Prolog

In collaboration with lyanchan <3

#Playlist: Everglow - Dun Dun

Kesibukan yang mendera membuat Parcella terpaksa melewatkan acara makan malam keluarga. Parahnya lagi, dia melewatkan prosesi sumpah pernikahan ibunya di gereja. Kakak-kakaknya mengomel saat dia menyalakan ponsel, ketika tiba di Jakarta. Mereka bilang, dia tidak perhatian kepada sang ibu. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Dia memang sibuk karena perusahaan yang menaunginya akan mengadakan acara besar. Sepupunya—Eugene—juga sama sibuknya.

Parcella datang mengenakan gaun yang diberikan ibunya beberapa minggu lalu. Karena datang bertepatan saat pesta resepsi, dia sampai tidak sempat mengubah model rambutnya menjadi lebih indah. Merias diri pun seadanya saja. Walau sudah tiba 25 menit lalu, dan sudah ada makeup artist yang siap merias dirinya, tapi dia tidak mau terlambat lagi. Kakak-kakaknya bisa ceramah tanpa henti.

Seperti sudah ditakdirkan dimarahi keempat kakaknya, Parcella dihadang kakak-kakaknya begitu masuk ke dalam ballroom hotel. Keempat kakak kembarnya yang diisi perempuan-perempuan cerewet itu memasang wajah siap mengomel.

"Duh, Parsel. Lo kebiasaan, deh. Mama sedih tahu lo melewatkan semua acaranya," mulai Zine Ovula, kakak ketiga.

"Gue aja balik dari Berlin udah dari dua minggu sebelum pesta hari ini," sambung Zuna Calcula, kakak keempat.

"Parah banget, sih, lo. It's our mom's big day tahu!" sela Zena Vuola, kakak kedua.

"Lebih baik lo temuin Mama dulu. Belum lihat bokap tiri kita secara langsung, kan?" celetuk Zane Cucalla, kakak pertama.

Belum apa-apa Parcella sudah pusing mendengar Za, Zi, Zu, dan Ze. Dia memanggil keempat kakak kembarnya seperti itu supaya tidak pusing karena mereka kembar identik. Satu-satunya yang membedakan keempatnya hanya tato dan tahi lalat. Kalau tidak, dia pusing membedakan mereka.

"First of all, I'm sorry. Avona's Heart mau ngadain acara makanya gue ambil cuti mepet dan baru datang sekarang. Kedua, gue mau nyamper nyokap. Ketiga, lo berempat jangan berjejeran kayak gini. Gue pusing lihatnya. Berasa lihat Naruto nunjukkin ilmu Kage Bunshin tahu," balas Parcella dengan cara bicaranya yang cepat. Biar saja kakak-kakaknya pusing.

"Ya, udah, sana samper Mama," suruh Zine.

"Eh, mana Eugene? Pulang bareng lo, kan?" tanya Zane.

"Gue nggak tahu dia di mana soalnya gue bilang mau nyamper nyokap." Parcella merapikan gaunnya yang belum rapi. "Ya, udah, gue samper nyokap dulu. Ada di mana, sih, Mama? Gue nggak lihat dia ada di sekitar sini."

"Gue lihat Mama di ruang VIP. Lagi nyapa teman-teman arisannya di sana. Ruangannya ada di pojok sebelah kanan." Zuna memberi tahu.

"Oke, deh. Gue cabut dulu."

Parcella beranjak menuju ruang VIP. Ibunya menikah lagi setelah sepuluh tahun menjanda dengan seorang laki-laki berumur 28 tahun, Utama Runtuh Jiwa Wirawan. Parcella sebaya dengan ayah tirinya. Perbedaan umur ibu dengan ayah tirinya sejauh 21 tahun. Parcella tidak mau peduli soal umur—yang terpenting ibunya bahagia. Sebab, semua anak ibunya menetap di luar negeri termasuk dia. Setidaknya ada yang menjaga dan menemani ibunya.

"Mama!" Parcella menyapa setelah menemukan ibunya—Lusi.

"Oh, My God! My Babyyyy!" Lusi berhambur memeluk putrinya sebentar, lalu menarik diri sambil mengusap wajah sang putri. "Akhirnya, kamu datang juga. Parah, deh, kamu datangnya baru sekarang."

"Mom, I told you. Aku sibuk banget." Parcella mendesah kasar. "Yang penting aku datang saat resepsi. Mana, nih, Papa Utama? Apa udah kabur ke pelukan perempuan yang lebih muda?"

Lusi memukul lengan putrinya. "Kamu nih ya senang banget ngeledekin. Utama lagi nyapa teman-teman arisan Mama. Itu di sana." Dia menunjuk suaminya yang tengah bersalaman dengan teman-temannya.

"Hati-hati ada yang makan temen, Ma. Papa Utama ganteng, lho!" Parcella tidak berbohong waktu mengatakan ayah tirinya tampan. Ya, memang setampan itu. Apalagi tubuhnya berbentuk sempurna dengan otot-otot kekar yang luar biasa. Tipikal laki-laki hobi nge-gym.

"Mudah-mudahan sih nggak ya." Lusi tertawa pelan. "Kalo ada yang—eh, bentar. Papa!" panggilnya setelah melihat seorang pria melewatinya.

Pria itu berhenti dan bertanya, "Ya, Lusi?"

"Pa, kenalin. Ini anak bungsuku. Kalau tadi udah lihat kakak-kakaknya, ini adiknya. Dia baru datang karena terlambat. Namanya Parcella." Lusi memeluk lengan Parcella. Sejurus kemudian, dia menunjuk pria di depannya. "Cel, ini ayahnya Utama. Namanya Pexel."

Detik itu pula mata Parcella membulat sempurna. Tidak mungkin. Sial! Dia tidak mungkin tidur dengan mertua ibunya, bukan? Tolong, tolong, dia berharap ini hanya mimpi. Yang benar saja!

👄👄👄

Halooooo! Ini adalah kolaborasi terbaruku dengan Kak Lyan lyanchan 😍😍😍

Gimana prolognya? 😍😍

Ini cerita agegap pertama yang kubuat nih di sini ehehe🙈 (maksudnya yang beda umurnya jauh😂😂) ini juga dewasa gitu jadi semoga suka ya!❤

Jangan lupa baca ceritanya Kak Lyan lyanchan yang judulnya A Night Before You❤❤❤

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Salam sayang dari Parcella😍😍

Bukunya bisa kalian pesan di bawah ini👇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top