21 - Past and Talk

Mei, 2016

"Kenapa main nggak bilang-bilang?" tanya Kinara pada Melody yang sudah duduk manis di atas tempat tidurnya.

"Aku kangen sama kamu, tapi kamunya sibuk banget sih," keluh Melody.

Kinara tersenyum meminta maaf. "Aku mandi dulu ya, habis itu kita lunch bareng." Kinara mengambil handuk dan baju ganti lalu masuk ke kamar mandi.

Karena bosan menunggu Kinara, Melody melihat-lihat barang wanita itu. Ia sudah sering masuk ke kamar sahabatnya ini. Tetapi matanya menangkap sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sebuah buku diary. Untuk apa sahabatnya memiliki buku diary? Sudah sangat jarang orang-orang menulis sesuatu di buku seperti ini. Batin Melody

Awalnya Melody hanya melihat sampulnya saja, namun rasa penasaran membuatnya memberanikan diri untuk membuka buku tersebut. Ia membaca halaman terakhir, di mana Kinara meninggalkan pembatas bukunya.

2016-05-18

Aku rindu Lucas. Aku rindu Melody. Aku rindu kedua sahabatku.

Namun Tuhan hatiku belum siap untuk bertemu mereka berdua dan sepertinya tidak pernah siap. Setiap kali aku melihat mereka, keduanya tersenyum dan tertawa, hatiku terasa berat, seperti ada beban yang menekan sampai rasanya sakit, nyeri dan perih. Harusnya aku sudah ikhlas, harusnya aku ikut bahagia.

Tetapi melihat lelaki yang kucintai berada di sisi wanita lain bukanlah hal mudah. Kadang, aku suka mengingat di mana Lucas sering diam-diam mengajakku keluar, mengirimiku pesan aneh, yang membuat hatiku berdesir dan pipiku memerah. Ini caraku untuk tetap bahagia. Bagaimana pun aku harus bahagia untuk mereka.

Melody adalah wanita yang baik. Lucas sangat beruntung mendapatkannya dan Melody pun beruntung mendapatkan Lucas. Lelaki yang bisa diandalkan, menjadi sandaran.

Aku ingin suatu saat nanti aku bisa melihat mereka berdua dengan senyum tulus di bibirku. Tertawa lepas bersama mereka. Sampai waktu itu datang, maafkan aku Luke, Mel, aku tidak bisa sering bertemu kalian. Aku memang sengaja menghindari kalian. Karena bertemu kalian itu seperti menumpahkan garam di atas luka. Perih.

Melody segera menutup buku diary Kinara, dan meletakkannya ke tempat semula. Perasaan bersalah menyelimuti hatinya. Ia tidak tahu jika Kinara menyukai Lucas. Sahabatnya itu menyembunyikan perasaannya dengan sangat baik. Apakah dia bisa melepaskan Lucas untuk sahabatnya? Pikir Melody. Setelah dirinya sendiri jatuh cinta pada lelaki yang sudah menjadi suaminya.

Ia merasa bersalah dengan Kinara, namun di sisi lain ia tetap ingin mempertahankan Lucas sebagai pendamping hidupnya. Ia ingin berjuang untuk Lucas dan pernikahan mereka. Ia ingin membuat pernikahan kontrak mereka menjadi pernikahan utuh, yang berlandaskan cinta.

"I'm sorry Kinar. But i can't let Lucas go," bisiknya dengan suara parau.

***
"Kamu tahu perasaan Melody ke kamu?" tanya Kinara penasaran.

"Awalnya nggak." Tangan Lucas mengusap lembut kepala Kinara yang bersandar di dadanya. "Tapi lama-lama aku sadar sama perubahan sikap Melody ke aku."

"A-apa, apa yang kamu lakuin?" Kinara sangat penasaran apa yang terjadi dengan pernikahan Lucas dan Melody selama dua tahun.

"Aku selalu menghindari dia, aku selalu mengalihkan pembicaraan kalau Melody mulai ngajak ngobrol tentang pernikahan sejati, jodoh," jawab Lucas jujur. "Aku takut Kinar, aku takut nyakitin Melody, takut kasih dia harapan palsu, tapi nyatanya aku udah terlanjur nyakitin dia." Dia mencurahkan segala yang menganggu pikirannya.

Kinara tahu apa yang diraskan Lucas. Ia juga bisa merasakan rasa sakit yang dialami Melody selama ini.

"Dia juga pasti sakit, tapi dia lebih milih untuk ngorbanin diri dia sendiri, demi kita," gumam Kinara.

Lucas mengangguk. "Kamu tahu kapan dia baca buku diary kamu?" Kinara menggeleng. Dia benar-benar tidak menyangka jika Melody mengetahui perasaannya pada Lucas melalui buku diary miliknya. "Apa aja yang kamu tulis di sana?"

"Banyak hal. Salah satunya aku ingin kalian terus bahagia, dan aku pun bisa bahagia melepas kamu," ujar Kinara.

