13 - Still Shocked
Perjalanan dari kantor Lucas menuju rumahnya kali ini terasa sangat panjang. Setiap lima menit sekali lelaki itu memeriksa ponselnya. Seberapa pun dia ingin untuk cepat sampai rumah, jalanan tidak merestuinya, karena ia beberapa kali terjebak titik macet. Kabar Caramel dibunuh dengan cara sadis benar-benar membuatnya panik. Tidak, ia bukan panik karena kematian kucing istrinya, tapi dia panik memikirkan kondisi istrinya, yang pastinya sedang tidak baik-baik saja. Setelah mendengar kabar mengerikan itu, ia segera menghubungi Regan, detektif yang sedang bekerja sama dengannya. Untungnya lelaki itu tidak menganggap remeh kasus Caramel.
"Luke, tapi kamu tetap harus menghubungi polisi, kalau yang melakukan ini Alison, itu berarti mereka mengawasimu, bakal kelihatan janggal kalau kamu nggak lapor polisi. Mereka bisa saja curiga kalua kamu punya mata-mata atau detektif." Itu yang dikatakan oleh Regan pada Lucas.
Saat mobil Lucas memasuki halaman rumahnya, ia segera memarkirkan mobilnya dan berlari menuju halaman belakang, di mana Ridwan menyimpan hadiah mengerikan Kinara. Ridwan membuka kotak hadiahnya, Lucas meringis saat melihat pemandangan yang tidak mengenakan itu. Ia lalu mengambil ponselnya untuk mengambil gambar dan video untuk dikirimkan pada Regan. Lalu ia memerintahkan Ridwan untuk menghubungi polisi.
Setelah itu, ia segera naik ke lantai dua untuk melihat keadaan istrinya. Pemandangan yang ia dapati saat membuka pintu kamar adalah, Kinara yang terbaring dengan selimut tebal menutupi tubuhnya, dan wajah pucatnya yang terpejam. Pelan-pelan, ia duduk di tepi tempat tidur mereka, mengusap rambutnya dengan lembut. Mata Kinara terbuka saat merasakan tangan Lucas di kepalanya.
"Honey, gimana perasaan kamu?" tanya Lucas dengan lembut.
"Siapa yang ngelakuin ini Luke? Apa pelakunya emang udah ngawasin aku? Kita?" Suara Kinara terdengar panik.
"Aku belum tahu. Pak Ridwan udah lapor ke polisi," balas Lucas dengan senyum hangat di wajahnya.
Kinara menghela napas. "Aku takut Luke. Kenapa ada yang tega nglakuin itu ke Caramel?"
"Kamu tenang aja, habis ini kamu mau ke rumah orangtua kamu? Udah lama juga kita belum ketemu mereka." Lucas mengalihkan pembicaraan.
"Iya, aku kangen Mama." Kinara mengangguk.
Lucas menunduk untuk mencium kening istrinya. "Aku mandi dulu. Nanti kita ke sana." Keputusan Lucas mengajak Kinara bertemu orangtuanya untuk menenangkan pikiran Kinara. Agar wanita itu tidak terlalu tertekan, dan juga ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan mertuanya itu.
***
Kinara dan Lucas disambut bahagia oleh kedua orangtua Kinara, dan kakak perempuannya, Alena. Meskipun cukup terkejut karena kedatangan mereka yang tanpa memberi kabar. Keduanya baru bisa meninggalkan rumah sekitar pukul enam petang karena berbagai macam pertanyaan yang diberikan polisi. Namun jawaban mereka tidak dapat membantu banyak, karena memang tidak tahu apa-apa. Setelah polisi selesai memeriksa keadaan rumah, rekaman cctv, dan melakukan introgasi kepada seluruh anggota rumah, Lucas dan Kinara pamit terlebih dahulu.
Wanita dua puluh tujuh tahun itu langsung menghambur ke dalam pelukan ibunya, yang membuat wanita paruh baya itu mengerutkan alisnya khawatir. Kinara belum melepaskan pelukannya pada sang ibu, bahkan setelah mereka masuk ke dalam ruang keluarga.
"Kenapa? Kok anak Mama jadi manja gini?" tanya Rinjani yang kini duduk di sofa, dengan Kinara yang masih memeluknya erat.
"Aku cuma kangen Mama," balas Kinara.
"Ma, Papa ke mana ya?" tanya Lucas karena tidak mendapati Affandy di rumah.
"Masih keluar, ada tetangga yang mau hajatan. Sebentar lagi pulang kok Luke, ada apa?"
"Ada yang mau diomongin sama Papa," jawab Lucas tenang. Namun Rinjani tentu paham maksud menantunya ini.
"Kinar, kamu nggak lagi hamil kan, manja gini?" goda Alena, kakak perempuannya.
Kinara menggelengkan kepalanya. "Kucing aku mati."
"Kucing? Milky masih ada kok." Alena terdengar bingung. Karena Alena tidak tahu, jika Kinara memiliki kucing baru selain Milky yang dititipkan di rumah orangtuanya.
Kinara menegakkan tubuhnya, "Aku punya kucing baru, dibeliin Lucas, dan sore ini dia mati. Namanya Caramel."
"Mati kenapa?" Kali ini Rinjani bertanya. Ia sangat tahu, putri bungsunya ini sangat menggilai kucing.
Kinara terdiam sejenak, menatap Lucas yang duduk di hadapannya. "Dia, dia dibunuh."
Rinjani terkejut mendengar jawaban putrinya. "Dibunuh gimana Kinar?"
