19 - I Cant Handle It

Lagi. Pagi ini ia terbangun tanpa Lucas di sisinya lagi. Harusnya ia senang kan? Rencananya berhasil. Usahanya menciptakan jarak diantara keduanya berhasil. Tetapi kenapa masih saja sesak saat membayangkan jika ia harus bangun setiap pagi tanpa suaminya?

Sejak hari di mana ia tidur di kamar tamu, Lucas menjadi menjauhinya. Lelaki itu tidak bertanya banyak. Hanya sekedarnya saja menanyakan sudah makan atau belum. Bagaimana kabarnya, apakah merasa mual atau pusing. Selebihnya ia lebih sering menghabiskan waktu di ruang kerja. Kinara memilih untuk segera mandi, mengguyur tubuhnya dengan air dingin, berharap memberikan sedikit kekuatan untuk menjalani hari ini.

Dengan lilitan handuk di kepalanya, Kinara melihat tanggal berapa hari ini, dan senyuman getir menghiasi bibirnya. Dengan segera ia berganti baju dan turun ke bawah untuk mencari Ridwan. Ia harus pergi ke suatu tempat.

"Pak Ridwan, Lucas di mana?"

"Pak Lucas pergi Bu."

Aneh. Hari Minggu seperti ini tidak biasanya Lucas pergi, jika dia ada acara, suaminya itu selalu memberitahu Kinara, tapi ini, bahkan ia pergi sebelum dirinya bangun.

"Pakai mobil?" Ridwan mengangguk. Itu artinya Lucas pergi lama, jadi ini adalah kesempatan dirinya. "Pak anterin saya pergi ya."

"Oke bu, saya siapin mobil dulu." Kinara menunggu Ridwan di teras luar.

Selama perjalanan Kinara menikmati alunan lagu lawas yang diputar di radio sambil memperhatikan lalu lalang kendaraan dari jendela.

"Pak, nanti mampir di toko bunga habis lampu merah ya," pinta Kinara, yang dijawab anggukan kepala Ridwan.

Kinara turun, ia memasuki toko bunga yang sudah beberapa kali dikunjunginya. Ketika seorang pelayan datang menghampirinya, Kinara langsung meminta bunga lily putih dua puluh. Tidak perlu menunggu lama, sepuluh menit kemudian sang pelayan memberikan satu buket lily putih segar dan wangi padanya.

Perjalanannya pun dilanjutkan. Sambil mendekap lily putih itu di dadanya. Pikirannya melayang, memorinya bersama Melody pun berputar di otaknya. Bagaimana mereka berdua tertawa bahagia. Tetapi sekarang, ia menangis sendu karena sahabatnya.

"Melody happy birthday," bisik Kinara. Berharap Melody mendengarnya. Berharap Melody memahaminya, jika dirinya masih tetap mencintai wanita itu, dan masih menganggapnya sebagai sahabat terbaik.

"Bu, sudah sampai," kata Ridwan sesaat mobilnya berhenti.

"Oh iya Pak. Makasih ya Pak." Kinara keluar dari mobil dan melihat sekelilingnya. Makam. Ya, dia ingin mengunjungi sahabatnya di hari ulang tahunnya.

Setapak demi setapak langkah kakinya membawa ke tempat yang sudah ia hafal. Ia ingin segera bertemu dengan Melody. Menceritakan semua kepelikan hidupnya yang ia jalani. Termasuk bersama Lucas. Jahat bukan? Melody pasti merasa sakit, harus berbagi suami dengannya. Tetapi langkahnya berhenti saat ia menangkap sosok pungung yang sangat ia kenali. Dengan tersenyum getir ia mengawasi sosok itu dari kejauhan.

Lucas di sini.

Tentu saja! Ini adalah ulang tahun istrinya! Istri sesungguhnya, istri yang dia cintai! Apakah ia harus pergi? Atau bergabung? Tapi bukankah akan sangat lancang jika menganggu momen mereka berdua? Ssaat hendak berbalik pergi, telinganya mendengar sesuatu yang tak ingin ia dengar.

"Mel, andai kamu masih di sini. Aku bakal lebih bahagia dari ini."

Air mata sudah menusuk sudut mata Kinara. Dadanya terasa sesak. Ya Tuhan! Kinara ingin segera lari, ia tidak ingin mendengar itu semua, tapi seperti ada paku yang menusuk kakinya dengan tanah.

