11 - Better Man
Kinara merapikan mejanya, memasukkan dokumen-dokumen kasus ke dalam map, lalu menatanya di dalam lemari. Sesekali ia melirik jam berbentuk kotak terbuat dari kayu yang bertengger di atas nakas. Pukul lima sore. Hari ini cukup melelahkan bagi Kinara. Ia bertemu dengan tiga klien, yang memiliki kasus cukup pelik. Seorang wanita berusia 37 tahun, korban penipuan arisan tas branded. Lalu seorang wanita berusia 28 korban pelecehan seksual, dan yang terakhir seorang pria berusia 43 tahun terkait penipuan dan pencemaran nama baik. Membayangkan malam ini ia harus merekap kasus ketiganya membuat kepalanya tiba-tiba pening. Suara dering ponselnya cukup mengejutkannya, mengembalikan pikirannya yang kurang fokus. Ia langsung menerima panggilan tersebut, setelah melihat nama suaminya terpampang di layar.
"Halo Luke."
"Aku lagi perjalanan ke kantor kamu."
"Oke, ini aku juga udah selesai kok, tinggal beres-beres."
"Nanti makan di luar ya," ajak Lucas.
"Boleh, boleh."
"Sampai ketemu nanti Kinar."
"Aku tunggu di lobi. Bye Luke."
Dengan menenteng sebuah map dan tas tangan, Kinara berjalan dari ruangannya dengan senyum tipis di bibirnya. Saat Lucas bilang ia ingin berubah dan menjadi suami yang lebih baik, lekaki itu benar-benar berusaha keras, dan Kinara merasakan itu. Setidaknya sekarang ia merasa sebagai seorang istri yang dihargai oleh Lucas.
"Kinara." Ajeng entah datang dari mana sudah berjalan di sebelahnya.
"Kenapa?" Kinara melirik Ajeng.
"Makan yuk." Ajeng mulai menggelayuti tangannya.
"Maaf nggak bisa, udah dijemput sama Lucas," jawab Kinara tidak enak.
"Sekarang dijemput terus ih. Suami kamu posesif ya?"
Kinara mengangkat bahunya. "Nggak tahu lah. Tanya aja sendiri."
"Kitanya jadi jarang keluar bareng," keluh Ajeng.
"Main aja Ajeng, pintu rumah aku terbuka buat kamu," kata Kinara.
Mereka asyik mengobrol ketika Lucas dengan kemeja abu-abunya yang sudah terlihat kusut, berjalan ke arah kedua wanita itu. Entah kenapa, menurut pandangan Kinara, suaminya itu terlihat lebih tampan dari biasanya. Ditambah dengan senyuman yang disunggingkan, membuat hati Kinara seperti melayang.
"Honey." Suara rendah Lucas menyapa indera pendengarannya.
"Ajeng, duluan ya." Kinara pamit dengan Ajeng, wanita itu melambaikan tangannya sambil mengatakan untuk berhati-hati.
"Mau makan di mana?" tanya Kinara saat mereka berdua sudah di dalam mobil.
"Kamu maunya di mana?" Lucas menyahuti.
"Lagi pengen masakan jepang sih."
"Ya udah, kita makan di restauran jepang."
Sekitar empat puluh menit kemudian, Lucas memarkirkan mobilnya di sebuah Restauran Jepang ternama. Suasana di sana cukup ramai, maklum sudah menjelang jam makan malam. Namun untungnya mereka masih menemukan meja yang kosong.
"Kita pesen mi soba dua, sushi tuna satu porsi, sama takoyaki dua porsi. Minumnya es matcha milk dua," kata Kinara pada pelayan yang datang.
"Pesen sushi, perut masih muat Kinar?" tanya Lucas heran.
"Kan buat barengan."
"Padahal faktanya dimakan sendiri." Lucas terkekeh.
"Ya udah kalau nggak mau makan," gerutu Kinara.
Lucas malah menertawai istrinya. Dari dulu, sampai menikah, nafsu makan istrinya ini pasti buat dia geleng-geleng kepala. "Honey, kamu ikut nge-gym juga dong."
Kinara menatap Lucas tajam. "Kenapa? Kamu nggak suka aku tambah melar?"
"Bukannya gitu." Lucas sontak menggelengkan kepalanya. "Aku cuman mau kamu sehat gitu aja. Satu minggu sekali juga nggak apa-apa, yang penting badan gerak."
