After - 8
Yuhuu update lagi hehe😘😘🤗
Yokkk vote dulu ya terus komen😘🤗
Ini yang baca 2k tapi yan komen kaga ada seratus🤣 apa mau aku bikin target aja?🤣🤣
#Playlist: Ost Fast And Furious - Next Level
•
•
Parcella baru saja tiba di Bali pada sore hari. Baru bernapas sebentar, dia sudah disuruh berdandan yang cantik. Pexel tidak sebatas menyuruh saja karena pria itu sudah memesan jasa make up artist ternama, hair stylist, dan fashion stylist. Parcella tidak tahu kenapa sampai Pexel menggunakan jasa sedetail ini. Parcella tidak membantah dan menuruti semua keinginan Pexel, termasuk menggunakan backless dress. Dia yakin pemilihan backless dress ini supaya Pexel bisa menyentuh atau meraba-raba punggung indahnya.
Setelah cukup lama berkutat di dalam ruang khusus merias, akhirnya Parcella keluar dari ruangan itu. Tempat yang mereka pijaki sekarang ada vila mewah yang dimiliki Pexel.
Ketika Parcella keluar dengan tampilan seksi nan menawan, Pexel terpaku selama beberapa menit mengamati keindahan ciptaan Tuhan yang nyata.
"Gimana, Opa? Cocok nih pakai warna merah?" Parcella bertanya seraya memutar tubuhnya supaya Pexel dapat melihat dengan jelas. Melihat tak ada respons apa-apa, Parcella memanggil lagi. "Opa?"
Pexel tersentak dan segera tersadar dari lamunannya. Dia terpesona. Parcella cocok mengenakan backless dress berwarna merah terang. Bagian leher dress-nya berbentuk huruf V sehingga dia bisa melihat tulang selangka Parcella. Bahunya yang indah terekspos sempurna. Sepertinya dia salah memilih dress karena semua orang akan menikmati betapa sempurnanya tubuh Parcella, terlebih dadanya yang berisi.
"Bagus kok, tapi baru sadar terlalu terbuka," komentar Pexel.
"Mau nggak terbuka? Pakai gamis," cetus Parcella.
Pexel tertawa dibuatnya. Tanpa banyak bicara Pexel mendekati Parcella seraya melepas jasnya. Setelah itu, dia menyampirkan jasnya di bagian pundak Parcella sampai lekukan bahu indah itu tertutup dengan sempurna.
"Saya nggak mungkin beli dress baru pada jam ini. Saya yakin fashion stylist-nya juga punya dress yang mini-mini. Jadi jangan dilepas sampai acara selesai." Pexel mengingatkan.
Parcella sempat tertegun memandangi Pexel ketika mengatakan kalimat itu. Suaranya yang berat dan mendominasi rasanya siap menelannya dalam lautan pesona pria itu. Untung saja Parcella buru-buru sadar dan mengangguk.
"Ayo, kita pergi." Pexel mengulas senyum sembari mengulurkan tangannya pada Parcella. Tidak membutuhkan waktu lama karena Parcella segera menyambut uluran tangannya.
Mereka berdua pergi meninggalkan rumah dengan diantar sopir pribadi yang biasa mengantar Pexel ke mana-mana selagi di Bali. Setelah dua puluh menit, mereka tiba di salah satu hotel bintang lima. Mereka turun dan berjalan santai menuju ballroom.
Pesta yang dihadiri adalah pesta resepsi pernikahan anak dari salah satu rekan bisnis Pexel yang akan ditemui esok hari. Pexel tidak mungkin absen karena dia menghargai rekannya itu.
"Pestanya meriah banget. Ini siapa yang nikah, Opa?" tanya Parcella ingin tahu.
"Iya, banyak artis yang diundang." Pexel memberitahu. Parcella tampak terkejut. "Kamu udah nggak pernah mengikuti perkembangan artis yang mengisi pertelevisian Indonesia? Yang menikah adalah anak dari rekan bisnis saya. Kenalan anaknya artis-artis."
Parcella menggeleng. "Aku cuma ikuti Chris Evans, Brad Pitt, ya begitu. Kalau artis Indonesia udah jarang banget. Nonton filmnya aja udah hampir nggak pernah. Dengar lagunya juga. Terkecuali Miss Indonesia atau Puteri Indonesia gitu. Aku masih mengikuti perkembangannya."
