After - 5
Yuhuu update lagi🥰🥰🥰
Yoook, vote dulu dan komen yang banyak😘😘😘
#Playlist: Chris Brown - With You
•
•
Parcella mengedarkan pandangan, memastikan tidak ada Pexel ikut ke bandara. Keempat kakaknya mengatakan Pexel tidak ikut mengantar orangtua mereka ke bandara karena ada keperluan lain. Akan tetapi, Parcella tidak percaya. Kakak-kakaknya suka berbohong. Dia tidak mau semudah itu mempercayai yang kakak-kakaknya katakan.
"Kamu ngapain sih, Parcella?!" tegur Lusi mulai kesal melihat tingkah laku putrinya.
Parcella nyengir. "Nggak apa-apa, Ma. Aku cuma celingak-celinguk aja. Siapa tau ketemu artis."
Lusi berdecak. "Kamu nih ya, aneh banget dari kemarin. Mama hubungi telepon kamu tapi nggak diangkat. Semalam kamu nginep di rumah siapa? Bukan nginep di rumah laki-laki, kan?"
"Mama ih!" Parcella gemas sendiri. Di depan Utama, ibunya segamblang itu mengatakan hal yang seharusnya cukup dipendam saja. "Nggak. Aku nginap di hotel bareng Eugene."
"Beneran bareng Eugene?" tanya Lusi tidak percaya.
"Astaga dragoooon! Mama nggak percayaan banget!" Parcella menatap kesal. "Beneran sama Eugene. Tanya aja deh."
"Paling udah diajak kerjasama si Eugene buat bohong," sambung Zena.
"Mana ada!" Parcella berdecak berulang kali sambil memelototi kakaknya. "Demi Spongebob yang belum berjodoh sama Sandy, aku nggak bohong, Mama."
Lusi mendesah pasrah. "Iya, percaya. Pokoknya selama Mama bulan madu, jangan tinggal di hotel. Kakak-kakak kamu menetap di rumah Opa Pexel. Kamu harus menginap di sana. Mama cuma tiga hari. Cuti kamu, kan, seminggu jadi masih ada waktu kita ketemu. Jangan sampai Mama denger kamu keluyuran ya. Papa kamu udah titip sama Opa Pexel supaya jagain kamu."
"HAH?! NGAPAIN?!" Parcella tidak percaya ibunya menyuruh dia menginap di rumah Pexel. Kalau dia menginap di sana, bukan tidur biasa tapi bisa lebih luar biasa dari malam tahun baru kemarin. Parcella tidak mau mengulang kesalahan yang sama. "No, no, no. Aku nginep di hotel aja bareng Eugene. Aku nggak mau nginep di rumah Opa Pexel."
"Heh, Parcel! Mama nyuruh lo nginep di rumah Opa Pexel biar lo nggak keluyuran. Lagian tidur di kamar yang beda sama Opa, bukan satu kamar," celetuk Zine.
"Husss! Kamu ini ngomongnya dikontrol dong!" Lusi memelototi Zine.
Zine nyengir. "Bercanda sih, Ma."
Lusi memijat keningnya. Pusing melihat anak-anak perempuannya yang heboh apalagi Parcella. Bungsunya itu paling susah diatur dan tidak mau menurutinya. "Pokoknya Parcella, kamu tinggal di rumah Opa Pexel. Mama tau kamu nggak bisa masak. Bikin sandwich aja asin, masak telur aja gosong. Jadi tinggal di rumah Opa Pexel adalah pilihan terbaik. Soalnya Mama udah jual rumah kita."
"WHAAAAAAAT?!" pekik Parcella setengah berteriak.
"Kamu berisik banget deh. Kagetnya nggak santai. Uangnya Mama alokasikan buat properti lain. Intinya jangan nakal selama tinggal sama Opa Pexel. Awas kamu nyusahin." Lusi mewanti-wanti.
"Ma, aku tetap nggak mau tinggal sama--"
"Belum masuk, Lus?" Suara bariton itu menyela kalimat Parcella yang belum selesai.
Parcella menoleh ke belakang, mendapati Pexel berdiri tepat di belakangnya. Matanya melotot melihat pria itu. Tadi kakak-kakaknya bilang Pexel tidak datang. Lantas kenapa sekarang malah muncul?! Parcella ingin mengamuk.
"Aku pikir Papa nggak datang. Bukannya tadi bilang mau ngurus kerjaan, Pa?" tanya Utama.
"Papa bisa urus kerjaan nanti jadinya mampir ke sini dulu," jawab Pexel.
