Side Story: Hello, Mom! (Zane's Story)
Sorean atau malam aku update PeCel ya!
Hai, ini side story terakhir. Ada info penting di paling bawah. Diharapkan baca cerita ini sampai habis ya ^^
Selamat membaca short story ini dan semoga suka<3<3
Komen jangan lupa kek kemarin dong :<
#Playlist: Bebe Rexha - I'm A Mess
•
•
Hari ini menjadi hari yang membahagiakan untuk Zane. Pasalnya orangtua calon suaminya akan datang ke rumah sewa yang ditempatinya di Manhattan. Zane sudah menetap di Manhattan sejak empat tahun yang lalu. Zane tidak mengencani bule, tapi mengencani laki-laki berkebangsaan Indonesia yang dia temui melalui komunitas orang-orang Indonesia di Manhattan. Zane mencintai Yahud, calon suaminya, sebanyak laki-laki itu mencintainya.
Kebetulan ibunya sedang mengunjungi Parcella di New York jadi tidaklah sulit mengunjunginya dan menemui keluarga Yahud di sini. Orangtua Yahud bela-belain datang dari Jakarta dan meluangkan waktunya untuk acara istimewa ini.
"Kamu dandan cantik tapi duduk kayak preman," tegur Lusi.
"Mama tau, kan, aku nggak feminin? Mama sendiri tau pekerjaan aku aja udah nggak ada unsur-unsur femininnya," sahut Zane.
"Iya, nggak feminin tapi tato kamu rumah Barbie. Sangat nggak feminin," sindir Lusi.
"Mau ditato bingung, jadi aku buat tato itu."
"Iya, iya." Lusi menepuk pundak Zane. "Belajar duduk manis dulu sebelum ketemu calon mertua. Jangan bikin Mama malu. Nanti dikira jiwa kamu sama Yahud ketuker."
"Mama, mah!" Zane bersungut kesal. Dia sengaja melihat ayah tirinya dan berpura-pura sedih. "Pa, masa Mama menistakan anaknya."
Lusi berdecak. "Ini anak, ya, tukang ngadu."
Zane menjulurkan lidahnya. Kesempatan dalam kesempitan. Mumpung dia sudah punya ayah lagi, dia bisa mengadu. Dulu dia tidak pernah bisa mengadu pada ayahnya karena ayahnya orang yang agak keras. Berbeda dengan Utama yang selalu memanjakannya dan adik-adiknya. Sedikit banyak Zane merasa beruntung memiliki ayah yang baik dan perhatian seperti Utama.
"Mau cara duduk Zane mirip preman atau nggak ada manis-manisnya, dia tetap manis di mata Yahud dan calon mertuanya. Mereka nggak akan mempermasalahkan soal cara duduk. Yang dilihat nanti, kan, sifatnya Zane," ucap Utama.
Zane bertepuk tangan kencang. "That's it! Papa Utama emang the best!" Dia sampai bangun dari tempat duduknya dan melakukan fist bump dengan Utama. "Yuhuuuu! Finally ada yang mengutarakan hal itu di depan Mama. I stand you, Dad!"
"Ini sebenarnya yang orangtua kandungmu itu Mama atau Utama, sih? Kamu kelihatan lebih sayang sama Utama." Lusi geleng-geleng kepala melihat kelakuan putri sulungnya. Lalu, dia melirik Utama dengan setengah melotot. "Kamu nih jangan selalu belain anak-anak. Nanti mereka manja mendadak."
Zane memeluk ibunya dari samping dan mengecup pipinya berulang kali. "Of course, you are my real Mom. I love you!" Dan dengan jahilnya, dia melanjutkan, "Tapi aku lebih sayang Papa Utama karena dia lebih lembut. Mama galak."
"Anak satu ini." Lusi mencubit lengan Zane, tidak begitu keras. Hanya saja putrinya senang pura-pura disakiti dan berakhir pura-pura memelas. "Emang ya kamu demen banget berdrama ria kalo udah di depan Mama. Bener-bener kelakuan yang perlu Yahud tau."
"Ini sebagai bentuk manjanya aku sama Mama."
Baru akan Lusi membalas, ada bunyi suara bel ditekan. Kontan, Utama langsung bergegas membukakan pintu. Sementara itu, Zane dan Lusi berdiri dengan manis. Mereka bersiap-siap menyambut Yahud.
Tak berapa lama Yahud datang bersama kedua orangtuanya. Mereka duduk setelah dipersilakan. Mereka duduk berhadap-hadapan di ruang tamu. Perbincangan pun dimulai dengan diawali pembukaan oleh ayahnya Yahud.
Zane memandangi Yahud yang menatapnya dengan penuh cinta. Laki-laki itu mengatakan 'i love you' dengan isyarat bibirnya. Zane pun membalas dengan mengatakan hal yang sama dan cara yang sama. Zane sudah berpacaran dengan Yahud selama tiga tahun lamanya. Pernikahan ini adalah keinginan yang sudah lama dipendam.
