After - 9
Semakin malam semakin hawwwt🤣🤣🤣
Yokkk vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya😘😘😘🤗
#Playlist: The Weeknd - High For This
•
•
Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan....
Parcella berhenti menghitung di dalam hati. Ini bukan menghitung untuk memberi jeda bicara dengan Kadon. Bukan. Dia sedang menghitung jumlah laki-laki yang melakukan one night stand dengannya. Hitungannya barusan tampaknya salah. Tidak mungkin sebanyak itu.
"Kamu mau bicara soal apa? Mau bahas kaburnya kamu dua bulan lalu?" goda Kadon dengan senyum miringnya.
"You..." Parcella menahan mulutnya mengeluarkan umpatan kasar. Dia tidak boleh terpancing. "Bisa nggak sih lupain masalah itu?"
"I can't. Kamu kabur gitu aja. Kamu pikir aku tempat having sex doang?"
Parcella melotot. "What the fudge?!"
"I want to remind you. Kita bukan one night stand. But, half night stand. You just--mpp...." Bibir Kadon tak bergerak karena ditutup dengan telapak tangan Parcella.
"Shut up! Bisa nggak sih lo nggak big mouth kayak gitu? Ngeselin!" omel Parcella.
Kadon menurunkan tangan Parcella dan menahan tangannya. "Kenapa? Ada hati yang lo jaga? Gue bukan big mouth, tapi gue mau ingetin masa-masa kita dulu. Gue mau balik lagi ke masa itu."
Ada hati yang lo jaga? Parcella mengulang kalimat itu di dalam hatinya. Tidak. Tidak ada hati yang perlu dia jaga. Satu pun tidak ada. Pikiran lainnya muncul begitu saja. Lo jagain hatinya Opa Pexel, Bego! Sedetik kemudian, Parcella menyingkirkan kata-kata itu. Pikirannya seperti terpecah menjadi dua kubu.
"Gue nggak mau lo bahas itu di depan Davares ataupun Opa. Awas lo!" kecam Parcella.
"Iya, Cella Sayang." Kadon mengerlingkan mata genitnya pada Parcella.
"Ini anak! Ish!"
Parcella hendak membekap mulut Kadon sekali lagi karena dia malu dilihat beberapa orang yang ada di dekat mereka. Sialnya nasib sedang buruk. Kakinya tersandung hingga menyebabkan tubuhnya menabrak tubuh Kadon yang tidak mengantisipasi apa pun. Alhasil Kadon jatuh ke belakang dengan Parcella berada di atasnya.
"I can see your boobs from here." Kadon berucap dengan arah mata tertuju pada bagian dada Parcella. "What a great view."
Parcella menurunkan pandangan dan melihat dadanya. Sial! Ternyata bagian dadanya seperti akan keluar dari dress cantik ini. "Tutup mata lo atau gue colok sekarang juga!" suruhnya tegas.
"Mana bisa." Kadon tetap memerhatikan dada Parcella. "Kenapa nggak rewind kejadian waktu itu? Gue rem--"
Parcella tahu apa yang akan dikatakan Kadon. Mulut mesum itu pasti akan mengatakan sesuatu yang frontal. Dia pun memotong kalimatnya yang belum selesai. "Shut up! Jangan ngomong lagi!"
Kemudian, Parcella berusaha berdiri. Dia tidak mau dikira orang-orang sedang bermesum ria di dekat kolam renang.
Pada saat yang sama Pexel membuka pintu menuju kolam renang dan menemukan pemandangan yang tidak terduga. Pexel berdeham seiring langkah yang semakin mendekati Parcella.
"Parcella," panggilnya.
Parcella terkejut dan buru-buru mengalihkan pandangan. Begitu Pexel mengulurkan tangan, dia tidak menolak dan segera menyambut uluran tangan itu. Pexel mengambil jas miliknya yang terlepas dari pundak Parcella dan tergeletak di samping Kadon. Dengan cepat Pexel menutupi pundak Parcella dengan jas miliknya seperti sebelum pergi.
"Gue duluan," pamit Parcella pada Kadon.
"Oke. See you next time, Cella." Kadon mengerlingkan mata genitnya sambil tersenyum miring.
Parcella menarik Pexel dengan cepat meninggalkan kolam renang. Tanpa sadar dia menggandeng tangan Pexel.
