09 - Secret
Suasana pagi ini bagi Kinara dan Lucas sangat canggung. Mereka sarapan tanpa saling sapa, keduanya saling menghindari tatapan satu sama lain. Bahkan Kinara yang biasanya selalu meminta izin saat akan berangkat ke kantor, dan dibalas Lucas dengan mencium keningnya, hari ini mereka langsung masuk ke dalam mobil masing-masing. Kinara memutuskan untuk memberi sedikit pelajaran pada suaminya. Ia ingin melihat apakah Lucas akan meminta maaf padanya dan menjelaskan soal semalam, atau lelaki itu mempertahankan egonya. Sejujurnya Kinara tidak enak harus bersikap seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, hatinya sudah terlanjut sakit.
Di sisi lain Lucas memasuki ruangannya, lelaki itu langsung mengeluarkan laptopnya dan segera membuka dokumen perusahaan yang harus ia pelajari. Suara ketukan pintu terdengar sebelum sekretarisnya masuk.
"Pak ini berkas yang harus ditanda tangani," kata Linda sambil meletakkan tumpukan berkas di dalam map.
"Oke, terus jadwal saya hari ini apa Lin?"
"Pukul sembilan ada rapat finalisasi proyek Skyplus Mall di Bandung dan Palembang, di aula lantai tiga, pukul satu ada makan siang dengan Pak Hendra, kontraktor, dan Pak Armando Direktur keuangan, untuk membahas pembangun Skyplus Park," jelas Linda.
Lucas mengangguk-anggukkan kepalanya. Perusahaannya memang sedang banyak mengerjakan proyek. Tetapi bukan itu juga alasan utama ia selalu pulang larut malam.
"Setelah makan siang, apa ada lagi acara di luar kantor?"
"Tidak Pak, tapi setelah itu ada rapat lagi pukul empat sore."
"Terima masih Linda. Tolong nanti kamu ingetin saya lagi, barangkali saya lupa," pinta Lucas.
"Baik Pak, saya permisi dulu." Linda pun pamit keluar.
Lucas kemudian menandatangani berkas yang tadi dibawa Linda, dan melanjutkan pekerjaannya kembali. Ia meninjau laporan-laporan yang diberikan para direktur perusahaan, dan memberikan masukan-masukan yang perlu. Ditambah dua minggu lagi, akan ada rapat bulanan rutin perusahaan, sehingga membuatnya harus membaca semua laporan yang dikirimkan padanya.
Saat ia sedang sibuk memeriksa laporan, ponselnya di dalam saku jas berdering. Setelah Lucas melihat nama kontak yang menghubunginya, ia dengan segera menjawab panggilan tersebut.
"Halo." Suaranya waspada.
Karena orang yang meneleponnya tidak akan menghubunginya, kecuali ada sesuatu yang benar-benar penting.
"Luke, aku dapet informasi baru."
"Apa?"
"Pihak kepolisian akan memberhentikan proses penyelidikan. Mereka akan membawa hasil terakhir untuk dibawa ke pengadilan."
Lucas menggeram. "Aku udah nggak peduli sama kepolisian, karena mereka seperti udah menyerah. Apa ada polisi yang terlibat?"
"Masih akan diselidiki lebih lanjut."
"Apa lagi yang kamu dapetin?"
"Mereka kelihatan tenang. Nggak ada kegiatan mencurigakan, tapi kita tetap harus berjaga-jaga Luke."
"Ya, kumpulkan bukti sebanyak-banyaknya dulu."
"Tim kita juga punya bukti-bukti kejahatan mereka yang lain, yang bisa menjebloskan mereka ke penjara. Kayaknya kami akan lakukan itu jika sudah benar-benar terdesak."
"Makasih Danish. Terus gimana keadaan korban? Amanda?"
"Amanda aman Luke, dia masih diawasi sama tim kita. Aku udah suruh dia lapor kalo ada sesuatu yang mencurigakan."
"Oke kalo gitu. Bukti-bukti langsung kirim ke e-mail aku Danish."
"Nanti malem, Detektif Regan minta ketemu, ada waktu?"
Lucas menimbang-nimbang sebentar, ia dan Kinara sedang dalam kondisi tidak baik karena ia selalu pulang larut, tapi apa daya, ada sesuatu yang harus dilakukan.
"Bisa, ketemu di tempat biasa Danish."
"Baik Bos. Selamat pagi."
"Pagi."
Pikirannya langsung tidak tenang jika sudah menyangkut masalah ini. Ia sudah berusaha sekeras yang ia mampu bersama timnya. Namun hasil yang didapat belum memuaskan. Mereka masih harus membutuhkan waktu lagi untuk menyelesaikan masalah ini, dan membawa 'musuh' mereka ke pengadilan, atau ia akan menyingkirkan mereka dengan tangannya sendiri.
***
"Tumben jam ketemuannya dimajuin," ujar Regan saat Lucas masuk.
"Kinara ngga suka aku pulang malem," jawab lelaki itu. "Dia mikirnya ke mana-mana."
Regan mengangguk-angguk paham. "Married life nggak sebahagia yang dibayangin ya?"
Lucas hanya terkekeh. "Jadi gimana Regan? Kata Danish kalo terpaksa kita bakal pake bukti kriminal mereka yang lain buat ngejeblosin penjara?" tanya Lucas.
Regan adalah detektif swasta yang disewa oleh Lucas untuk menyelesaikan masalahnya. Mereka sudah bekerja sama hampir lima bulan. Sedangkan Danish adalah asisten Regan.