"Aku nge-gym kok, kalau tiap sore," kata Kinara berbohong. Sore hari saja dia baru pulang dari kantor, mana mungkin punya waktu untuk olah raga. Di rumah mereka memang ada ruang gym yang dibangun khusus oleh Lucas karena kesukaannya terhadap olah raga.
"Beneran?" Lucas terlihat ragu.
"Kamu nggak percaya? Aku olahraga tiap sore sebelum kamu pulang." Kinara mengerucutkan bibirnya karena kesal.
"Nanti aku tanya Dewi, kamu bohong apa nggak," kata Lucas.
"Aku naik turun tangga tiap sore di rumah. Kan itu udah termasuk olahraga," tukas Kinara.
Lucas tertawa terpingkal-pingkal. "Kan ketahuan bohongnya. Hari Minggu ayo olahraga bareng, mau nggak?" Niat Lucas menyuruh Kinara ngegym benar-benar karena ia ingin istrinya sehat. Bukan karena Kinara gemuk atau bentuk badannya yang tidak bagus. Toh tubuh Kinara yang berbobot 50 kg itu masih belum mencukupi, dibandingkan dengan tinggi badannya yang mencapai 163 cm.
Percakapan mereka terhenti saat pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Kinara tanpa banyak bicara langsung menyantap mi soba yang masih panas itu. Tak lupa mengambil beberapa sendok sambal dimasukkan ke dalam mangkuknya.
"Jangan banyak-banyak," tegur Lucas. "Inget kita lagi program hamil."
Kinara menuruti suaminya saat teringat program hamil yang sedang dijalani mereka berdua. Bulan kemarin, Kinara masih mendapat tamu bulanannya, dan ia berharap bulan ini, program yang mereka jalani akan berhasil.
"Enak banget ini sushinya." Kinara memasukkan satu potong penuh sushi ke dalam mulutnya. Lalu ia mengambil satu potong sushi lagi menggunakan sumpit, dan menyuapi Lucas. Lelaki itu belum menyentuh sushi mereka sama sekali. "Makan Luke, enak banget."
Lucas menerima sushi dari Kinara. "Iya enak, tapi kenyang."
"Aku habisin semuanya ya?" Mata Kinara tampak berbinar.
"Jangan, nanti kalau kamu kekenyangan, pasti sampai rumah malah tidur," cegah Lucas sambil mengambil sushi tuna lagi dan memakannya.
"Emang kalau aku tidur kenapa?"
"Ya aku sendirian." Lucas merajuk. Kenapa istrinya ini tidak peka ya? Kalau Kinara sudah terlanjur mengantuk, ia tidak tega jika meminta jatah olahraga malam.
"Aduh, aduh, pengantin baru mesranya." Lucas dan Kinara menoleh saat mendengar suara berat yang familiar itu. Papa dan Mama Lucas tampak berdiri di samping meja mereka.
Kinara segera berdiri dan menyalami kedua mertuanya, dan meminta mereka untuk bergabung. Meskipun masih jelas di ingatan Kinara, bagaimana Laras menghinanya di depan Lucas dan Sandra.
"Yakin nggak mengganggu kalian?" goda Steven, Ayah Lucas.
"Nggak lah Pa, mari silahkan duduk." Kinara tersenyum sopan pada lelaki paruh baya yang memiliki aura berwibawa itu. "Papa, Mama, mau pesan apa?"
Lucas dengan sigap memanggil pelayan untuk mencatat pesanan kedua orangtuanya. Sembari menunggu pesanan mereka datang, ke empat orang itu sibuk mengobrol.
"Mama sama Papa, habis dari mana?" tanya Lucas.
"Mama habis arisan di rumah temen, terus minta jemput papa," jawab Laras.
"Habis arisan kok masih mau makan Ma?" goda Lucas.
"Yang minta makan Papa ya, bukan Mama." Laras mendengus sambil menyenggol lengan suaminya.
"Kan Mama juga yang bilang mau ramen, hayo," kata Steven sambil tertawa.
Lucas ikut tertawa melihat raut wajah ibunya yang cemberut. "Mama nggak usah malu gitu. Kinara aja habis satu porsi mi soba, sushi, sama takoyaki." Lucas menunjuk makanan yang ada di atas meja.
Wajah Kinara bersemu merah. "Ini sushinya buat berdua kok."
"Sampai rumah juga nanti pasti masih doyan makan lagi," tambah Lucas. "Jadi Mama nggak usah malu kalau makannya banyak. Tetep cantik kok."