"Makasih ya, Pa, mau luangin waktunya datang. Kalo gitu aku pamit sama Lusi." Utama memeluk ayahnya lebih dahulu sebagai pamitnya.
"Hati-hati ya. Selamat berbulan madu." Pexel menepuk pundak putranya, lalu memeluk Lusi setelahnya.
"Pa, tolong titip anak-anak ya, terutama Parcella. Kalau mereka nakal omelin aja, Pa. Apalagi Parcella nih, takutnya dia clubbing setiap hari," pesan Lusi kepada mertuanya.
Pexel tersenyum lebar sambil menepuk pundak Parcella. "Tenang aja, Papa pasti jagain anak-anak terutama Parcella. Papa pastiin Parcella nggak clubbing."
Parcella menahan napas sebentar ketika Pexel menepuk pundaknya. Bayang-bayang kegiatan panas dengan posisi Pexel di belakangnya mendadak muncul. Memang dasar pikiran kurang ajarnya ini tidak bisa diajak kompromi. Ini gara-gara malam tahun baru sialan itu!
Lusi dan Utama mulai masuk ke dalam setelah pamit dan melambaikan tangan berulang kali. Setelah keduanya menghilang dari pandangan, ketiga kakak kembar Parcella bergegas pergi. Hanya menyisakan Zane yang kebetulan masih di dekat Parcella. Sebelum Zane menghilang, Parcella sudah lebih dahulu menghentikan kakaknya.
"Kak Za! Gue nebeng lo ya!" rengek Parcella seraya menarik lengan kakaknya.
"Gue mau pergi sama temen. Lo pulang bareng sama Opa aja." Zane melihat Pexel di belakang Parcella. "Opa, boleh, kan, Parcella nebeng?" tanyanya.
"Boleh kok." Pexel kembali menepuk pundak Parcella. "Ayo, kamu mau bareng, Parcella?"
Parcella menggeleng berulang kali. "Nggak, makasih, Opa. Saya naik taksi aja. Mau nyamper Eugene."
"Opa antar aja. Kenapa harus naik taksi?"
"Tau lo. Buat apa naik taksi kalo Opa bersedia anterin? Sana dianter sama Opa aja. Gue cabut duluan ya." Zane melepas tangan Parcella dari lengannya. Kemudian, dia melambaikan tangan sambil tersenyum lebar. "Aku duluan, Opa. Hati-hati antar Parcella."
Pexel ikut melambaikan tangan sambil tersenyum. Sebelum Parcella kabur, dia sudah lebih dulu merangkul pundaknya. Parcella menurunkan tangan Pexel dari pundaknya, tapi Pexel tidak menyerah dan kembali merangkul pundaknya.
"Kalo kamu nggak mau anggap saya sebagai pria yang udah menghabis--mmhhh..." Pexel berhenti bicara setelah Parcella membekap mulutnya. Perempuan itu memelototinya dengan kesal.
"Jangan bahas itu, Pexel!" omel Parcella gregetan.
Pexel menurunkan tangan Parcella dari mulutnya. "Jadi sekarang udah manggil Pexel lagi? Bukan Opa?" godanya jahil.
"Apa pun itu panggilannya, aku serius. Jangan bahas masalah itu lagi dan kita nggak perlu berinteraksi. Aku nggak mau tinggal di rumah kamu dan--eh?! Pexel! Mau ngapain?! Pexel, turunin nggak!"
Pexel tidak mau mendengar ceramah ataupun celotehan Parcella. Maka dari itu Pexel menggendong tubuh Parcella di atas bahu kokohnya. Biar saja Parcella protes. Dia tidak mau kehilangan Parcella lagi seperti malam resepsi putranya. Kali ini, dia ingin bicara dengan Parcella empat mata.
"PEXEEEEEEL! TURUNIIIIIINNN!" teriak Parcella kesal sambil memukul punggung belakang Pexel. Perutnya berada di pundak kokoh Pexel dan rasanya isi kepala dia mau tumpah karena kepala dalam posisi mengarah ke lantai. "PEXEEEEELLLLL!"
"Jangan berisik. Malu dilihat orang." Pexel menepuk bokong Parcella, menyudahi pemberontakan Parcella dalam sekejap. "Teriak lagi, saya pukul lagi bokongnya."
Parcella menahan jeritannya di dalam hati. Demi, Neptunus! Dia akan membuat perhitungan pada Pexel karena sudah seenaknya. Pukul bokongnya segala pula! Bukan dia marah dipukul bokongnya, tapi karena kejadian mesum tahun baru itu muncul lagi.
