07 - Caramel
Kinara terbangun dengan buku di pangkuannya. Ia ketiduran saat membaca novel yang baru ia beli. Ia kemudian masuk ke kamar, dahinya berkerut saat tidak mendapati Lucas di dalam. Padahal ini sudah pukul satu malam. Setelah memastikan Lucas tidak ada di kamar mandi, Kinara menuju ruang kerja Lucas, sudah jadi kebiasaan jika suaminya itu 'menghilang' saat di rumah, di sanalah lelaki itu berada.
Kinara mengetuk pintu cokelat yang tertutup itu.
"Ya, masuk." Terdengar suara sahutan dari dalam.
Kinara membuka pintu perlahan, dan masuk ke dalam ruangan kerja Lucas. Suaminya itu sedang sibuk dengan sesuatu di laptopnya, dan banyak lembaran kertas berada di sisinya.
"Luke, udah jam satu," kata Kinara.
Lucas mendongakkan kepalanya. "Kamu udah mau tidur?" Kinara mengangguk. "Ya udah, kamu ke kamar dulu, aku mau beresin ini." Lucas mulai menata lembaran kertas yang berceceran.
"Aku tunggu ya," kata Kinara sebelum keluar dari ruangan suaminya.
Kinara bergegas ke kamarnya, menggosok gigi, dan mengganti bajunya. Ia sudah berbaring di ranjang bersiap untuk tidur. Sudah menjadi kebiasaan bagi Kinara setelah menikah dengan Lucas, ia pasti akan memberitahu suaminya, saat ia akan tidur, dan lelaki itu akan mengikutinya untuk tidur. Padahal Kinara hanya sekedar memberitahukan pada Lucas, bukan meminta lelaki itu untuk tidur bersamanya.
"Kamu capek banget ya?" Pertanyaan Lucas memecah lamunannya.
"Ya gitu sih. Udah ngantuk aja," jawabnya sambil menatap Lucas yang sudah berbaring di sampingnya. Bahkan Kinara tidak sadar saat suaminya itu masuk ke kamar.
"Ya udah, sekarang tidur." Lucas melingkarkan tangannya di pinggang Kinara, dan dengan otomatis, Kinara merapatkan jarak mereka, menyandarkan kepalanya di dada bidang Lucas. Sikap keras dan dingin Lucas sudah perlahan menghilang. Lelaki itu mulai berubah menjadi seseorang yang Kinara kenal. Lelaki hangat, pengertian, dan perhatian, ya paling tidak itulah yang dirasakan wanita itu.
Lucas memperhatikan istrinya yang sudah tertidur pulas. Ia mencoba bangun dari tempat tidur, untuk kembali ke ruang kerjanya, tapi pelukan Kinara terlalu erat. Ia takut membangunkan Kinara.
Lucas menghela napas. "Kayaknya aku harus nglanjutin pekerjaanku besok." Akhirnya ia memilih tidur dengan istrinya, dan meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk.
***
April, 2018
Lucas melangkahkan kaki di pemakaman yang sepi. Sebuket bunga lily di tangannya, lalu ia berhenti di depan batu nisan bertuliskan Melody Putri Chan.
"Sore Mel," bisiknya lalu berjongkok dan meletakkan bunga lily di atas batu nisan. "Aku nemu surat kamu, maaf aku berantakin lemari kamu tanpa izin," kata Lucas lagi.
"Asal kamu tahu, kamu bukan sahabat jahat, kamu sahabat terbaik Mel, dan inget, kamu selalu punya tempat istimewa di hati aku. Aku minta maaf, selama dua tahun ini belum bisa bahagiain kamu, nggak bisa ngertiin kamu, aku emang brengsek ya? Maafin aku banget Mel. Aku sayang kamu Mel, kamu nggak boleh lupa itu."
Lucas melanjutkan perjalanannya ke rumah sakit untuk bertemu Kinara. Sudah jadi kegiatan rutinnya bertemu wanita yang terbaring koma itu. Hatinya terasa berat setelah membaca surat dari Melody. Ia perlu menceritakan ini pada seseorang, untuk meringankan beban di hatinya, dan Kinara adalah orang yang tepat untuk bercerita, ia adalah satu-satunya orang yang Lucas percaya.
"Aku baru ketemu Melody," ucapnya lirih. Tangannya menggenggam tangan Kinara. "Aku ngrasa jadi cowok paling brengsek, tapi bisa apa aku?" curhatnya. "Kinara, udah dua bulan kamu tidur, kamu nggak capek? Kamu nggak kangen sama aku? Karena aku kangen banget sama kamu, ngobrol sama kamu, denger ketawa kamu."
"Miss you so much." Lucas mengecup kening Kinara. "Wake up soon, aku pulang dulu, besok aku ke sini lagi."
Lucas bangun dari tempat duduknya, saat berbalik ia terkejut melihat Alena, kakak Kinara.
"Kak Alena."
"Lucas."
"A-aku, a-aku nggak bermaksud-" Lucas kehilangan kata-katanya saat mau menjelaskan kenapa ia mencium Kinara.
"Nggak usah dijelasin ke aku Luke, aku tahu." Alena tersenyum. "Jaga Kinara ya."
***
"Mau ke mana kita?" tanya Kinara saat Lucas mengajaknya pergi.
"Nanti juga tahu." Pandangan Lucas tetap fokus pada jalanan di depannya.
