18 - Distance
Bertahan pada keadaan yang tidak pernah akan memihakmu itu adalah suatu kebodohan. Itu adalah hal yang sedang dirasakan Kinara sekarang. Sudah satu bulan sejak ia mendengar pengakuan menyakitkan dari Lucas. Sudah satu bulan itu juga ia menyiksa dirinya sendiri. Meskipun bertahan, hati kecilnya selalu saja berbisik untuk tidak terlena dengan keberadaan Lucas. Karena bisa saja suatu saat nanti, lelaki itu lelah dan melepaskan topengnya. Bagaimana pun juga ia harus melatih dirinya terbiasa tanpa Lucas di sisinya.
Hari ini Lucas pulang telat, lelaki itu sudah berpamitan pada Kinara jika harus lembur. Wanita itu diam-diam bersyukur, karena suaminya akan pulang saat dirinya sudah tertidur. Selama sebulan ini, Lucas selalu memberi perhatian ekstra pada Kinara, bisa saja Kinara menangkap sinyal dari Lucas dan mengira jika lelaki itu benar-benar mencintainya. Tetapi mirisnya, suaminya itu masih terjebak dalam masa lalu. Sulit rasanya menerima kasih dan perhatian dari Lucas mengingat jika Lucas masih mendambakan kasih dari Melody.
Kinara membaringkan tubuh, dan membungkusnya dengan selimut tebal. Ia melirik jam pada nakas di sebelah tempat tidurnya, pukul sepuluh malam. Harusnya sebentar lagi suaminya pulang. Ia lalu memaksakan matanya untuk terpejam, ia sedang tidak ingin melihat suaminya itu.
Benar seperti dugaan Kinara, lima belas menit kemudian ia mendengar suara pintu kamar terbuka, menandakan suaminya telah kembali. Sesaat kemudian ia merasakan Lucas mengecup keningnya, lalu mengusap lembut perutnya.
"Daddy's home," bisik Lucas.
Masih dengan mata tertutup, Kinara bisa mendengar pergerakan Lucas di dalam kamar. Saat suaminya melepas pakaian, lalu membuka pintu lemari, dan kemudian masuk ke kamar mandi. Kinara melepaskan napasnya yang sedari tadi ia tahan. Tanpa bisa dicegah air matanya lolos membasahi bantalnya.
"Luke, apa kamu kuat pura-pura sama aku kaya gini? Sampai kapan?" Kinara terisak merasa takut jika akan tiba waktunya Lucas lelah dengan kepura-puraannya, dan meninggalkannya.
Karena terlalu sibuk dengan pikirannya, Kinara tidak bisa mengontrol tangisannya. Sampai Lucas keluar dari kamar mandi dan mendapati istrinya terbaring dengan terisak hebat.
"Kinar!" Lucas segera mendekati Kinara, dan memeluk istrinya yang berbaring. "Whats wrong honey?" Suara Lucas terdengar panik.
Bukannya mereda, air mata Kinara semakin tidak bisa dikontrol. Dadanya terasa sesak. Ingin ia mendorong Lucas menjauh, tapi separuh hatinya menginginkan kehangatan yang ditawarkan lelaki itu. Lucas menarik Kinara duduk, menempatkan wanita itu di atas pangkuannya, memeluk Kinara erat, mengusap lembut lengannya, dan terus menciumi puncak kepala Kinara. Ia melakukan apa yang dia bisa untuk membuat wanita di pelukannya ini tenang.
"Ada yang sakit?" Lucas kembali bertanya, namun yang didapatnya hanya suara isakan Kinara. "Tenang sayang, berhenti nangisnya. Aku nggak suka lihat kamu nangis gini."
Lucas terus berusaha menenangkan Kinara yang seperti tidak bisa berhenti menangis. Ia benar-benar merasa tidak berguna karena tidak bisa membantu istrinya. Bahkan ia tidak tahu apa yang membuat wanita itu menangis dengan sangat menyedihkan seperti itu.
"Oh honey." Tarikan napas Lucas terasa berat, hatinya merasa sakit melihat kondisi Kinara. Andai dia bisa tahu, andai rasa sakit bisa dibagi.
"A-aku mau-," ucapan Kinara terpotong saat wanita itu tiba-tiba melompat dari pangkuan Lucas dan lari ke kamar mandi. Ia lalu memuntahkan isi perutnya ke dalam wastafel beberapa kali.
Lucas dengan sabar berdiri di belakangnya, memegangi rambut Kinara yang panjang, memijit tengkuknya.
"Mau muntah lagi?" Kinara menggeleng kemudian berkumur, sebelum menyiram kotoran di wastafel.
"Kinar, kamu kenapa tiba-tiba nangis kaya tadi?" tanya Lucas saat melihat istrinya sudah tenang.
"Nggak ada apa-apa kok," jawab Kinara cepat.
"Nggak mungkin nggak ada apa-apa bikin kamu nangis kaya tadi." Lucas tidak puas dengan jawaban Kinara.
"Emang nggak ada apa-apa." Kinara berjalan mendahului Lucas dan kembali berbaring di atas tempat tidur.
"Kinar, kamu jujur sama aku dong honey. Aku khawatir sama kamu," bujuk Lucas, kini duduk di tepi tempat tidur.
Kinara menghela napas. "Aku capek Luke. Aku mau tidur."
Lucas menahan dirinya, dan membiarkan Kinara beristirahat. Ia menyadari ada sesuatu yang disembunyikan istrinya. Kinara seperti menghindarinya, menjaga jarak dengannya. Bahkan tadi wanita itu tidak menatap mata Lucas saat bicara. Lucas menggaruk rambutnya kasar, menggeram pelan.