"Tapi kamu nggak tau anak saya mantan Puteri Indonesia."
"Hah? Kertasia?" Parcella melongo.
"Kamu yakin mengikuti perkembangan kontes kecantikan itu?"
Parcella mengingat-ingat sebentar. Kenapa pula dia tidak ingat ada anaknya Pexel sebagai pemenang Puteri Indonesi. Tahun berapa?
"Sekitar tiga tahun lalu Kertasia menang." Pexel memberitahu.
"Bentar. Kertasia Kasihana Wirawan itu anaknya, Opa?"
"Iya, anak saya yang kamu panggil Kertas."
Parcella nyengir. "Mohon maaf namanya lawak. Lagian aku pikir ada Kertasia yang lain selain Putri Indonesia itu. Tapi kenapa mukanya kelihatan beda dari yang ada di foto ya? Makanya aku sempat bingung."
"Foto itu diambil setelah Kertasia udah kurusan. Dulu pipinya Kertasia lebih chubby. Jadi kelihatan beda."
"Tuh, kan! Pantes aja. Bukan aku nggak hafal, tapi Kertasia mengalami transformasi yang jauh."
Pexel tersenyum meledek. "Bisa juga ngelesnya."
Parcella nyengir. "Omong-omong, saya tau beberapa dari yang hadir. Ada personel girlband dan boyband yang sempat saya dengar dari model Avona's Heart asal Indonesia. Saya penasaran jadinya cari tau."
"Siapa aja?"
Parcella menunjuk seorang perempuan berambut panjang dan berwajah cantik bak boneka Barbie. "Yang itu namanya Chanel Adibroto, leader girlband Pulchra."
Pexel mengangguk karena Parcella benar.
Lagi, Parcella menunjuk sosok lainnya yang tertangkap mata. Kali ini dia menunjuk laki-laki bertubuh tinggi dan berwajah rupawan. "Kalo itu namanya Prey Sastrorejo, personel boyband HotShot."
Pexel mengangguk lagi karena Parcella benar. Dia tahu para personel girlband dan boyband yang disebutkan karena putrinya sering pamit untuk menonton konser mereka. Pernah satu kali Pexel tidak mau Kertasia keluyuran terus dan mengundang boyband sekaligus girlband kesukaan putrinya ke rumah untuk makan malam bersama.
"Masih ada lagi yang kamu tau?" tanya Pexel.
Parcella mengangguk, lalu menunjuk sosok yang baru saja datang. "Kalau itu Davares Palmer. Dia anaknya..." Dia berhenti melanjutkan setelah menyadari ada sosok lain menyusul laki-laki yang ditunjuk jari telunjuknya. Sialnya laki-laki itu melihat ke arahnya. Hal ini membuat Parcella berbalik badan dengan cepat. "Sialan! Kenapa ada manusia itu di sini?!"
Pexel melihat ke arah sosok yang sebelumnya ditunjuk Parcella. "Kenapa dengan Davares?"
"Bukan, bukan. Ayo, kita buruan pergi, Opa. Hawanya mulai panas. Nggak seadem tadi." Parcella meraih lengan Pexel dan menariknya pelan untuk segera menjauh. Semoga saja laki-laki itu tidak sadar.
Namun, takdir berkata lain. Ada suara yang memanggilnya dengan jelas di belakang sana. "Parcella?"
Parcella menggigit bibir bawahnya kesal. Dosa apa sampai dunia sesempit ini? Kenapa harus sampai bertemu manusia itu?!
"Bukan, salah orang," balas Parcella dengan tidak berbalik badan. Sebenarnya terkesan kasar karena menjawab tidak melihat orang itu, tapi Parcella tidak peduli. Lagi pula dia hanya kurang ajar dengan laki-laki itu.
"Halo, Om Pexel," sapa Davares.
"Oh, ini Om Pexel?" tanya laki-laki itu pelan.
Davares mengangguk. Dia sudah memberitahu laki-laki di sampingnya mengenai pebisnis asal Indonesia yang pernah menikah dengan ibu tirinya.