"Kamu juga pasti bakal bahagia. Ada banyak yang ingin aku ceritain sama kamu. Banyak banget, tapi aku nggak ingin merusak hari ulang tahun kamu sama cerita sedih aku." Terdengar suara sumbang Lucas.

"Yang harus kamu ingat, aku selalu sayang kamu. Di hati aku selalu ada kamu, dan kamu nggak akan pernah tergantikan, oleh siapa pun itu. Makasih banyak Melody. Aku hutang banyak sama kamu."

Suara isakan yang Kinara mati-matian tahan lolos. Membuat Lucas menoleh ke arahnya. Mata lelaki itu membulat sempurna saat melihat istrinya di sana. Lucas bergegas menghampiri Kinara, namun wanita itu mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar Lucas tidak mendekat.

"Jangan, please." Suara Kinara tercekat. Air mata sudah membanjiri kedua pipinya.

"Kinara, honey." Lucas terlihat bingung. Ia tetap melangkah maju mendekati Kinara. Tangannya terulur untuk menghapus air mata Kinara.

"No Luke. J-jangan sentuh aku," kata Kinara terbata-bata. "J-jangan paksa aku, j-jangan jebak aku lagi di pernikahan ini." Tangis Kinara pun pecah di hadapan Lucas.

Lucas mengikis jarak dengan Kinara. "Apapun yang ada di pikiran kamu, itu salah."

"A-aku mau pulang. Aku m-mau Mama sama Papa." Kinara berbalik pergi meninggalkan Lucas.

Namun tentu saja Lucas tidak akan membiarkan Kinara meninggalkan dirinya tanpa penjelasan. "Kamu boleh pergi Kinar, tapi setelah denger penjelasan dari aku. Itu hak kamu," kata Lucas tegas menahan bahu Kinara. Tatapan matanya tajam membuat wanita itu bergidik.

"Please let me go," mohon Kinara. Lucas menarik napas kasar. Suara istrinya membuat hatinya tersayat. Tidak! Ia tidak akan membiarkan Kinara pergi tanpa tahu kebenarannya, tanpa tahu bagaimana perasaannya.

Kinara mencoba memberontak, namun Lucas dengan kuat mencengkram kedua bahu istrinya. "I won't let you go," katanya final, lalu menggenggam jari Kinara dan membawa wanita itu menuju mobilnya.

Ridwan yang melihat kedua orang itu terkejut, ditambah dengan Kinara yang menangis, berjalan di belakang Lucas.

"Kinara ikut saya," ujar Lucas sebelum membukakan pintu depan mobil untuk Kinara, dan meminta istrinya masuk. Pak Ridwan mengangguk mengerti.

Lucas masuk ke dalam mobil, dan segera menyalakan mesinnya melaju menuju rumah. Tangannya memutih mencengkeram kemudi terlalu erat. Dadanya bergemuruh karena emosi. Mendengarkan suara isakan tertahan Kinara membuatnya semakin tidak bisa mengendalikan dirinya.

"You cant make me stay with you anymore Luke. After i knew everything." Kinara memainkan jarinya dengan gugup. "I want to go home. My parents home."

Lucas menghela napas kasar. "I will. After you listen to me. Kinara, kita nggak bisa bawa masalah rumah tangga kita ke orangtua gitu aja. Kita harus bicara dulu. Its our problem not theirs."

"Jelasin sekarang," tuntut Kinara. "Kenapa harus nunggu sampai di rumah dulu?" Kesabarannya sudah menipis. Bertahan pada pernikahan yang tidak jelas dan suami yang tidak berterus terang padanya membuat Kinara lelah.

"Kinar-," Mata Lucas memohon agar wanita di sampingnya menurutinya.

"Apa kamu butuh ngarang cerita dulu? Aku udah cukup tahu Luke kalau hatimu masih punya Melody, dan aku, aku bukan siapa-siapa." Kinara mengusap air mata di pipinya dengan kasar.

"Oh Lord!" desis Lucas. "Ada sesuatu yang harus aku lihatin ke kamu!" Suara Lucas meninggi membuat Kinara terlonjak di kursinya.

"Sorry, i didnt mean it." Suara Lucas melembut. "Please, tunggu sebentar Honey. Kasih aku waktu."

Lalu mereka terdiam tanpa suara. Suasana di mobil menjadi hening dan canggung. Kinara menebak-nebak apa yang ingin lelaki itu tunjukkan padanya, apakah hal itu akan meyakinkan hatinya kembali dan membuat mengurungkan niat dirinya untuk pergi?

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top