Jika sudah keluar mode cueknya seperti ini, Kinara memilih diam. Dua bulan menjadi istri Lucas, ia sudah hafal dengan sifat suaminya itu yang berubah-ubah. Kadang hangat kadang dingin, sesuai suasana hatinya.
Hari Minggu ini, Lucas membangunkan Kinara pagi-pagi, dan meminta Kinara untuk bersiap-siap. Tanpa menjelaskan apapun, suaminya itu mengajaknya pergi.
Mata Kinara berbinar saat mobil Lucas berhenti di depan toko hewan peliharaan. Apa mereka akan membeli kucing di sini? Anjing? Dirinya memang pecinta hewan, ia memiliki seekor kucing di rumah orangtuanya.
"Ayo turun." Suara Lucas membayarkan lamunannya.
"Eh iya." Kinara mendengus saat Lucas berjalan masuk begitu saja tanpa membukakkan pintu mobilnya.
Kinara melihat-lihat kucing-kucing lucu dari berbagai ras di dalam kandang.
"Pilih yang kamu suka," kata Lucas dengan wajah datarnya.
"Kamu mau beliin aku kucing?" pekik Kinara tanpa bisa menyembunyikan rasa senangnya.
"Hm. Buat temen kamu di rumah."
"Auw makasih Lucas." Kinara memeluk pinggang suaminya, sejenak Lucas membeku, namun tubuhnya langsung relaks kembali, dan senyuman tipis tersungging di bibirnya.
Pilihan Kinara jatuh pada kucing persia berwarna cokelat. Kucing itu kira-kira baru berusia lima bulan, memiliki mata bulat dan bulu yang cukup lebat. "Aku mau ini." Kinara menunjuk kucing lucu itu. Seorang pegawai membukakan kandang dan menyerahkan kucing itu pada Kinara.
"Ah lucu banget. Uh sayang." Kinara mencium hidung kucing itu, dengan senang hati kucing itu membalasnya dengan mengeong. Ia sekalian membeli kandang kucing, tempat tidur kucing, dan makanan kucing, serta pernak-pernik lainnya.
Setelah menyelesaikan pembayaran dan administrasi yang lain, keduanya kembali ke mobil untuk kembali ke rumah.
"Namanya siapa?" tanya Lucas singkat.
"Siapa ya?" Perhatian Kinara masih terpaku pada kucing menggemaskan di pangkuannya.
"Caramel," ujar Kinara. "Gendutnya aku, sekarang nama kamu Caramel."
Lucas hanya mengangguk-angguk mendengarkan Kinara berbicara pada Caramel.
"Kok kamu tiba-tiba diem aja Luke?" Kinara menoleh pada Lucas yang sedang mengemudi.
Lucas terkekeh. "Aku suruh apa emangnya?"
"Akhirnya ketawa juga. Tadi wajahnya kaku banget." Kinara tersenyum lebar.
Lucas mendecakkan lidahnya. "Aku dapet saingan ternyata, jadinya kesel dong."
"Saingan? Saingan apa?"
Lucas menunjuk Caramel. "Sekarang yang dielus-elus Caramel terus."
Wajah Kinara langsung memerah. "Apa sih?"
Diam-diam Lucas tersenyum melihat tingkah istrinya. "Kamu seneng dapet Caramel?"
Kinara mengangguk antusias. "Kamu kan tahu sendiri, aku emang pecinta kucing. Thanks Luke, so much."
"Aku ingin kamu nggak merasa terkekang nikah sama aku." Lucas memberikan alasannya. "Aku ingin kamu tulus jadi istri aku, ya aku tahu, kucing ini belum cukup buat ngeyakinin kamu, tapi percaya sama aku Kinar, aku berusaha tiap hari agar kamu ngerasa bahagia sama aku."
Lucas sadar betul, pernikahannya dengan Kinara bukanlah pernikahan terbaik yang diinginkan oleh istrinya. Mengesampingkan segi pesta pernikahan indah, dan bulan madu mewah. Ia tahu wanita lebih membutuhkan rasa aman dan nyaman dalam sebuah bahtera rumah tangga. Dan Lucas punya kewajiban untuk membuat Kinara merasa aman dan nyaman dalam pernikahan ini, agar Kinara mau bertahan dengannya, meskipun bagi istrinya banyak sesuatu yang tidak jelas, seperti alasan kenapa Lucas menikahinya dan bagaimana perasaan lelaki itu pada Kinara.
Mata Kinara berair mendengar penuturan Lucas. Perlahan tapi pasti Lucas meyakinkannya jika lelaki itu tidak bermain-main dengan pernikahan ini, dan berusaha keras untuk membahagiakannya. Rasanya seperti angin segar yang selama ini Kinara butuhkan, menenangkan. Selama dua bulan menyandang status sebagai istri Lucas, ia memang merasa terombang-ambing, tetapii ia percaya Lucas tidak akan menyakitinya.
"Aku mau bertahan sama kamu, karena aku ingin. Aku bakal berhenti tanya apa alasan kamu nikahin aku. Karena aku tahu kamu nggak bakal mengkhianati aku atau pun nyakitin aku." Dan karena aku cinta kamu. Namun Kinara hanya mengatakan kalimat terakhirnya di dalam hati.
"Makasih Kinar," ucap Lucas tulus. Please sabar honey, akan ada waktunya aku bakal kasih tahu semua ke kamu. Aku janji.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top