01 - The Wedding
Kinara menatap pantulan dirinya di cermin, dengan balutan gaun berwarna putih yang menjuntai hingga ke lantai., dan kalung mutiara menambah cantik leher jenjang wanita itu, serta mahkota yang bertengger cantik di kepalanya. Seharusnya dia menjadi wanita paling bahagia hari ini. Seharusnya bibir berwarna merah muda itu menyunggingkan senyuman. Seharusnya air mata yang jatuh bukanlah air mata kepedihan. Karena hari ini adalah hari pernikahannya. Ya, pada usianya yang menginjak dua puluh tujuh tahun ini, Kinara melepas masa lajangnya.
"Kamu udah janji nggak bakal nangis hari ini." Seorang wanita cantik, dengan gaun lace berwarna cokelat mengampirinya.
Kinara memaksakan bibirnya tersenyum. "Aku nggak nangis kok."
"Inget Kinar sayang. Pernikahan ini terjadi karena kehendak Tuhan, dan yang terpenting, kamu nggak melanggar agama, dan hukum."
"Kak Alena tahu sendiri, ini nggak sesimple itu? Pernikahan aku itu nggak sama kaya yang lain," tandas Kinara dengan miris.
Perempuan bernama Alena itu hanya menggeleng. "Apa bedanya? Kamu lajang, dia lajang. Dia lelaki, kamu perempuan. Apanya yang beda sayang?" tanya perempuan itu penuh kelembutan.
"Bukan itu maksud aku," ujar Kinara.
Alena menangkup wajah sang adik. "Aku mau kamu bahagia, dan aku tahu, dia bakal jadi orang yang bisa membahagiakan kamu."
***
"Saya Kinara Yuhan Effendy, menerima Lucas Ginandro Brown sebagai suami saya. Dalam suka maupun duka. Dalam senang maupun susah. Saya berjanji akan mendampinginya sebagai istri, sampai nafas terakhir saya."
Mulai detik ini, Kinara sah menjadi istri Lucas. Ya, Lucas sahabatnya, mantan suami Melody. Mengingat namanya membuat napas Kinara tercekat, ia merasa mengkhianati Melody sekarang.
"Saya resmikan, kalian menjadi pasangan suami dan istri yang sah," kata sang pendeta. "Mempelai pria bisa mencium mempelai wanita."
Dengan takut, Kinara mendongakkan wajahnya untuk menatap wajah dingin Lucas. Ia tidak berharap Lucas akan menciumnya, tapi yang terjadi di luar dugaan, lelaki itu maju selangkah, dan menangkup wajahnya.
"Kinara." Lucas berbisik sebelum mengecup bibir merah muda itu.
Tubuh Kinara membeku saat merasakan bibir Lucas menempel di atas di bibirnya. Seakan adrenalin mengaliri darahnya yang terasa panas. Dulu ia pernah mendambakan ciuman dari Lucas, tapi kenapa saat akhirnya lelaki itu mewujudkan salah satu mimpi Kinara, hatinya terasa tak karuan. Perasaan bersalah dan bayang-bayang Melody membuat dadanya terasa berat.
***
Januari, 2016.
Kinara berlari sambil memegangi ujung gaunnya yang panjang. Dengan terengah-engah ia masuk ke dalam ball room mewah sebuah hotel.
"Aduh, Melody pasti marah banget," gerutunya.
Gara-gara ada panggilan mendadak dari kantor, Kinara telat datang ke pesta pernikahan kedua sahabatnya itu. Untung saja ia bisa datang saat upacara di gereja walau hanya sebentar, kemudian langsung meluncur kembali ke kantor.
"Aku kira nggak bakal dateng kamu!" sungut Melody.
"Well, jangan salahin aku. Salahin pak bos yang tiba-tiba minta aku ketemuan sama klien. Padahal aku udah izin, hari ini ada acara keluarga," jelas Kinara.
"Aku aja bisa libur, masa kamu nggak?" tanya Lucas.