Di tengah perbincangan, ada bunyi bel terdengar. Zane langsung pamit dan membukakan pintu rumahnya. Tepat setelah dibuka, Zane terbelalak.
"Pak Brainly?" Zane gelagapan.
"Hai, Zane. Akhirnya saya bisa menemukan rumah kamu."
"What are you doing here?" tanya Zane dengan nada meninggi, tak percaya.
"Saya bingung harus menjelaskan dari mana."
"Kok tau rumah saya di sini?"
"Saya nanya sama sahabat kamu. Saya bingung harus basa-basi gimana. Tapi saya mau bilang kalo Blessing kangen sama ibunya."
Zane melongo sebentar, sebelum akhirnya mengoreksi, "Tunggu, tunggu. I'm not her mother. Bu Dakota adalah ibunya. Saya cuma ibu pengganti. Saya nggak ada hubungan darah sama Blessing. Kan, udah ada Bu Dakota, kenapa harus nyamperin saya?"
"Istri saya meninggal dua tahun lalu. Blessing sering nangis dan kondisinya sering memburuk karena kangen sama ibunya. Dia bilang ingin memeluk ibunya. Saya nggak bisa ngelihat Blessing menderita karena sedih terus-terusan. Dan akhirnya saya memutuskan mencari kamu. Betul kamu nggak punya hubungan darah sama Blessing, tapi kamu yang mengandung Blessing," ucap laki-laki itu dengan wajah memelas.
"Pak Brainly mau minta saya urus Blessing?"
"Nggak. Tolong sehari ini aja pergi sama Blessing. Sehari aja. Biar dia nggak merasa sedih lagi. Saya udah jelasin tentang kamu dan dia senang bisa bertemu ibunya yang lain. Saya mohon. Sekali aja...," mohon laki-laki itu.
Zane kehabisan kata-kata. Lima tahun lalu saat dirinya dilanda kebangkrutan dan utang sana-sini, dia bersedia menjadi ibu pengganti untuk Brainly Brown dan istrinya, Dakota. Waktu itu kondisi tubuh Dakota sangat tidak memungkinkan untuk mengandung dan kemungkinan bisa keguguran. Oleh karena itu, pasangan harmonis itu mencari ibu pengganti untuk ditumpangi dan bersedia mengandung anak mereka. Zane lah orangnya. Dikenalkan melalui sahabatnya, Zane bersedia melakukan itu. Tidak melakukan secara cuma-cuma, Zane dibayar sangat besar sampai mampu menghapus semua utang-utangnya dan membiayai hidupnya.
Namun, Zane tidak menyangka akan bertemu dengan Brainly dengan cara gila seperti ini. Ya, Tuhan! Ini hari membahagiakan untuknya dan Yahud. Calon suaminya itu tidak tahu dia pernah menjadikan tubuhnya tempat untuk bayi orang lain.
"Pak, saya nggak--"
"Mommy!"
Seorang bocah perempuan berambut pirang berlari riang setelah keluar dari mobil sedan. Seorang sopir di belakangnya mengejar, tapi tidak sampai berhasil menangkap bocah kecil itu. Bocah kecil itu langsung memeluk Zane dengan senyum riang.
"Finally i can meet my mother!" seru gadis kecil itu saat menengadah, masih memeluk Zane.
Zane tidak merasa kasihan. Dia sedang memikirkan masalah Yahud di dalam sana. Kalau Yahud tahu, apa yang harus dia katakan? Apa yang harus dia jelaskan? Alasan apa yang tepat untuk menutupi keputusan cerobohnya di masa lalu? Ibunya pun tidak tahu dia pernah mengandung dan melahirkan.
"Hey, Little Girl. I'm not your--"
"Siapa, Sayang?" Yahud muncul setelah menunggu Zane cukup lama. Dia terkejut melihat gadis kecil memeluk calon istrinya. "Who is she?"
Brainly menarik tangan putrinya, segera paham dengan kehadiran laki-laki di belakang Zane. "Let's go home, Honey," ajaknya pada sang putri.
"I don't want to. I want be here with Mommy," tolak gadis kecil itu.
"Mommy?" sela Yahud.
"This is my mother." Gadis kecil itu menarik diri, menunjuk Zane dengan senyum lebar. Lalu, dia menunjuk ayahnya. "And that's my father."
Yahud menatap Zane, dengan tatapan tajam. "Zane apa maksudnya? Kamu ibunya anak ini? Kamu udah pernah nikah?"
"Bukan, bukan, ini bukan anakku. Dia cuma--"
"Mommy, i really miss you," sela gadis kecil itu sambil memeluk Zane.
Brainly langsung menarik paksa Blessing. Gadis kecil itu berontak dan menangis kencang karena dipisahkan dari Zane.
"Mommy! Mommy!" teriak Blessing.
Brainly berucap, "Saya pulang duluan. Maaf mengganggu kamu."
"Tunggu di situ," suruh Yahud. "Jangan pergi sebelum saya tau tentang kamu dan gadis itu."
Blessing tak berhenti menangis dan memanggil-manggil Zane. Demi tidak memperkeruh keadaan, Brainly memanggil sopir pribadinya dan membawa putrinya pergi ke dalam mobil.
