, lo lebih mentingin kencan ketimbang fitting baju? Yang bener aja, Goldy! Lo mau dimarahin Mama?" Tak ada lagi jawaban. Hal ini membuat Blue kesal. "Woi, Goldy! Lo paling seenaknya, ya! Pokoknya lo harus pergi sama gue sekarang. Jangan sampai Mama ngamuk. Lo tau sendiri Mama kalo marah udah menyeramkan kayak Hulk, bahkan lebih parah lagi."

Goldy tidak menanggapi kakaknya. Dia sibuk mandi cepat, mencuci muka, dan menyikat gigi. Setelah selesai, Goldy memeluk kakaknya, hanya dengan mengenakan handuk yang dililit di pinggang.

"Gue berutang sama lo untuk kasih alasan ke Mama, Kak. See you later. Eh, tomorrow. Bye!"

Blue terbengong-bengong dengan apa yang adiknya katakan. Mencoba untuk tidak heran, tapi ini adiknya yang seenak hati. Goldy berlari keluar setelah mengenakan pakaian secara utuh.

"Heh! You little bastard! Goldy!" teriak Blue.

Goldy mengabaikan kakaknya yang berteriak tanpa henti, mengeluarkan umpatan demi umpatan kasar. Goldy tidak peduli. Dia ingin menghampiri Zena. Mungkin ini jalannya untuk mengubah takdir, menolong Zena dari rasa kesepian itu.

Berada dalam perjalanan cukup jauh dari apartemen yang ditempati, Goldy tiba di depan rumah Zena yang berada di kawasan Beverly Hills. Katanya, sugar daddy yang sering diceritakan Zena, yang memberikan rumah mewah. Goldy tidak akan peduli soal itu.

Mobilnya masuk melewati gerbang otomatis rumah Zena setelah sebelumnya sudah mengatakan akan datang. Goldy turun dengan cepat dan mencari Zena melalui salah satu pelayannya.

Ketika sudah menemukan Zena di halaman belakang, Goldy berlari dan berakhir memeluk Zena.

"Goldy! Ngapain, sih?!" pekik Zena.

"I miss you," bisik Goldy.

Kening Zena berkerut. "Sehat?"

Goldy tidak menjawab. Pelukannya semakin dieratkan. Dia tidak terlambat lagi. Dia masih bisa memeluk dan melihat keberadaan Zena.

"I really miss you," bisik Goldy parau.

"Lo kenapa sih? Ada angin apa meluk-meluk?" tanya Zena, masih terheran-heran.

Goldy menarik diri, menatap Zena dengan serius. "Nikah sama gue. Lupain soal Daneil yang nggak pernah ada buat lo dan cuma datang ketika butuh. I can give you everything you want like him."

Zena melongo. Pupil matanya melebar. Wajahnya terheran-heran.

"Are you okay? Aneh lo."

"I'm okay and i want you to be mine. Apa ada yang salah?"

Kening Zena tambah berkerut. Namun, Goldy kelihatan tidak bercanda. Hanya saja semua begitu tiba-tiba.

"Gue nggak mau nikah sama berondong," tolak Zena.

"Kenapa? Lo takut jadi bahan perbincangan orang-orang?"

"Mungkin."

"Zena, kita cuma beda tujuh tahun. Apa yang salah? Kalo pun kita beda sepuluh atau dua puluh tahun, nggak ada yang salah. Apa cuma laki-laki berumur lebih tua aja yang boleh bahagia dan menikahi perempuan lebih muda? Sementara perempuan lebih tua nggak boleh menikah dengan laki-laki muda? Apa cinta secetek itu?"

"Biasanya orang-orang akan lebih sinis sama perempuan yang lebih tua menikahi laki-laki lebih muda. Mereka pasti mikir apa yang bisa didapat dari laki-laki yang lebih muda. Atau, mereka cuma melihat laki-laki lebih muda bergantung dan mau uang perempuannya aja," ucap Zena.

"Siapa yang bilang laki-laki muda bergantung dan nggak bisa bertanggung jawab? Kalo ada yang kayak itu, nggak banyak. Lagian, lo nggak bisa menyamaratakan seseorang. Nggak perlu menyangkut-pautkan sama umurnya. Ada yang lebih tua laki-lakinya, tapi bergantung sama pasangan. Banyak," tegas Goldy.

"Kalo mereka cuma mikir laki-laki lebih tua yang bisa bertanggung jawab atau lebih pantas menjadi seorang suami, poor them. Cinta nggak sedangkal itu. Cinta itu luas. Cinta nggak sebatas itu aja. Siapapun berhak bahagia. Nggak peduli siapa yang lebih tua, kalo kita saling mencintai dan bahagia, untuk apa peduli sama omongan orang? Ini cuma tentang beda persepsi aja. Kalo mereka berpikir begitu, go ahead. I don't mind. Orang senang berkomentar. Sebaik apa pun lo, pasti ada aja yang dikomentarin," lanjut Goldy.