"Kamu bahas apa sama Kadon sampai jatuh begitu?" tanya Pexel. Suaranya menyiratkan kecemburuan.
"Bukan apa-apa. Tadi kesandung makanya jatuh. Untung Opa datang jadinya aku bisa berdiri dengan cepat," jawab Parcella sambil memaksakan senyum.
"He's one of your boy toy right?" tembak Pexel.
"Hah? Nggak lah. Boy toy dari mana," elak Parcella sambil tertawa kecil.
"Cara dia nyentuh pinggang kamu beda."
Parcella terkejut. Pexel memerhatikan cara Kadon menyentuh pinggangnya? What the fudge?! Sedetail itu?
"Opa cemburu?" goda Parcella. Pandangannya tertuju pada Pexel meskipun kaki tetap melangkah maju. Dia tidak peduli menabrak apa pun karena ada Pexel yang bisa menjadi mata untuknya.
Pexel menghentikan langkah mereka. Sambil tetap bergandengan tangan dengan Parcella, dia menjawab, "Iya. Saya cemburu."
Parcella diam selama beberapa saat mencerna pengakuan itu. Niatnya dia hanya bercanda, tapi ditanggapi serius.
"O-O-Opa se-se-serius?" tanyanya terbata-bata.
Pexel memangkas jarak di antara mereka, berhasil membuat Parcella mundur dan menabrak dinding yang ada di belakangnya. Mereka masih di lorong sebelum masuk ke dalam ballroom.
Tiba-tiba saja Pexel menelusupkan tangannya di belakang punggung Parcella. Beruntung ada jas yang menutupi, jika tidak pasti ketahuan.
Pexel mengusapkan tangan kokohnya di punggung Parcella. Dia mendekatkan bibirnya di telinga Parcella. "Saya serius. Saya cemburu."
Parcella meneguk air liurnya memandangi tatapan dalam Pexel. Rasanya seperti sedang diamati dalam konteks yang lebih mesum.
"Kita pulang. Saya nggak mau kamu ketemu manusia itu lagi." Pexel menarik tangannya dan menggenggam tangan Parcella seperti sebelumnya.
"Eh? Udah salaman sama yang nikah?" tanya Parcella.
"Udah."
Parcella diam tak bertanya lagi. Pexel kelihatan benar-benar cemburu. Tak ada yang bisa Parcella lakukan selain mengikuti Pexel pulang.
👄👄👄
Ini hari kedua Parcella di Bali. Dia tidak menyangka Pexel akan lebih sibuk dari perkiraannya. Namun, dia tidak mendengar Pexel mengatakan apa-apa setelah kejadian kemarin. Ini aneh. Dia sampai kepikiran. Bahkan saat mereka pulang, Pexel diam tanpa mengatakan satu kata pun.
Parcella pusing dibuatnya. Karena tidak mau memikirkan itu terlalu jauh Parcella memilih berenang dengan mengenakan bikini bermotif bunga berwarna pink.
Berenang menjadi salah satu hobi Parcella. Dia sempat ingin menjadi atlet renang profesional. Sayangnya cita-cita itu kandas karena suatu hal.
Kala Parcella tengah berenang, ada Pexel yang baru saja pulang. Pexel memerhatikan Parcella berenang. Dia melihat bakat terpendam perempuan itu. Senyum pun tak bisa disembunyikan.
"Astaga!" Parcella terkejut saat berhenti dan menyadari keberadaan Pexel. "Sejak kapan Opa di situ?" tanyanya.
"Sejak tadi." Pexel mengambil bath robe di atas kursi berjemur dan menyerahkan pada Parcella. "Saya mau ngajak kamu lihat sunset. Cepat mandi."
Parcella memicingkan matanya. "Opa aneh ya. Kemarin diem aja kayak robot. Terus sekarang ngajakin lihat sunset? Waras, Opa?"
"Kayaknya udah nggak waras." Pexel mengulurkan tangannya. "Cepat naik sebelum saya berubah pikiran."
Parcella menolak uluran tangan Pexel dan naik sendiri menginjak tanah. Dia memakai bath robe yang diberikan Pexel.
"Aku mau mogok ngomong kayak Opa kemarin." Parcella berjalan pergi meninggalkan Pexel. Dia hanya ingin pura-pura supaya bisa memancing Pexel dan menjelaskan kenapa kemarin mengabaikannya.