SIALAAAAAAN! jerit Parcella dalam hatinya.
👄👄👄
Parcella duduk sambil cemberut. Pexel tidak mengantarnya pulang dan mengajaknya bermain ke tempat golf. Parcella diam membisu meskipun beberapa kali Pexel mengajaknya bicara. Pokoknya hari ini Parcella akan mogok bicara dan makan. Biar saja Pexel diomeli ibunya.
"Kamu mendadak mogok ngomong?" Pexel duduk di samping Parcella. Memandangi perempuan itu sambil tersenyum tipis. "Tau nggak, kalo kamu cemberut justru kelihatan lebih seksi. Saya makin suka. Oh, jangan saya. Opa makin suka."
Parcella tersedak air liurnya sendiri mendengar kalimat itu. Matanya melotot ketika menatap Pexel.
"Kenapa sih cucu tiriku? Harusnya senang dong bisa menghabiskan waktu bersama Opa-nya." Pexel mengusap kepala Parcella, menggoda perempuan itu supaya bersedia bicara dengannya. Mungkin bisa membuat Parcella kesal, tapi setidaknya Parcella mau bicara. "Masa nggak senang pergi main golf sama Opa?"
Tahan, tahan. Parcella bermonolog dalam hati, berusaha tenang. Jangan sampai dia menjadi cucu yang kurang ajar karena mengomel atau menoyor kepala kakeknya.
"Kamu nggak suka main golf? Mau pergi ke tempat lain? Kita bisa naik helikopter."
Parcella tidak tergiur soal helikopter. Iya, dia sudah tahu Pexel kaya raya jadinya tidak mau terpancing. Kalaupun punya jet pribadi, dia tidak akan terkagum-kagum. Pokoknya dia tahu Pexel tidak akan susah tujuh turunan.
"Apa perlu dicium dulu supaya bicara?"
Parcella spontan menutup bibirnya dengan telapak tangan.
Pexel tertawa geli melihatnya. "I'm kidding."
"Bercandanya norak!" cibir Parcella akhirnya.
"Oh, jadi mau beneran?" Pexel menggeser posisinya, mendekati Parcella seraya merangkul pundak perempuan itu. Dia mendekati wajah Parcella dan perempuan itu menutup mulutnya seperti tadi. Namun, Pexel ingin mengerjainya dan berbisik, "Saya cuma mau godain kamu aja kok. Bukan mau cium beneran."
Parcella menggigit bibir bawahnya gemas sendiri. Ternyata Pexel sejahil ini. Aduh, kenapa dia merasa hubungannya dengan Pexel terasa berbeda? Obrolan mereka lebih lancar waktu di New York. Dia merasa lebih nyaman. Kalau sekarang dia merasa serba salah. Mungkinkah karena sekarang status Pexel sebagai kakek tirinya?
"Kamu mau pulang?" tanya Pexel.
"Bukannya kamu ngajak aku ke––bukan, bukan. Maksudnya, bukannya Opa ngajak ke sini mau main golf?" jawab Parcella. Lidahnya terasa kelu dan geli sendiri mengucapkan panggilan 'Opa'.
"Iya, tapi kamu kelihatan bete. Saya mau main golf sebentar sama keponakan saya. Kamu mungkin belum kenalan. Orangnya masih di jalan. Tapi kalo kamu bete, saya bisa antar kamu pulang dulu."
"Ya udah terlanjur di sini. Tungguin aja." Parcella berucap dengan nada jutek.
Pexel senyam-senyum sendiri memandangi Parcella. "You look so cute," pujinya.
Parcella melirik Pexel mendengar pujian itu. Lucu dari mana? Dari New York? Astaga... dia tidak bisa santai dengan Pexel. Bawaannya emosi. Entah kenapa seperti ini.
"Mungkin kurang tepat bicara ini sekarang dalam kondisi hubungan kita yang rumit. Tapi saya nggak mau diam aja. Sejujurnya saya tertarik sama kamu, Parcella," aku Pexel. Kali ini suaranya terdengar lebih serius.
Parcella menatap Pexel. Diam cukup lama mempertemukan iris yang sama-sama berwarna cokelat.
"Kamu mau jadi istri saya, Parcella?"
Detik itu juga Parcella memekik kaget. "Haaaaaaaaah?!"
👄👄👄
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🤗
Kasihan si Parcell, mana masih muda😂😂🤣
Jangan lupa baca A Night Before You punya Kak Lyan lyanchan 🥰😘
Follow IG & Twitter: anothermissjo
Salam cinta dari Parcella🥰🥰
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top