"Badan Kinara tetep kelihatan kecil terus ya. Makanannya lari ke mana?" canda Steven. Berbeda dengan Laras, sikap Steven tidak berubah, ia tetap menjadi lelaki humoris yang membuat Kinara nyaman. Wanita itu mengakui bahwa dirinya beruntung memiliki ayah mertua sebaik Steven.
"Lari jadi keringet Pa. Soalnya aku disuruh Lucas nge-gym tiap hari. Biar nggak gendut gitu," jawab Kinara melirik kea rah Lucas dengan raut wajah mengejek.
"Kapan aku nyuruh kamu nge-gym tiap hari?"
"Tadi kan kamu ngomong gitu. Makan boleh banyak, asal nge-gym terus. Nggak mau aku gendut." Bohong Kinara, Lucas yang mendengar itu hanya bisa tertawa mendengar tuduhan istrinya.
"Awas ya Honey, nanti di rumah," bisik Lucas. Wajah Kinara kemudian terlihat tegang, dan melirik ke arah Lucas, namun lelaki itu pura-pura sibuk dengan minumnya.
Laras yang melihat interaksi pasangan pengantin baru itu memperlihatkan wajah tidak suka. Ia belum bisa menerima jika Lucas menikahi Kinara, sahabat putranya itu sekaligus sahabat mendiang istri Lucas. Karena seberapa kerasnya dia berpikir, jawabannya selalu mengerucut pada satu jawaban, yaitu putranya dan Kinara menjalin hubungan di belakang Melody.
"Kalian kalau pulang bareng terus?" tanya Laras. "Kenapa ngrepotin Lucas gitu."
Lucas menghela napasnya. Ibunya mulai lagi dengan menyudutkan istrinya itu. Baru saja ia bersyukur dalam hati ibunya tidak membuat ulah. "Nggak Mam. Ini kebetulan aja pas pulang bareng, aku pengen jemput Kinara. Biasanya juga Kinara dijemput sama Pak Ridwan."
"Kenapa antar jemput? Kan bisa naik mobil sendiri," sindir Laras.
"Itu aku yang minta Mam. Aku nggak mengizinkan Kinara naik mobil sendiri," balas Lucas.
"Mama kenapa sih gitu?" tanya Steven terkejut. "Lagian Lucas bener kok, apalagi Kinara pernah kecelakaan, maklum aja kalau Lucas trauma, dan nggak mau terjadi apa-apa sama istrinya."
Kinara memilih diam kalau ibu mertuanya sudah memulai menyindir atau mengatakan yang tidak-tidak tentang dirinya. Ia takut tidak bisa mengontrol diri dan malah mengatakan sesuatu yang tidak pantas pada ibu mertuanya. Lucas melihat Kinara yang terlihat muram. Wajahnya menunduk, matanya tidak terlihat berbinar seperti tadi. Betapa sedihnya dia karena penyebab hal itu adalah ibunya sendiri.
"Honey, makannya nggak dihabisin?" Kinara menggeleng lemah. "Kamu pasti capek ya? Dari semalem lembur kasus terus."
"Kalau Kinara capek, pulang duluan aja Luke," usul Steven, merasa menyesal dengan tingkah laku istrinya.
Lucas mengangguk. "Mam, Pa, aku sama Kinara pulang dulu ya. Mama sama Papa nikmatin makannya, nanti aku yang bayar."
"Kinara pulang duluan Ma, Pa," pamit Kinara. Diam-diam dia bersyukur Lucas membawanya pulang, karena ia sudah kehilangan selera makannya. Walaupun sayang ia belum menghabiskan takoyakinya, tapi perutnya tiba-tiba terasa penuh.
"Kinar," panggil Lucas. "Maafin Mama ya? Dan makasih udah bisa tahan diri kamu."
Senyuman tipis menyembul di bibir Kinara. "Udah kewajiban aku sebagai istri, untuk menghormati mertua. Semoga suatu saat Mama Laras bisa nerima aku."
Lucas tersenyum getir mengamini perkataan istrinya. Sudah berapa cobaan dan rasa sakit yang Kinara rasakan karena menjadi istrinya? Tidak hanya harus bersabar dengan dirinya, Kinara juga harus bersahar menghadapi ibunya.
***
Kalo punya mertua gitu enaknya diapain?
Jangan lupa votement ya :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top