Zena diam mendengarkan. Selama ini dia sudah tertarik dengan Goldy, tapi dipendam karena takut akan persepsi orang-orang. Dia takut Goldy dipandang sebelah mata seperti ayah tirinya. Padahal ayah tirinya tulus dan memiliki uang banyak, tapi dikira dibiayai ibunya yang tidak punya apa-apa. Dia takut Goldy dianggap demikian.

"Kalo lo nggak yakin karena gue nggak pantas dan nggak punya apa-apa, gue akan kasih tau. Gue punya satu perusahaan di Jakarta, itu bisnis yang ditinggalin bokap buat gue. Bukan cuma bisnis itu aja, gue punya bisnis sendiri di Seoul sama teman-teman gue. Ini pure tanpa bantuan orangtua. Nggak besar, tapi bisa untuk beliin lo mobil sport. Soal pekerjaan tetap, gue mau kerja di sini cukup lama sebelum pulang ke Jakarta urus bisnis dari bokap. Gue punya apalagi? Banyak. Gue nggak mau jabarin nanti dikira lagi nyombongin diri. Selain semua itu, gue punya daftar panjang ke depan. Tapi nggak mau sendirian. Gue mau nyatuin daftar itu dengan daftar-daftar yang lo inginkan dalam hidup. Kita wujudkan bareng-bareng." Goldy menggamit tangan Zena, menggenggamnya erat, sambil menatap mata dengan serius.

Zena tahu Goldy adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan baik. Laki-laki sehebat Goldy, lulusan Seoul National University, tidak mungkin memenuhi kriterianya. Goldy sangat memenuhi kriterianya. Kalaupun tidak punya uang sebanyak Daneil, pastilah Goldy akan mengusahakan banyak cara karena laki-laki itu pekerja keras.

"I love you with all my heart, Zena. Lupain Daneil. I'll give you everything. Let me be the part of your life. Let me be the only one," tutur Goldy.

Goldy bersungguh-sungguh. Dia ingin memiliki Zena seumur hidupnya. Dia ingin menggali lebih dalam kehidupan bahagia bersama Zena. Dia ingin membahagiakan Zena dengan caranya sendiri meskipun itu harus melalui proses berliku-liku.

"Lo beneran serius, ya?"

"Gue serius, Zena. Lo nggak perlu takut dihujat karena gue akan selalu berdiri untuk lo. Gue bersedia menjadi tameng lo."

Zena seperti tertimpa bangunan. Tubuhnya membeku. Pikirannya melayang-layang ke mana-mana. Akan tetapi, detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, menyatakan bahwa dia senang bukan main mendengar deklarasi cinta itu. Dia tidak pernah merasa benar-benar bahagia bersama Daneil. Dia justru sering merasa bahagia setiap kali bertemu dan menghabiskan waktu bersama dengan Goldy.

Sekelibat bayangan kenangan pertemuan awalnya dengan Goldy muncul. Zena kenal Goldy dari sahabatnya, Erica Lee. Sahabatnya itu memiliki adik laki-laki, yang mana sahabat adiknya itu adalah Goldy. Mereka bertemu di restoran. Pada saat itu Danee Lee, adiknya Erica, datang ke restoran untuk mengantar barang milik Erica yang tertinggal. Goldy pun menemani Danee. Di sanalah mereka berkenalan dan mulai dekat. Zena bukan pecinta berondong, tapi sikap dan kedewasaan Goldy berhasil mengikis pemikirannya soal berondong manja dan menyebalkan. Goldy bahkan lebih dewasa di umurnya yang masih 22 tahun itu.

Goldy melepas gelang yang dipakai, lalu meletakkan di atas telapak tangannya. "Gue belum beli cincin. Tapi kalo lo terima dan ambil gelang ini sebagai formalitas sekarang, kita beli bareng nanti. You can choose your own ring."

Zena menahan tawa. Ini benar-benar lamaran terkonyol yang pernah ada. Sudah secara tiba-tiba dan menggunakan gelang. Dia tidak habis pikir masih ada manusia seperti Goldy.

"Will you marry me, Zena Vuola?"

👄👄👄

Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘😘🤗

Follow IG: anothermissjo

Part Zena ini emang sengaja macam isekai😂 bedanya isekai komik dari dunia modern ke dunia kerajaan gitu, ini tetep di dunia yg sama tapi balik ke waktu sebelumnya. Pengen bikin tema yg beda dan manis-manis gitu🤣

Btw, Goldy ini pernah muncul di Hello, Ex-Room Mate. Dia adik si tokoh utama di cerita itu hehe pernah muncul di Main Squeeze juga dan I A Door You👀

Salam dari Zena dan Goldy😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top