Sudah setengah jalan Parcella tidak mendengar Pexel memanggil atau mengejarnya. Parcella menoleh ke belakang, kakeknya masih berdiri di tempat yang sama.
"Wah... kakek itu tukang ngambek," ejeknya pelan. "Gue nggak boleh nikah sama manusia kayak gitu. Bisa-bisa dicuekin seumur hidup kalo bikin cemburu berulang kali dalam sehari."
Parcella tetap melangkah tanpa memedulikan Pexel. Meski begitu dia tak berhenti mengejek dan membicarakan Pexel dengan kalimat-kalimat jelek.
Pada saat Parcella akan menutup pintu, dia melihat tangan besar menahannya. Melihat dari celah pintu yang masih terbuka Parcella melihat Pexel.
"Mau ngapain, Opa?" tanya Parcella pura-pura jutek.
"Ada yang ingin saya bicarakan," jawab Pexel.
"Bicarain apa?" Parcella menarik tangannya dan membiarkan pintunya terbuka. "Opa ngomong aja. Aku mau mandi. Aku dengerin dari kamar mandi. Pintunya aku buka."
"Kamu nggak takut saya masuk seenaknya?"
"Nggak. Opa, kan, kakekku."
"Kamu nggak pernah nonton berita ya? Ada kakek yang memperkosa cucunya. Itu kakek kandung. Gimana saya yang bukan kakek kandung kamu."
"Kalo pun Opa masuk, ya udah. Kita melakukan atas dasar sama-sama mau. Terus apa yang salah?" Parcella mulai masuk ke dalam kamar mandi dengan menenteng beberapa pakaiannya.
Pexel mengunci pintu kamar Parcella. Dia tidak mau ada yang masuk sembarangan. Lalu, dia berjalan menuju kamar mandi dan berakhir bersandar di pintu yang terbuka.
"Berarti kalo kita melakukan itu sekarang, itu atas dasar sama-sama mau?" tanya Pexel.
"He-em," sahut Parcella yang mulai sibuk menyabuni tubuhnya.
Pexel mendesah kasar. "Semalam saya diam karena memikirkan perasaan saya. Semalam saya cemburu lihat kamu sama Kadon. Perasaan cemburu itu semakin meyakinkan saya akan perasaan saya untuk kamu. Ini pertama kalinya setelah sekian lama saya merasa sejatuh ini untuk seseorang. Saya nggak mau kita hanya sebatas kakek tiri dan cucu tiri."
"Fak!" umpat Parcella. "Mana sih pencetan pancurannya? Kok nggak bisa gue raih?"
Pexel melepas sepatunya dan mendekati Parcella yang berada di bagian pancuran kamar mandi. Dia membantu Parcella menyalakan pancurannya.
"Tadi Opa bilang apa?" ulang Parcella seraya membersihkan tubuh dan rambutnya dari sabun dan shampoo.
"Saya harus ulang dari awal?"
Parcella mengangguk. "Iyalah. Bahas apa sih? Tadi aku lagi fokus keramas sambil nyanyi-nyanyi jadi nggak kedengeran."
Pexel diam saja. Dia justru membuka satu per satu kancing kemejanya dan melucuti pakaian yang lain sampai tidak mengenakan apa pun. Setelah itu, dia masuk ke dalam ruang pancuran yang sama dengan Parcella.
"Saya mandi dulu," kata Pexel.
"Eh?! Kenapa mandi di sini?" Parcella melotot tak percaya setelah melihat tubuh telanjang Pexel. Sayangnya mata dia nakal sampai berulang kali hanya memandangi bagian yang berukuran tak biasa di bawah sana. "Aduh, mata sialan. Berkhianat banget," gumamnya pelan.
"Kamu merhatiin terus. Kenapa? Terkagum-kagum?" goda Pexel.
"Ih... nggak." Parcella memunggungi Pexel. Dia sudah selesai mandi dan hendak keluar. Namun, dia tidak sempat keluar karena Pexel memeluk tubuhnya dari belakang. "Opa, mandi sendiri aja. Aku udah selesai."
"Kenapa nggak kamu temenin?"
"Papa Utama tau nggak ya bapaknya mesum gini?"