"Tanya sama Lucas aja, aku nggak mau inget-inget lagi. Pusing," elak Kinara, kini matanya terpejam.
"Honey, kamu tidur aja ya? Nanti bangun pas mau makan gimana?" Lucas menghampiri Kinara, dan duduk di sebelah istrinya.
"Iya, aku capek sama pusing," ujar Kinara.
"Ayo, aku antar kamu ke kamar." Lucas meraih lengan Kinara, dan merangkul istrinya.
"Kinar, kamu mau Mama masakin apa? Udah lama kan kamu nggak makan masakan Mama," tawar Rinjani, ia ingin menghapus sedih dan takut yang tergambar di raut wajah Kinara.
"Cumi asam manis, sama sup jagung, bisa Ma?"
"Ah tahu aja kamu, aku baru belanja seafood buat Nashilla," canda Alena menyebut nama putri semata wayangnya.
"Oh ya mana Nashilla?" Kinara baru sadar keponakannya itu tidak terlihat.
"Les piano, masih dijemput sama Ayahnya," jawab Alena. "Ya udah sana, cepet tidur, apa mau kelonan sama Lucas."
Kinara mendengus kesal, lalu menarik Lucas untuk segera naik ke lantai dua di mana kamarnya berada. Kinara memandangi kamarnya yang sudah lama tidak ia tempati, namun tetap bersih dan terawat. Ada beberapa aksesoris tambahan yang ia temukan di kamar ini, gambar-gambar Nashilla yang tertempel rapi di dinding kamarnya.
"Kamar kamu pink banget," komentar Lucas.
"Namanya juga kamar cewek Luke," tukas Kinara.
"Baru pertama kali ya aku ke sini." Lucas duduk di tepi tempat tidur bersama Kinara. Ia melirik ke arah istrinya yang kini menyandarkan kepalanya di bahu Lucas.
"Pusing banget?" Kinara mengangguk. "Jangan dipikirin Honey, semuanya bakal baik-baik aja."
"Janji?"
"Aku janji kamu bakal baik-baik aja." Lucas mengecup bibir mungil istrinya. Namun lelaki itu dibuat terkejut saat istrinya menarik lehernya dan memperdalam ciuman mereka dan entah bagaimana, Kinara sudah berada di pangkuan Lucas.
Tangan besar Lucas menangkup wajah Kinara, sedangkan tangannya yang lain bertumpu nyaman di pinggang istrinya. Lucas ingin membuat istrinya merasa aman, meyakinkan Kinara bahwa ia di sini akan melindunginya, menyerap semua rasa takut yang terasa di kecapan lidahnya.
"Kinara, i'm here with you, and always be here. So don't be afraid," bisik Lucas dengan terengah-engah. Meskipun dirinya sendiri merasa takut akan keamanan wanita di rengkuhannya, ia tidak boleh memperlihatkannya rasa takut itu.
"Don't leave me Luke, please," mohon Kinara dengan napas tercekat. Mendengar suara Kinara yang diliputi rasa takut, bimbang, dan keputusasaan itu membuat hati Lucas merasa teriris. Ia memeluk Kinara lebih erat, sebelum mencium wanita seperti tidak ada hari esok. Kinara sendiri membalas ciuman-ciuman panas Lucas dengan bergairah.
"Luke...." desah Kinara.
"I'm here Honey, i'm here." Bibir Lucas berpindah dari bibir ranum Kinara menuju leher jenjang istrinya, dan menyecap di sana. Menghisap, memberikan sensasi yang membuat Kinara menegakkan tubuhnya.
"A-aku-," Suara Kinara tercekat, karena deruan napas yang tersengal-sengal.
"Tell me Honey, tell me."
"A-aku mau-"
"Lucas! Papa udah pul-" Pintu kamar Kinara terbuka menampilkan Alena yang berdiri kaku.
Pasangan suami istri itu harus menghentikan kegiatan mereka ketika mendengar suara decitan pintu. Lucas dengan napas terengah-engah mengalihkan pandangannya menuju pintu, sedangkan Kinara memilih memeluk suaminya erat, enggan menatap kakaknya yang pasti akan menggodanya habis-habisan.
"Ups sorry ya." Alena terkikik. "Papa udah pulang, katanya kamu mau ngobrol sesuatu sama Papa kan Luke? Tapi, kayaknya harus ada yang diselesaiin lebih dulu ya?" Alena menatap Lucas dengan mengedip-ngedipkan matanya.
"Makasih Kak, nanti aku turun," jawab Lucas sedater mungkin setelah mengatur napasnya.
"Nggak usah keburu-buru, Papa pasti mau nunggu kok. Maaf ya sekali lagi." Alena menutup pintu kamar dan melesat pergi.
"Kakak kamu itu," bisik Lucas di telinga Kinara.
"Nyebelin banget Kak Alena harus muncul!" pekik Kinara kesal.
"Mau dilanjutin lagi, atau nggak?" tanya Lucas menyisir rambut Kinara dengan jarinya.
"Nggak! Pasti Kak Alena ngomong macem-macem!"
"Oke, kalau gitu aku mau nemuin Papa dulu ya." Lucas memindahkan Kinara duduk dari pangkuannya.
"Tapi nanti malem," ujar Kinara masih dengan wajah cemberutnya.
"Nanti malem kenapa?"
"Dilanjutin lagi Luke!" Kinara menatap Lucas tajam, pipinya memerah menahan malu.
Lucas tertawa mendengar permintaan istrinya. "Tentu Honey, bakal dilanjutin sampai pagi."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top