Parcella berharap bisa segera musnah dari sana. Tangannya spontan meremas lengan Pexel.
"Ini siapa, Om?" tanya Davares. "Pacarnya? Atau, calon istrinya?"
"Ini Parcella, Dav. Gue tadi bilang sama lo, kan, kalo lihat Parcella? Ini dia. Tapi katanya bukan. Gue lihat mukanya. Mana mungkin salah," kata laki-laki itu.
Pexel merasakan tangan Parcella meremas lengannya. Dia menjadi penasaran kenapa Parcella ingin buru-buru pergi setelah menunjuk Davares. Tidak mau hanya bertanya-tanya dalam hati, dia menarik tubuh Parcella sampai tubuhnya berhadapan dengan Davares dan laki-laki di sebelahnya.
"Tuh, kan! Gue nggak salah," kata laki-laki itu.
"Oh, ada Parcella. Lagi cuti ya? Gue pikir Om Pexel ngajak calon istri, ternyata lo," ucap Davares.
Parcella memaksakan senyum. Dia kenal Davares karena laki-laki itu anak bosnya. Beberapa kali Davares dan adik-adiknya yang menetap di Indonesia datang ke New York untuk mengunjungi ayahnya.
"Aku nggak nyangka akan ketemu kamu di sini," ujar laki-laki itu sambil tersenyum lebar.
Parcella ingin mengucapkan sumpah serapah. Hari ini adalah hari tersial di sepanjang hidupnya. Dia benci hari ini! Dia juga benci acara meriah dan Pexel! Pokoknya dia benci!
"Oh, sampai lupa." Davares menepuk pundak laki-laki di sampingnya setelah menyadari raut wajah bingung Pexel. "Om mungkin nggak terlalu tau banyak tentang keluarga Palmer. Ini sepupu saya, namanya Kadon Palmer."
"Iya betul, saya cuma tau kamu dan adik-adik kamu aja." Pexel tersenyum. "Halo, Kadon. Salam kenal."
"Salam kenal, Om Pexel," balas Kadon tak kalah ramah. Kemudian, pandangannya teralihkan kembali melihat Parcella. "Kebetulan banget ya ketemu di sini, Cella. Terakhir kali kamu pergi gitu aja."
Parcella ingin menjerit. Ya, Tuhan... bisa-bisanya dia bertemu dengan laki-laki yang pernah tidur dengannya. Sudah begitu ada Pexel pula. Habis sudah. Imejnya sebagai perempuan brengsek akan lebih jelas lagi kalau mulut besar Kadon mengatakan hal yang aneh-aneh seolah disakiti olehnya.
"Pergi?" ulang Pexel.
Kadon mengangguk sambil tetap menatap Parcella. "Iya. Lebih tepatnya kabur."
Sial! Parcella bisa mati sekarang. Kenapa harus disebutkan kalau dia kabur? Iya, setelah menghabiskan malam yang menggairahkan, Parcella kabur. Itu kelebihannya.
Pexel semakin penasaran. "Kabur? Kalian udah saling kenal dari lama?"
"Iya, Om." Kali ini Kadon melihat Pexel. "Saya kenal sama Parcella udah lama. Hobinya kabur. Waktu itu aja dia kabur dari––"
"Berisik!" Parcella berseru kesal sambil menutup mulut Kadon. Dia melihat Davares dan Pexel sambil nyengir. "Permisi dulu ya, mau ngobrol sama Kadon. Bye!"
Parcella perlu membuat perhitungan dengan Kadon, si mulut besar ini. Jangan sampai Pexel tahu kalau dia pernah tidur dengan Kadon. Bahaya. Apalagi Kadon masih sepupuan dengan Davares. Ya, meskipun Davares pasti tahu hal itu, tapi dia tidak mau memberitahu Pexel.
Setelah dipikir lagi ruang lingkupnya sempit seperti celana dalamnya yang nyempil sekarang. Ughhh! Cobaannya terlalu banyak!
👄👄👄
Jangan lupa vote dan komen kalian😘🤗❤️
Follow IG & Twitter: anothermissjo
Jangan lupa dukung cerita A Night Before You punya Kak Lyan juga ya❤🤗🤗🤗
Yuhuuu Parcella😍😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top