"Apa yang kamu sembunyiin dari aku Kinar?" bisiknya pada Kinara. Bibirnya membentuk senyuman miris.
Jadi seperti ini rasanya jika orang terdekatmu menyembunyikan sesuatu darimu. Pasti itu juga yang dirasakan Kinara selama ini.
***
Lucas lagi-lagi harus menelan kekecewaan, saat diberitahu Dewi jika istrinya sudah berangkat ke kantor terlebih dulu. Padahal meskipun berangkat kerja secara terpisah, mereka selalu menyempatkan untuk sarapan bersama. Tetapi kini Kinara seolah selalu berlari darinya.
"Kinar udah sarapan?"
"Sarapannya dibawa Pak," jawab Dewi. "Bapak mau saya siapkan sarapan?"
Lucas menggeleng. "Saya langsung ke kantor aja." Nafsu makannya menguap begitu saja. Ia harus mencari cara agar wanita itu mau terbuka padanya. Ia tidak tahan seperti ini terus. Ia rindu Kinara.
Di kantor Lucas menjadi tidak fokus. Ia terus memikirkan apa yang membuat Kinara berubah. Mungkinkah dirinya melakukan sesuatu yang membuat wanita itu kecewa? Tetapi apa? Lucas tahu, perilaku Lucas selama pernikahan sering melukai Kinara, tapi istrinya itu selalu membicarakannya. Akhir-akhir ini pun hubungan keduanya sudah membaik menurut Lucas.
Dering telepon di mejanya membuat Lucas tersadar dari lamunannya.
"Ya halo?"
"Pak Lucas, ada Pak Regan yang ingin menemui anda."
"Persilahkan dia masuk Linda."
"Baik Pak."
Selang beberapa saat, lelaki bertubuh tegap itu memasuki ruangan Lucas. Keduanya lalu duduk berhadapan. Dengan heran, sekaligus penasaran, Lucas menebak-nebak apa yang membuat Regan, detektif yang ia sewa datang kemari.
"Jadi-,"
"Kita dapat Luke." Regan mengeluarkan map dari tasnya, dan memberikan pada Lucas.
Lucas dengan tidak sabar langsung melihat berkas yang di dalam map itu. Ada banyak foto di dalamnya yang membuat ia puas. Lalu matanya menangkap sebuah flash disk berwarna putih.
"Apa ini?"
"Lihat aja."
Lucas berjalan ke arah mejanya, dan memasukkan flash disk itu ke laptopnya. Ada dua file di dalamnya yang membuat Lucas hampir menangis senang, yaitu berupa video cctv, dan rekaman suara.
"Kamu dapat semua ini?" Lucas tidak bisa menyembunyikan rasa bersyukurnya.
"Ya. Timku berhasil dapet rekaman cctv dari toko di seberangnya. Awalnya emang mereka nggak bersedia, terus juga dari kamera dashbord mobil yang lewat pas hari itu," jelas Regan.
"Terus rekaman suara ini?"
"Ini didapat dari pengakuan si pemilik mobil, yang ternyata dari perusahaan rental mobil. Ada fotonya kalau kamu penasaran." Regan mengambil salah satu foto yang berada di dalam map.
"Jadi, kita bisa bawa ini ke meja hijau dan buat mereka membusuk di penjara?"
"Ya tentu aja Luke. Aku udah panggil pengacara."
"Mereka dipastikan nggak bisa lolos kan Regan? Aku nggak mau ambil resiko kalau mereka bebas, dan balas dendam."
"Tenang bro, aku punya senjata rahasia buat menangin memenjarakan dia," kata Regan menyeringai.
Lucas mengernyitkan keningnya. "Apa?"
***
Mendapati kamarnya kosong saat pulang kerja adalah satu hal yang tidak diinginkan Lucas. Panik seketika menyelimutinya. Tetapi Lucas tidak bertindak gegabah. Ia memeriksa kamarnya sekali lagi, dan ketika matanya menangkap tas kerja Kinara teronggok di kursi yang berada di sudut ruangan, helaan napas lega terdengar.
Setidaknya itu menandakan jika Kinara sudah kembali ke rumah. Namun di mana dia? Sudah pukul sepuluh malam, seharusnya istrinya sudah berada di tempat tidur. Apalagi sejak kehamilannya, Kinara sering merasa lelah dan mengantuk. Lucas lalu turun ke bawah untuk mencari Kinara di dapur, namun nihil hasilnya. Beruntungnya ia bertemu Dewi yang baru keluar dari kamar mandi.
"Dewi lihat Kinar nggak?"
Dewi terlihat ragu sejenak. "Tadi ibu masuk ke kamar tamu Pak." Asisten rumah tangga itu pun mau tak mau merasa penasaran ada apa dengan kedua majikannya. Tetapi tentu saja ia hanya menyimpan pertanyaannya di dalam hati.
Lucas terlihat kaget. "Oh makasih Dewi."
Dengan segera ia memasuki kamar tamu yang berada di dekat ruang keluarga di lantai satu. Untung saja Kinara tidak mengunci pintunya sehinggs ia bisa masuk. Betapa hati Lucas mencelos saat melihat Kinara tertidur pulas di sana. Kenapa istrinya sampai tidur di kamar yang berbeda darinya? Apa salahnya?
Saat hendak membangunkan Kinara, lagi-lagi hatinya seperti diremas saat melihat jejak air mata di sudut mata istrinya. Lucas tidak tahu ia harus melakukan apa. Tidak pernah sekali pun ia merasa seperti ini. Sepertinya ia memang harus memberi jarak seperti yang diinginkan Kinara, untuk saat ini.
***
Nyesek ya Tuhan 😭😭Kalo kamu jadi Kinara milih gimana?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top