Zane merasa bersalah kala Blessing menangis kencang. Namun, ada hal yang perlu dia urus daripada gadis kecil itu.
"Zane! Jawab aku!" desak Yahud.
"Dia..." Zane kebingungan harus menjelaskan apa. "Uhm..."
Terlalu lama menunggu, Yahud berasumsi sendiri dan berdecak kasar. "Jadi, benar dia anak kamu?"
"Yang tadi anak saya, bukan anak Zane," sela Brainly.
"Saya nggak nanya kamu. Saya nanya Zane. Kamu bisa aja bohong," kata Yahud. Pandangan tajamnya beralih pada Zane. "Jawab aku sekarang. Siapa anak itu? Dia anak kamu?"
"Dia bukan anak aku," jawab Zane.
"Terus kenapa dia manggil kamu Mommy? Mana ada anak kecil yang manggil begitu dan seakrab itu kalo kamu bukan ibunya? Kamu nggak lagi bohongin aku, kan?"
"Geez! Aku bukan ibunya. Ibunya udah meninggal. Aku cuma ibu penggantinya. Dia manggil gitu karena...." Zane berhenti bicara setelah sadar sudah membeberkan hal yang tidak perlu.
"Ibu pengganti?" ulang Yahud. "Kamu bilang kamu nggak mau punya anak karena nggak suka anak kecil. Tapi kamu bersedia jadi ibu pengganti?"
"Itu--"
"Dasar munafik," potong Yahud, kemudian bergegas masuk ke dalam rumah.
Zane meninggalkan Brainly sendirian di luar, mengejar Yahud pergi.
"Yahud! Aku bisa jelasin," teriak Zane dari belakang.
Tak ditanggapi apa-apa, Zane berlari kecil sampai berhasil meraih tangan Yahud. Namun, tangannya langsung ditepis. Yahud menunjukkan kemarahannya. "Aku bisa jelasin. Ini nggak seperti yang kamu pikir. Aku emang nggak suka anak kecil. Itulah kenapa aku nggak ingin punya anak."
"Tapi kamu bersedia menjadi ibu pengganti. Mengandung anak butuh kesabaran dan kamu melakukannya. Aku nggak masalah dengan keputusan kamu nggak mau punya anak setelah kita menikah nanti, tapi kamu udah bohongin aku. Kamu nggak bilang pernah jadi ibu pengganti dan kamu rela melakukan itu. Kamu keterlaluan, Zane," balas Yahud dengan nada meninggi.
Suara Yahud sampai terdengar ke ruang makan. Setelah Zane pergi membuka pintu dalam waktu cukup lama, dua belah pihak keluarga sudah pindah ke ruang makan untuk mencicipi makanan. Yahud disuruh mengajak Zane masuk dan ternyata mendapatkan hal yang mengejutkan.
"Ada apa ribut-ribut?" tanya Lusi. Namun, tidak ada yang menjawab. Baik Zane maupun Yahud. Keduanya hanya diam, dengan menunjukkan ekspresi yang sulit ditebak.
Yahud menatap Zane, dengan penuh kekesalan. "Kita nggak perlu melanjutkan hubungan ini. Aku nggak mau menikahi pembohong seperti kamu. Sekali kamu berbohong, maka akan ada kebohongan lainnya."
"Apa?" Zane menatap Yahud. Detak jantungnya seakan berhenti selama beberapa detik. "Kamu batalin cuma karena hal ini? Aku bilang bisa jelasin. Kenapa kamu nggak mau dengar versi lengkapnya?"
"Cuma karena hal ini? Apa kamu pikir sesimple itu?" Yahud meninggikan suaranya. "Aku mau punya anak. Aku pengen punya penerus. Tapi karena kamu, aku bersedia mengesampingkan itu dan menerima keputusan kamu soal childfree. Dan sekarang aku tau kamu jadi ibu pengganti. Kalo kamu nggak mau punya anak, kamu nggak akan menerima hal semacam itu."
Yahud menarik tangan ibunya. "Ayo, kita pergi, Ma. Pernikahan ini batal."
Lusi tidak mau menyela, dia sudah dapat menangkap maksud ucapan Yahud. Putrinya tidak mengatakan apa-apa setelah ditinggalkan Yahud. Ada raut wajah sedih di wajah putri sulungnya itu. Lusi diam cukup lama, membiarkan putrinya menenangkan diri dari pembatalan barusan.
"Kamu mau cerita tentang ibu pengganti yang dia bilang?" tegur Lusi.
Zane berjongkok, mengacak rambutnya frustrasi. "Sialan! Sialan!"
👄👄👄
Jangan lupa vote dan komentar kalian😘🤗🤗
Follow IG: anothermissjo
Pilih mau cerita mana yang kujadikan spin off?
1) Zane - Brainly - Blessing
2) Zine - Zenius
3) Zuna - Rafdal
4) Zena - Goldy
-----
Salam dari Zane dan Brainly
Versi gondrong hehe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top