"Iya, tapi tenang, aku bakal cari bukti lagi, dan rencana baru mereka. Karena aku yakin, mereka itu bakal nyerang lagi. Cuma lagi cari waktu yang tepat aja," tutur Regan.
"Ya, gimana pun juga Shelyn putri mereka, harus dihukum mati karena kejadian itu, sebagai orang tua mereka pasti akan membalaskan dendamnya."
"Luke, perlu kamu tahu, mereka bukan keluarga biasa. Grup Alison pemasok narkoba terbesar di Indonesia, mereka sangat berbahaya."
"Aku tahu Regan, aku tahu. Maka dari itu aku nggak bisa hidup tenang sebelum mereka ditangkap paling tidak," gumam Lucas.
***
Kinara cukup terkejut ketika Lucas pulang pukul sembilan malam. Ya masih terbilang 'awal' meskipun sudah malam. Dirinya yang masih merasa canggung hanya melirik sebentar ke arah Lucas dan kembali sibuk bermain dengan Caramel. Ia mengamati Lucas yang tidak menyapanya dan langsung ke lantai dua. Suaminya terlihat lelah, kemejanya pun sudah kusut. Sedangkan Lucas menghela napas menelan kekecewaan karena istrinya tidak menyambutnya seperti biasa. Ia sendiri pun merasa gengsi jika harus yang mengawali percakapan. Kinara yang bermain dengan Caramel di ruang tamu heran kenapa Lucas tidak turun untuk makan.
Apa jangan-jangan dia udah makan? Tapi biasanya, kalau pulang di bawah jam sepuluh, lelaki itu akan makan di rumah.
Ia memutuskan untuk ke atas sambil menggendong Caramel, ia masuk ke dalam kamarnya namun tidak menemukan suaminya, kamar mandinya pun kosong. Saat Kinara keluar dari kamar, Caramel tiba-tiba melompat dari gendongannya, dan berlari ke arah ruang kerja Lucas.
"Ah bener juga paling dia di sana."
Pintu ruang kerja Lucas sedikit terbuka, dan Caramel sudah masuk terlebih dulu. Dari bibir pintu, ia memanggil kucing itu agar keluar, ia tidak berani untuk masuk tanpa izin Lucas, karena selama ini suaminya sudah memperingatkannya jangan masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa izin darinya, bahkan lelaki itu selalu mengunci ruang kerjanya.
"Caramel ayo keluar." Kinara membujuk kucingnya untuk keluar, tapi Caramel malah berjalan semakin ke dalam, dan parahnya kucing itu naik ke atas meja.
"Aduh, kalo Caramel pipis di situ gimana?" bisik Kinara panik. Sebelum semuanya terlambat Kinara masuk ke dalam dan mengambil Caramel.
"Kamu itu nakal banget si Caramel. Kalau Lucas ngamuk gimana?" desis Kinara.
Caramel menatap Kinara dengan mata bulatnya sambil mengeong. "Dasar kucing," gerutu Kinara sambil merapikan kertas-kertas di atas meja Lucas.
"ngapain kamu di situ Kinara?!" Suara Lucas menggelegar, wajahnya tampak merah karena marah. Lelaki itu langsung bergegas ke meja kerjanya dan mendorong Kinara menjauh dari sana. "Aku udah bilang sama kamu, jangan masuk ruang kerja aku tanpa izin! Kenapa?!"
"Aku nggak bermaksud buat masuk." Bibir Kinara bergetar. Ia terlalu terkejut dengan suara keras suaminya dan wajah Lucas yang terlihat sangat marah.
"Apa kamu segitunya nggak percaya sama aku, sampai kamu harus periksa berkas-berkas aku?! Kenapa kamu jadi lancang Kinara?" tanya Lucas sambil menatap istrinya tajam.
"Yang nggak percaya itu kamu! Sampai kamu nuduh istri sendiri nglakuin hal rendahan kaya gitu! Harusnya kamu tahu, aku orang yang sangat menghargai privasi orang lain!" balas Kinara dengan amarah meledak. "Tadi aku cuman ambil Caramel yang masuk ke sini, karena pintunya yang kebuka," tegasnya sebelum berbalik keluar.
Sebagai seorang istri tidak ada yang lebih sakit dari tidak dipercaya oleh suaminya sendiri. Itulah yang dirasakan Kinara sekarang. Lucas, sahabatnya, suaminya, ternyata bukanlah lelaki yang ia kenal dulu. Ia memiliki sisi yang tidak Kinara ketahui. Ini pertama kalinya bagi Kinara melihat Lucas marah, dan mirisnya amarahnya tertuju untukknya.
Lucas mengerang, kemudian ia merasa bodoh karena sudah menuduh Kinara. Tadi ia dikuasai kepanikan, saat melihat Kinara memegang lembaran kertas di atas meja kerjanya. Ia takut istrinya akan tahu sesuatu yang tak perlu diketahui wanita itu. Dengan terburu-buru Lucas menyusul Kinara. Ia tidak ingin istrinya salah paham. Ia tidak ingin istrinya kecewa dan pergi meninggalkannya. Akan tetapi sepertinya itu sudah terlambat, dari lubuk hatinya ia menghitung sudah berapa kali dirinya mengecawakan Kinara dalam pernikahan ini?
***
Galak amat sih Luke! T-T pengen banting laptop ini saking keselnya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top