03 - One Step Ahead

Lucas membersihkan mulutnya dengan tisu sebelum bergegas menyusul Kinara ke kamar. Sikap kritis Kinara sangat tidak dibutuhkan dalam situasi ini. Tetapi mau apa lagi, itulah yang membuat wanita itu menjadi pengacara handal. Sikap kritisnya yang kadang melewati batas. Lucas membuka pintu kamar mereka kasar, dan menemukan Kinara yang duduk di tepi ranjang, sedang menangis. Ia tahu, dirinya salah, tapi bisakah Kinara tidak mengungkit masa lalu, dan menjalani pernikahan ini sebagaimana mestinya?

"Stop crying," desis Lucas.

Kinara mendongak dengan tatapan sinis, wajahnya penuh air mata.

"Menangis tidak akan mengubah situasi kita, terima saja takdirmu."

Kinara tertawa sumbang. "Takdirku?! Kamu yang memaksakan takdirku!" Dadanya naik turun, bergemuruh karena emosi. Yang dirasakan Kinara saat ini adalah kecewa, marah dan benci. Ia benci Lucas yang bersikap menyalahkan dirinya, dan memaksakan takdirnya. Tahu apa lelaki itu soal takdir?

"Jangan kekanakan! Kamu udah dewasa! Aku juga capek Kinara!"

"Bullshit! Menurut kamu aku nggak capek?! Aku capek, aku sakit, Luke!" teriak Kinara. "Kamu buat aku di dalam situasi yang membingungkan. Aku bahkan nggak tahu, gimana perasaan kamu ke aku, apa kamu dendam sama aku, apa kamu benci aku."

Lucas mengacak rambutnya jengkel. "Ya Tuhan Kinar! Aku nggak punya dendam atau pun benci sama kamu! Stop that negative thinking!"

"Gimana caranya?!"

Lucas menarik Kinara berdiri, lalu mencium wanita itu dengan kasar. Lumatan penuh emosi, paksaan, dan rasa frustasi yang tertahan. Suara erangan lolos dari tenggorokan Lucas, saat ia berhasil memasuki mulut hangat istrinya. Ia belum bisa memberikan jawaban yang istrinya minta, tapi setidaknya, dia bisa memberikan jawaban dengan ciumannya. Mereka melepaskan diri masing-masing saat mereka berdua harus menghirup oksigen untuk bernafas. Lucas menyandarkan keningnya pada kening Kinara. Matanya dengan tajam menatap wanita di hadapannya yang masih terpejam.

"Kinara," bisiknya. "Aku minta kamu satu hal, buang jauh-jauh pikiran bodoh kamu, dan perlu kamu inget, alasan kenapa aku nikahin kamu, karena aku ingin kamu jadi istriku. Ngerti?"

Kinara menatap ragu-ragu bola mata cokelat itu. Ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, namun suaminya menggelengkan kepalanya, memberi isyarat untuk tidak berbicara.

"Don't. Don't ask me why. Don't ask me how. Just don't," ujar Lucas. "Aku masih Lucas yang sama, aku masih Lucas sahabat kamu, yang sekarang jadi suami kamu, aku Lucas yang bisa kamu percaya. So, believe me. And enjoy this marriage life with me."

Kinara tersenyum getir, bagaimana ia akan percaya pada Lucas dengan mudah? Jika kenyataannya lelaki itu sendiri yang menciptakan keraguan di hatinya.

***
Sepasang suami istri itu berjalan bergandengan menyusuri pinggiran jalan setapak di belakang hotel yang langsung menghadap pada indahnya pantai. Awalnya Kinara merasa canggung dengan perlakuan Lucas yang menganggap seolah tidak terjadi pertengkaran di antara mereka. Ia kaget saat Lucas tiba-tiba menggenggam tangannya. Laki-laki itu bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun pada dirinya. Karena Kinara tidak menghabiskan sarapannya, Lucas mengajak istrinya itu ke cafe pinggir pantai untuk membeli sandwich. Lalu membawa Kinara ke pantai yang berada di belakang hotel mereka. Pantai tersebut memang hanya bisa diakses oleh tamu-tamu yang menginap di hotel yang dibangun mengelilingi pantai itu.

"Pagi ini kita habiskan waktu di hotel dulu, nanti malam baru kita keluar," ujar Lucas.

Kinara mengangguk. Ia tidak protes, toh pemandangan pantai privat di hotel tempat mereka menginap sangat menakjubkan. Dengan kameranya, ia sibuk mengambil foto keindahan pantai itu. Fotografi adalah hobinya, dan kamera adalah barang wajib yang harus dibawa ke mana pun ia pergi. Sedangkan Lucas memilih duduk di kursi jemur sambil memperhatikan istrinya. Wanita itu sengaja menghindari suaminya, ia belum bisa berhadapan dengan Lucas yang bagaikan kotak misteri.

Lucas harus menahan tawanya saat melihat Kinara mengambil foto selfie dengan kameranya. Wajahnya cemberut saat melihat hasil foto yang diambil tidak memuaskannya. Karena kameranya tidak memiliki layar yang bisa mengecek dengan mudah ketika selfie.