Pexel tertawa kecil. Di bawah pancuran air yang terus mengalir, Pexel mulai menurunkan tangannya pada bagian bawah Parcella. Dia memasukkan jari telunjuknya ke dalam bagian sensitif Parcella. Tidak hanya satu, dia melancarkan satu jari lagi sampai suara erangan lolos dari mulut Parcella.
"Mesum-mesum gini kamu menikmati sentuhan saya," bisiknya parau sambil menggigit pelan telinga Parcella.
Parcella merasa dijebak dengan kegiatan sialan yang memicu rasa senangnya. Parcella benci dirinya yang mudah terbuai sentuhan Pexel. Sungguh, dia harus menghentikan ini sekarang juga sebelum semakin menggila.
"Opa, aku udah..." Parcella menggigit bibir bawahnya menggantung kalimat saat Pexel menggesek miliknya di sela bokongnya. "Ja-ja-jangan dilanjut," larangnya gelagapan.
"Kenapa? Kamu suka, kan?" goda Pexel.
Parcella menahan bibirnya untuk tetap menutup rapat. Jangan sampai dia mengatakan 'iya'. Pokoknya dia pura-pura tidak menyukainya.
Seketika Parcella menyesali keputusannya karena diam saja. Pasalnya Pexel semakin gesit menggodanya. Meremas dadanya dan tak berhenti menggesek milik pria itu di bagian bokongnya. Jari-jari Pexel yang bebas mengacaukan bagian bawahnya sampai mencapai orgasme berulang kali.
Parcella tidak bisa mundur setelah Pexel membalik tubuhnya dan menghimpitnya di dinding. Satu kakinya diangkat dan kaki lainnya dibiarkan untuk menopang tubuh. Detik itu pula Pexel meloloskan miliknya ke dalam diri Parcella.
Gerakan demi gerakan kasar terjadi begitu saja mengikuti insting hasrat mereka yang bergelora. Parcella nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya kalau Pexel tidak menahan pinggangnya.
Hujaman demi hujaman pun semakin kaut dan tidak beraturan. Kegiatan panas di bawah guyuran air pancuran terus berlanjut sampai keduanya mencapai pelepasan. Semburan cairan yang banyak sampai tidak tertampung dan turun membasahi sela paha Parcella. Ketika pelepasan berakhir, tubuh Parcella terhuyung dan Pexel sigap memeluknya.
Mereka berdua membersihkan diri. Sebelum sempat membersihkan diri, mereka melakukannya sekali lagi dengan lebih menggebu-gebu. Setelah merasa cukup dengan ronde lanjutan itu, mereka benar-benar membersihkan diri sampai bersih.
"Ini yang dinamakan sama-sama mau, kan?" bisik Pexel.
Parcella tidak bisa mengelak. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Opa!"
"Hm?"
"Shit!" Parcella mengumpat seraya menunjuk miliknya. "Opa... jangan bilang tadi..."
"Tadi apa?"
"Aaarrrghhh!" Parcella panik sendiri. "Kita nggak pakai pengaman dan aku lagi nggak minum pil kontrasepsi. Kalo hamil gimana? Ya, Tuhan... ini bisa hamil!"
"Ya, berarti kamu nggak bisa lepas dari saya. Berjodohnya sama saya." Pexel mematikan pancuran dan kemudian mengambil handuk.
"What?! Gila kali ya! Mama bisa ngira aku udah gila karena tidur sama kakek sendiri!"
Pexel sudah melingkarkan handuk di sekitar pinggangnya. Lalu, menatap Parcella dengan tatapan santai.
"Parcella, ada dua hal yang perlu ditekankan di sini. Satu, saya cuma kakek tiri. Kedua, jauh sebelum kita tau hubungan rumit ini, kita udah kenalan duluan di New York. Dan kita udah pernah melakukan itu jauh sebelum mengetahui status sebagai keluarga baru," tegas Pexel.
"Ya, tetep aja. Bukan––eh, kok malah pergi sih?! Opa Pexel! Heh! Pexel!"
👄👄👄
Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘🤗
Follow IG & Twitter: anothermissjo
Jangan lupa baca A Night Before You punya Kak Lyan ya😍😍❤ lyanchan
Opa Pexel makin meresahkan ya, Bunda🤣🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top