"Oh hello, kalau kamu nggak libur, nanti Melody nikahnya sama siapa? Bercandanya nggak lucu." Kinara menjulurkan lidahnya.
"Kita foto dulu aja. Mumpung pada cantik sama ganteng." Melody menarik Kinara ke sebelahnya. Seorang fotografer datang dan siap untuk mengambil foto mereka.
Kinara berdiri di sebelah Melody yang menggandeng tangan Lucas. Kinara merasakan sesuatu yang aneh saat melihat tangan Melody melingkar nyaman di lengan kekar Lucas. Namun sebisa mungkin ia membuang perasaan itu.
"Say cheese!"
"Lagi lagi!" Kali ini Melody mengubah posisi mereka, menjadikan Lucas berdiri di antara kedua gadis itu.
"Wah istri dua nih," canda Lucas.
"Enaknya," cibir Kinara.
"Boleh sih boleh."
"Lagi yuk!" ajak Melody, wanita itu terlalu bersemangat mengabadikan momen specialnya bersama sang sahabat tercinta.
"Mel, kamu nggak nawarin aku makan dulu gitu? Fotonya ntar lagi deh," protes Kinara.
Melody merengut tapi menuruti Kinara. "Ya udah, sana makan dulu. Mumpung gratis."
Wajah Kinara berbinar. "Gitu dong, kebetulan aku juga laper. Kalian nyalamain tamu yang lain dulu sana." Lalu wanita itu berjalan menuju meja prasmanan yang disediakan.
"Lucas?" tanya Melody sembari melihat ke arah Kinara yang berjalan menjauh.
"Ya?" Lelaki itu menunduk untuk menatap Melody.
"Kinara udah nggak marah sama kita kan?"
"Udah tenang aja. Kamu kan kenal dia lebih lama, dia bukan orang kaya gitu." Lucas menenangkan Melody.
"Lucas."
"Apa?"
"Maaf ya. Bikin berantakan hidup kamu," ujar Melody. "Juga bikin berantakan persahabatan kita."
"Itu gunanya temen kan? Aku cuma mau bantu kamu., dan aku ikhlas Mel."
***
Kinara mengeringkan rambutnya dengan handuk di depan cermin saat Lucas keluar dari kamar mandi.
"Habis ini langsung tidur," kata Lucas tanpa menatapnya.
"Hm." Kinara hanya menggumam. Tidak pernah ia bayangkan dirinya dan Lucas akan berada di dalam situasi secanggung ini.
"Besok kita berangkat jam delapan pagi ke Hawaii," tambah Lucas yang kini sudah berbaring di atas tempat tidur.
"Hawaii?" Kinara bangkit lalu duduk di tepi tempat tidurnya. "Untuk apa?"
"Bulan madulah. Apa lagi." Jawaban ketus Lucas lagi-lagi membuat hatinya menciut. Kinara tidak menyangka Lucas yang berdiri di hadapannya berbeda dari sosok lelaki ramah, hangat dan humoris yang dulu pernah ia kenal.
"Tapi kita nggak pernah ngomongin bulan muda Lucas," ujar Kinara. Jika saja situasinya tidak seperti ini, Kinara tidak akan repot mempertanyakan bulan madu mereka ke Hawaii. Apalagi Bulan Agustus seperti sekarang, waktu yang sangat tepat untuk menghabiskan musim panas di sana.
"Kamu tinggal nurut, apa susahnya?" Kali ini Lucas berbalik untuk menatap Kinara.
Kinara tersenyum kecut ketika mendapati tidak ada kehangatan yang biasa terpancar di tatapan mata sahabat lelakinya ini. Hati kecilnya sebenarnya ingin menanyakan, untuk apa Lucas menikahinya jika memang belum bisa melupakan Melody.
Alasan apa yang membuat lelaki itu mengambil keputusan nekat ini, jika pada akhirnya pernikahan mereka tidak membuatnya bahagia, apa Lucas sengaja menikahinya untuk membuat hatinya hancur? Membuatnya merasa bersalah? Satu hal yang pasti, Kinara yakin, tidak ada kata cinta dalam pondasi pernikahan mereka.