"Kamu mau ke makam Melody lagi?" tawar Lucas. "Kamu belum sempet ngucapin selamat ulang tahun kan?"

Kinara mengangguk. "Iya, bahkan bunga yang aku beli cuman aku jatuhin aja."

"Nanti sore kita ke sana lagi gimana? Sekalian main ke rumah orangtua kamu, ada hal yang perlu aku bicarain sama mereka," ajak Lucas.

"Oke, ada banyak hal juga yang ingin aku ceritain ke Melody."

***
Mei 2016

Melody melangkahkan kaki menuju kamarnya. Makan siangnya dengan Kinara berjalan lancar. Mereka berdua bercerita banyak, membuat dirinya lupa akan diary Kinara yang ia baca. Ia merindukan Kinara. Ia rindu kumpul bertiga, namun setelah tahu alasan Kinara menghindari ia dan Lucas, Melody mengerti, dan ia akan menunggu Kinara sampai sahabatnya siap.

Setelah berganti baju dengan pakaian rumah yang nyaman, Melody mencari Lucas. Ia baru ingat, seminggu lagi Kinara berulang tahun, ia ingin mengajak suaminya untuk mencari hadiah bersama. Namun saat memasuki kamar Lucas, ia mendengar Lucas sedang menelepon seseorang. Dengan sabar Melody menunggu lelaki itu di ambang pintu, tanpa sepengetahuan suaminya.

"No, kalungnya emas putih aja, pakai rubi, jangan kristal, iya yang simple aja," kata Lucas. "Iya dikasih tulisan di kotaknya. Happy Birthday Kinara, the sweetest lady."

Mata Melody membulat, terkejut. Lucas menyiapkan kalung emas putih dengan rubi? Apa dia bercanda? Tapi kenapa? Melody tahu uang bukanlah masalah untuk Lucas, namun menurutnya kalung rubi adalah sesuatu yang berlebihan. Tunggu, apa dirinya mulai cemburu?

Lucas menutup panggilannya. Ia lalu berjalan menuju lemari, dan mengambil foto Kinara yang selalu ia simpan di sana.

"Tunggu aku Kinar, sebentar lagi," ujarnya dengan suara tertekan. "Sebentar lagi aku bakal buat kamu bahagia. Aku kangen kamu, aku cinta kamu, selalu," bisiknya sebelum berbalik dan mendapati Melody yang berdiri mematung di pintu.

Melody tidak mempercayai apa yang barusan ia dengar. Hatinya seperti diremas. Apa yang sudah dia lakukan Tuhan? Ia membuat kedua sahabatnya terluka. Kenapa selama ini ia buta? Seharusnya ia sudah tahu jika Lucas dan Kinara saling suka, saling cinta!

"Maafin aku Luke, maafin." Melody terisak.

Lucas segera menghampiri Melody dan memeluknya. "Kenapa kamu nangis gini Mel?"

"Harusnya k-kamu sama Kinar bisa bahagia," isaknya. "T-tapi karena aku, k-kalian-" Melody tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Hushh.. kamu nggak boleh ngomong gitu Mel. Aku ikhlas bantu kamu. Aku sama Kinara bakal bahagia kok. Begitu juga kamu Mel, kita semua akan bahagia di waktu yang tepat." Lucas menenangkan.

Keesokan harinya Melody segera menghubungi pengacaranya untuk mengurus surat gugatan cerai. Ia tidak ingin membuang waktu. Sudah cukup dua orang yang dia cintai terluka karena keegoisannya. Sekarang giliran ia yang harus berkorban.

"Bu Melody yakin?" tanya pengacaranya. Melody mengangguk.

"Tapi tolong dikasih ke pengadilannya nunggu bulan depan ya, soalnya saya bulan ini sibuk banget," kata Melody. "Terus saya minta salinannya."

Pengacaranya manggut-manggut, sambil mencatat apa yang dikatakan Melody.

Melody menyiapkan surat gugatan cerai untuk membebaskan Lucas dan Kinara. Meskipun ia harus mengorbankan hatinya sendiri. Toh masih lebih baik satu hati terluka, daripada dua.

***
Kinara dan Lucas duduk di sisi makam Melody. Tangan Kinara mengusap batu nisan sahabatnya yang berdebu. Air mata Kinara sudah berkumpul di pelupuk matanya.

"Mel, i'm so sorry. Sering nyuekin kamu karena keegoisan aku. I dont know you had to go through a hard time. Sahabat yang nggak berguna kan?" bisik Kinara. "Aku sayang kamu, inget itu."

Lucas mengusap air mata Kinara. Mendekap wanita itu di dadanya.

"Aku belum sempet kasih tahu kamu ya, kamu bakal jadi tante. Andai kamu masih di sini Mel, segala pengorbanan kamu nggak sia-sia. Kami bahagia karena kamu, makasih banyak," ujar Lucas.

"Makasih udah mengalah demi kita. Demi keegoisan kita," tambah Kinara.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top