22 - New Day
Kinara menggeliat mencoba bangun dari tempat tidur, saat merasakan ada sesuatu yang menindih kakinya. Senyuman mengembang di wajah wanita itu saat mengingat ini adalah tidur ternyenyak yang dia dapatkan setelah dua bulan karena masalahnya dengan Lucas. Seakan semua kemarahan, kecuekan, keegoisan Lucas selama ini hanyalah topeng belaka. Semalam, suaminya itu berlaku sangat lembut padanya. Tak hentinya ia mengatakan jika dirinya sangat mencintai Kinara membuat wanita itu tersipu malu sekaligus hatinya berbunga-bunga. Kesabaran dan air mata Kinara selama ini terbayar sudah. Berada di pelukan lelaki yang ia cintai adalah nikmat terindah Tuhan baginya.
"Luke, bangun." Kinara mengguncangkan tubuh besar Lucas yang masih terlelap. "Kamu nggak kerja?"
"Masih ngantuk Honey," rajuk Lucas. Lelaki itu malah menarik selimut untuk menutupi dada telanjangnya.
"Ya udah deh ya. Padahal pagi ini aku mau masakin bubur ayam buat kamu. Mumpung berangkatnya agak siang," ujar Kinara.
Lucas menatap Kinara dengan matanya yang masih setengah terbuka. "Emangnya kamu nggak ngantuk Honey? Semalem kita tidur jam tiga loh. Lagian kan juga capek."
Kinara memukul pipi Lucas. "Oh jadi sekarang ngeluh gitu? Ya udah nggak usah dapet jatah malem!"
Kinara segera bangun dari tempat tidurnya, mengambil gaun tidurnya yang tercecer di lantai, dan segera masuk ke kamar mandi. Ia tahu sebenarnya Lucas hanya membuat alasan dengan kegiatan malam mereka untuk bangun siang, tapi tetap saja rasanya sangat jengkel.
"Apa semalem berlebihan?" tanya Kinara pada dirinya sendiri. Ia takut jika hormon kehamilannya ini yang membuat dirinya menggila. "Ah tapi semalem Lucas juga nggak protes kok. Malah dia yang minta tambah."
Masih sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai tidak mendengar jika Lucas mengetuk pintu kamar mandi, dan memanggil namanya.
"Kinara! Honey!" Lucas terus menggedor pintu kamar mandinya. "Aku cuma bercanda!"
"Aku mau mandi," sahut Kinara dari dalam. Kinara segera melepas pakaiannya, dan menyalakan shower. Membasahi tubuhnya dengan air dingin yang menyegarkan.
Keluar dari kamar mandi Kinara ditunggu Lucas yang duduk di tepi tempat tidur. Lelaki itu segera berdiri dan menghampiri istrinya yang hanya memakai jubah mandi.
"Badan kamu semohan ya Hon," tukas Lucas, pandangannya tertuju pada setiap inchi tubuh molek istrinya.
"Namanya juga hamil." Kinara berjalan menuju wardrobe room-nya untuk mengambil pakaian kerjanya.
Lucas masih terus membuntuti dengan bertelanjang dada. Lucas menelan salivanya ketika melihat Kinara membuka jubah mandinya tanpa malu. Memperlihatkan tubuh wanita itu yang hanya dibalut pakaian dalam.
"Honey," bisik Lucas. "Katanya kamu berangkatnya agak siangan kan?"
Kinara mendecakkan lidahnya. Ia paham betul apa yang diinginkan suaminya itu. Ia berbalik menghadap suaminya setelah selesai mengancingkan kemeja.
"Nggak usah sok ngajak-ngajak main. Semalem baru segitu aja udah ngeluh nggak bisa bangun pagi. Capek lah, ngantuk lah," gerutu Kinara.
"Honey itu cuman bercanda," ujar Lucas. "Dari malem sampai pagi non stop pun aku sanggup."
"Udah lah, kamu mandi sana Luke. Jangan sampai telat kerja." Kinara mendorong dada Lucas yang berdiri terlalu dekat dengannya.
"Aku telat pun nggak ada yang marahin aku," gerutu Lucas.
"Iya deh iya yang kantornya punya sendiri," balas Kinara. "Buruan mandi, kamu mau nganter aku kerja nggak?"
"Siap bos. Eh kamu jadi bikinin bubur ayam nggak?" Lucas keluar membuntuti Kinara.
"Nggak jadi. Aku mau berangkat pagi. Lupa ternyata ada meeting jam sembilan sama klien." Kinara mengambil handuk bersih dan memberikannya pada Lucas.
"Honey, kamu lagi ambil kasus apa?" tanya Lucas tiba-tiba. Ia penasaran saja, istrinya ini tidak pernah cerita tentang kliennya.
"Penipuan uang nih yang mau naik ke meja hijau minggu depan. Kenapa?"
"Pokoknya kamu jangan ambil kasus yang bahaya-bahaya ya. Kalau bisa urusan kawin cerai aja. Yang ringan-ringan," pinta Lucas.
Kinara memutar matanya. "Aneh deh. Malah doain banyak orang cerai," cibir wanita itu lalu meninggalkan suaminya yang tak kunjung masuk ke kamar mandi.
***
Di ruangan kantornya yang mungil namun nyaman, dengan nuansa warna biru muda Kinara menunggu kedatangan kliennya. Ia cukup gugup kali ini, karena kliennya adalah seorang selebriti terkenal. Penyanyi papan atas Indonesia. Luisa namanya. Siapa juga yang tak kenal dengan perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu?