***
Mei, 2018.
Kedatangan Lucas sore ini ke rumah orangtua Kinara, yang awalnya dikira hanya kunjungan biasa, berubah petaka. Bagaimana tidak? Lelaki itu tanpa berbicara pada Kinara, langsung mengutarakan niatnya untuk menikahi putri bungsu keluarga Affandy, pada ayahnya.
"Lucas! Kamu jangan bercanda!" pekik Kinara yang duduk di sebelahnya.
"Aku nggak bercanda Kinara," sanggah Lucas.
"Apa kamu serius dengan anak saya?" Tanya Affandy, Ayah Kinara.
Lucas mengangguk mantap. "Tapi sebelumnya ada yang ingin saya bicarakan sama Om, empat mata." Affandy menaikkan alisnya curiga.
"No. Apapun itu pernikahan ini nggak boleh terjadi," tolak Kinara.
Lucas mengabaikan Kinara. "Om, boleh saya bicara empat mata dengan Om? Kalau Om keberatan, Om boleh ajak Tante."
Meskipun bingung dengan permintaan Lucas, Affandy menyutujuinya. Lalu Lucas serta kedua orangtua Kinara pergi dari ruang tamu menuju ruang kerja Affandy.
"Sebenarnya ada apa Lucas? Kenapa mendadak begini?" tanya Rinjani, Ibu Kinara khawatir.
"Betul. Lagi pula ini baru satu bulan sejak Kinara bangun dari koma," tambah Affandy.
Lucas tersenyum sopan. "Saya tahu, kalian berdua mengkhawatirkan Kinara, karena saya juga mengkhawatirkannya."
"Mengkhawatirkan kenapa?" Nada suara Affandy terdengar waspada.
"Sebelumnya saya ingin bertanya. Om dan Tante percaya dengan saya kan?" Keduanya menganggukkan kepala tanpa ragu. "Kalau begitu, Om dan Tante perlu mendengarkan saya."
Sedangkan di ruang tamu Kinara tidak bisa tenang. Ia bingung Lucas datang ke sini dan melamarnya. Lucas, sahabatnya sendiri! Bahkan mereka berdua pun tidak punya hubungan khusus! Kenapa juga Lucas harus bicara dengan kedua orangtuanya? Apa yang ia sembunyikan darinya? Jantungnya semakin berdebar-debar saat Ayah, Ibunya diikuti Lucas kembali ke ruang tamu.
"Pa? Papa nggak nikahin aku sama Lucas kan?" tanya Kinara berharap cemas.
Affandy berdeham. "Papa rasa Lucas adalah pilihan terbaik saat ini untuk jadi suami kamu."
Mata Kinara membulat. "Pa!"
"Kinar sayang." Rinjani mendekati putrinya, dan mendekap bahunya. "Dengerin Papa aja sayang. Kami melakukan ini karena kami sayang kamu. Lagi pula, Lucas lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Terus kalian berdua udah bersahabat dari kuliah, Mama rasa itu udah cukup buat kalian berdua menikah."
Kinara menggelengkan kepalanya. Air mata sudah meluncur bebas membasahi pipinya. "Nggak bisa. Kinar nggak bisa nikahin Lucas!"
"Kinar," panggil Ibunya dengan penuh kasih.
"Nggak bisa Ma. Lucas itu suami Melody, Kinar nggak bisa nikah sama Lucas!"
Lucas menghela napas panjang. "Kinara, aku memang dulu suami Melody. Tapi sekarang aku bukan suami dia lagi."
Kinara tersenyum miris. "Baru tiga bulan Lucas! Baru tiga bulan Melody pergi dan kamu udah nggantiin dia?!"
"The past is in the past Kinar. Sekarang aku mau kamu nikah sama aku," ucap Lucas.
Tanpa Kinara tahu, hari itu adalah hari terakhir Kinara melihat sosok sahabat yang hangat dalam diri Lucas sebelum sosok Lucas yang dingin muncul.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top