"Kenapa nggak pake hape aja sih?" Lucas terkekeh.

Setelah beberapa kali melihat Kinara menggerutu karena kesal mengambil foto selfie, Lucas tidak tega dan menghampirinya. "Bawa sini kamera kamu," katanya merebut kamera yang dipegang Kinara. "Udah pose sana, aku fotoin."

Dengan memanyunkan bibirnya, Kinara menuruti Lucas. Ia mengambil spot yang menurutnya bagus dan mulai berpose. Lucas pun mengatur gaya Kinara agar terlihat apik di kamera.

"Beneran itu bagus?" tanya Kinara, Lucas mengacungkan jempolnya.

"Lagian kenapa nggak pake hape aja? Ribet pake kamera gede kaya gini," omel Lucas.

"Nggak ada seninya Luke kalo asal jepret pake hape." Kinara berjalan ke arah Lucas untuk melihat hasil foto yang diambil suaminya. "Ih kenapa aku kelihatan gendut?" Kinara memicingkan matanya pada Lucas.

"Terus ini, kamu kurang ke atas lagi Lucas, jadinya aku kelihatan pendek," tambahnya lagi.

"Enak pake hape, aku bilang juga apa." Lucas menyerahkan kembali kameranya pada Kinara, dan mengeluarkan iphone keluar terbaru.

Tanpa aba-aba, ia mengambil foto Kinara dari dekat. "Kan, candid aja cakep. Nggak pake ribet lagi." Lucas menyodorkan ponselnya ke Kinara.

"Lagi manyun gini." Kinara ngedumel.

"Tetep cantik kok," sahut Lucas spontan.

Kinara terdiam, ia merasakan pipinya memanas. Ini adalah pertama kalinya Lucas memujinya setelah status mereka menjadi suami istri. Hatinya berdebar-debar, membuat wanita itu menghela napas. Perasaannya terlibat dalam situasi sulit, ia sangat menikmati perubahan sikap Lucas yang mendadak menghangat, tapi di sisi lain logikanya meminta ia untuk waspada.

"Uhm, makasih," gumam Kinara.

Lucas yang menyadari kecanggungan muncul di antara mereka, menarik Kinara mendekat, dan mengajak istrinya untuk mengambil foto bersama.

"Kita selfie dulu, ya kali honeymoon, fotonya sendirian," katanya ringan.

Dengan pose menjulurkan lidah, Lucas mengambil foto mereka. Kemudian, puluhan foto sudah ia ambil bersama Kinara.

"Foto sebadan belum ada ini," ujar Kinara.

"Kita cari orang buat fotoin kita." Lucas mencari-cari pengunjung yang terlihat 'menganggur'. Kemudian ada satu pasangan yang kebetulan lewat di depan mereka.

"Excusme, Sir."

"Yes?"

"Can you take few photos for us, please?" Lucas menarik tangan Kinara.

"Sure."

Lucas kemudian menyerahkan ponselnya pada lelaki asing itu.

"Kenapa ngga kasih kameranya aja?" tanya Kinara.

"Ribet ntar. Kualitasnya juga hampir sama."

"Ready?" tanya lelaki asing itu.

Lucas mengangguk. Tangannya melingkar nyaman di pinggang Kinara, bibirnya tersenyum lepas, matanya menatap ke arah kamera. Sedangkan Kinara tertawa lebar ke arah kamera, dengan tangannya membentuk huruf 'V'.

"Once again Sir," kata lelaki asing itu.

Lucas dan Kinara mengangguk tanpa protes. Kali ini Kinara meletakkan tangannya memegang kaus bagian depan Lucas. Sedangkan lelaki itu merapatkan jarak tubuh mereka, lalu mencium kening Kinara, membuat wanita itu membeku, tapi untungnya senyuman manis tetap tersembul di bibir tipisnya saat kamera menangkap momen mereka.

"Thank you very much." Lucas menerima ponselnya kembali.

"Thanks a lot," tambah Kinara tersenyum.

"You're welcome," jawab lelaki itu.

"You two really sweet couple." Kali ini wanita yang mendampingi sang lelaki berbicara.

Kedua orang tadi pun berjalan meninggalkan Lucas dan Kinara. Lucas sempat menawarkan untuk mengambil foto mereka, tapi keduanya menolak.

"How do you feel?" tanya Lucas pada Kinara. Mereka kini duduk di kursi jemur di bawah payung.

"Great. Its beyond my imagination, its wonderful."

"Masih ada lima hari lagi, kita bakal nemuin lebih banyak yang beyond your imagination."

"Thanks Luke," kata Kinara. Mau tak mau wanita itu harus mengakui jika ia menikmati Hawaii, dan itu artinya ia harus berterima kasih pada Lucas. Untuk sementara ia tidak akan memusingkan masalah pernikahan mereka. Jika Lucas saja bisa bersikap masa bodoh, tentu saja dirinya juga bisa. Ia bertekad akan bergabung dalam permainan yang suaminya ciptakan.

"Sama-sama Kinar."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top