Kasusnya ini pasti akan tercium media. Mau tak mau Kinara juga harus berurusan dengan wartawan dan kawan-kawannya. Namun dari awal ia sudah bilang pada Luisa, jika sebisa mungkin ia ingin kasus ini tidak digembar-gemborkan. Tidak lama kemudian, Luisa datang bersama manajernya. Namun demi keamanan informasi, manajernya menunggu di luar.
"Sorry ya Mbak Kinar telat." Luisa tersenyum ramah.
"Saya maklum, kalau kamu orangnya sibuk banget Luis," tutur Kinara.
"Persiapannya ada yang kurang nggak ya Mbak buat ke persidangan minggu depan?" Raut wajah Luisa terlihat khawatir.
"Berkas-berkas yang diperlukan untuk sidang besok sudah siap semua kok Luisa. Jangan khawatir," ujar Kinara menenangkan. "Lagian persidangan besok itu pembacaan dakwaan pada terduga tersangka."
"Aku heran deh Mbak Kinar. Polisi udah manggil si Ade itu, terus udah dikasih lihat bukti-buktinya, jelas- jelas dia salah, kenapa masih nyangkal terus? Bilangnya nggak tahu apa-apa, cuma disuruh temen."
"Bisa jadi ya, pelakunya nggak cuma Ade aja, tapi berkelompok. Kalau Ade ketahuan, kemungkinan besar kelompoknya bisa ikut ketahuan," tutur Kinara. "Soalnya penipuan kamu ini cukup besar. Delapan ratus juta loh."
"Iya, delapan ratus juta melayang, sial iya, rumahnya dapet nggak." Luisa berdecak sebal.
"Lagian korbannya bukan kamu aja kan? Ada Bu Ira juga. Dia beli rumah itu, tapi dikasihnya sertifikat palsu, sama kaya kamu," lanjut Kinara.
Luisa mengangguk-angguk menyetujui perkataan Kinara. "Semoga jaksa bisa nemuin bukti lebih, biar kasusnya cepet selesai, duit saya bisa balik."
Kinara terkekeh. "Besok pokoknya kamu jangan ngomong kalau nggak disuruh ngomong."
"Siap Mbak Kinar," kata Luisa patuh.
Kinara lalu mengeluarkan map yang berisi dokumen-dokumen mengenai kasus penipuan yang menimpa Luisa. "Ini hasil penyelidikan kepolisian kemarin. Dua hari sebelum sidang, nanti aku mintain hasil dari kejaksaan. Semoga mereka udah dapet tambahan bukti."
"Boleh aku bawa pulang?"
"Bawa aja. Dibaca, kalau kamu penasaran. Aku juga punya kok salinannya."
"Oke deh Mbak. Makasih ya, aku pamit dulu. Mau manggung jam satu nanti." Luisa pamit menyalami Kinara.
"Hati-hati, nanti aku hubungin lagi." Kinara mengantar perempuan itu sampai ke pintu.
***
Apa itu malam minggu kalau bisa kencan setiap hari? Sepertinya itu yang sedang ingin diterapkan oleh Lucas. Setiap sore, ia akan menjemput istrinya di kantor. Kemudian mereka akan makan di luar berdua, atau menonton bioskop, atau pun hanya jalan-jalan.
Seperti malam ini, mereka berdua baru keluar dari bioskop setelah menonton sebuah film bergenre action. Setelah selesai menonton, Kinara mampir membeli gelato karamel. Wanita itu tiba-tiba ingin gelato caramel karena di film tadi ada adegan di mana si tokoh utama membeli gelato karamel. Untung saja masih hamil. Jadi wajar dong ya kalau tiba-tiba ngidam sesuatu.
"Masih mau apa lagi Hon?" tanya Lucas. Keduanya berjalan beriringan, dengan tangan bergandengan.
"Pulang aja ya. Badanku lengket belum mandi."
Lucas terkekeh. "Mandi bareng ya."
"Boleh, sekalian gosokin punggung aku. Pegel banget," balas Kinara.
Lucas hanya bisa membuka mulutnya tanpa berkata apa-apa. Yang awalnya hanya ingin menggoda, malah mendapat jawaban tidak terduga dari istrinya. Ia mengira Kinara akan malu, dan pipinya jadi memerah. Tetapi nyatanya salah, istrinya kini jadi pemberani. Tidak masalah, asal jadi rajin main. Lucas tertawa di dalam hati.
"Apalagi yang mau digosokin atau dipijetin? Katanya kan ibu hamil itu badannya suka pegel-pegel," kata Lucas.
"Kaki, sama pinggang," jawab Kinara.
"Dada nggak?" goda Lucas.
Kinara mengangguk. "Bisa juga. Emang udah mulai pegel sama sakit gitu."
Kali ini Lucas benar-benar melongo. Ke mana istrinya yang pemalu itu. Kalau tahu bikin istri hamil seenak ini, Lucas tidak akan mendiamkan Kinara sampai berminggu-minggu kemarin.
"Honey, besok periksa ke dokter ya. Mau lihat baby-nya. Udah masuk trimester kedua kan?"
"Iya, masuk bulan ke empat. Udah jatahnya check up lagi memang. Bulan kemarin check up kamu nggak ikut," tutur Kinara.
"Maaf ya. Besok-besok aku bakal selalu dateng kok." Lucas mencium puncak kepala istrinya.
Life is good, isn't it? Menikmati kencan dengan wanita yang ia cintai, ditambah enam bulan lagi dia akan menjadi ayah, kurang sempurna lagi apa? Sebentar lagi, semuanya pasti selesai. Pikir Lucas. Tersisa satu masalah yang belum ia selesaikan dan hidupnya dengan Kinara baru akan benar-benar nyaman dan aman. Sebelum masalah itu selesai, ia tidak boleh lengah. Sekarang ada dua nyawa yang harus dia lindungi.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top