3. Remaja, Pria, di Taman-3

Ini hari yang terlalu cerah untuk mengekspos presensi diri kepada khalayak publik. Kalau begitu, latar waktu diset malam saja. Seperti kata pepatah; jasad nokturnal nyaman berpelesir berkat predator tak terlihat di visi.

Pada suatu ketika di saat bumi sedang dingin-dinginnya, seorang pria paruh baya keluar dari sebuah kediaman eksentrik.

Julukannya ialah anak mas. Didapat berkat prestasi gemilang lagi membanggakan yang dia capai berturut-turut. Namun, itu puluhan tahun lalu. Namun lagi, sekarang namanya juga mas; Bapak Mas.

Bapak Mas ingin makan angin. Cara mengarungi tepi jalan cukup atraktif meski tanpa harus beri atraksi. Sesaat dia lakukan bilamana imago lalat capung satu hari beterbangan mengitari udara, manakala hewan pengunggis melompati dahan pepohonan, tatkala macan-macan dan singa-singa menjadi kamerad dalam petualangan menjelajahi rimba belantara. Namun, ada yang aneh.

Tunggu, ternyata salah latar. Oke, semua sudah diatur. Ikuti rel ini, yang menuju kereta neraka bermekaran.

Malam itu, Bapak Mas jalan-jalan menyisir jalur khusus pedestrian. Pria berumur ratusan bulan itu memang biasa makan angin lalu berhenti sebelum masuk angin. Dalam bagian terkecil dari organ hati terkecilnya, Bapak Mas menyukai suasana gelap perkotaan.

Selalu tebersit nasihat terlama nenek moyangnya, "Solusi menetralisasi stres seharian penuh ialah menghirup hawa segar di saat pohon-pohon malam menyebar gas beracun yang mematikan seisi kota", tetapi itu salah nasihat. Yang benar ialah, "Membuat narasi tidak jelas adalah tindakan ilegal di cerita lain".

Bapak Mas memang menyukai atmosfer di kala surya menutup tirai, tatkala dewi langit mencurahkan pengampunannya. Bagaimana tidak? Tanpa sepengetahuan orang-orang awam, ada potongan daging manusia yang tersebar acak di tempat-tempat sampah kota, terdapat orang tua yang menyimpan mayat anak mereka di rumah sementara mengobrol santai dengan para tetangga satu rukun, dijumpai remaja yang habis dari toko serbaada dengan tatapan tanpa dosa padahal habis menghabisi seluruh keluarganya.

Bapak Mas sangat menyukai ini.

Mungkin fantastis kejadian ketika ada remaja yang dirundung remaja-remaja sebaya di pojok gang, padahal tergeming saja, kaku meringkuk di pojok. Saat cairan merah pekat memenuhi wajah dan ubun-ubunnya, tulang hidungnya patah ke posisi ganjil, gigi-gigi rontok bersama tumpahan darah, kulit-kulit warna dadu terkelupas menampakkan permukaan daging segar.

Ingin hasrat Bapak Mas menolong remaja yang ditendang mayeng itu, tetapi nanti pasti Superman bakal turun menyelamatkan. Orang-orang yang lihat sebenarnya takut saja mengambil kesempatan Superman menolong si remaja.

Jikalau tak ditolong-tolong berarti Superman-nya mati kena kripton emas.

Kelanjutan jalan-jalan Bapak Mas kini berada di terminal nonoto masa taman berumput pendek dan berterna bunga ornamen dihuni seseorang. Ada satu remaja sendirian, patut membikin hati-hati sebab penampilan elusifnya. Baju cina, sarung, songkok—semua orang tahu habis dari mana remaja itu.

"Nak, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Bapak Mas.

Lawan bicara tampak nyata beda tinggi dan lebih kecil badannya, tetapi itu tak penting karena reaksi tancengangnya sukses memojokkan Bapak Mas. Tampang yang seolah-olah mengejek orang lebih tua. Kurang ajar sekali dia mengangkat tapak tangan menutup muka ketika kedatangan Bapak Mas yang bercahaya emas semakin menyilaukan sekitarnya.

Memangnya, "Kamu pikir saya siapa?"

Remaja itu berjeda sejenak sebelum yakin menjawab, "Bapak Mas."

Sial, dia pintar sekali.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Tidak ada. Hanya menatap lampu taman."

Bapak Mas baru menyadari ada dua elemen penting yang dia lupakan: 'lampu taman' dan 'menatap'. "Mengapa kamu melakukan itu setiap malam?"

"Tidakkah Bapak Mas lihat? Bola lampu taman ini memiliki daya pikat berkilau yang menghipnosis setiap orang yang benar-benar memahami pesonanya. Jika ditampak sekilas saja, tidak bisa tahu, tapi jika diperhatikan lebih dalam lagi, ternyata lampu taman mengandung misteri jagat raya yang luar biasa, bukan? Kuberi tahu saja ya, Bapak Mas, lampu taman mengetahui segala-galanya mengenai dunia fana ini."

"Apa maksudnya?" Apa maksud dari seringai lebar yang dia tunjukkan hingga menyala-nyala itu?

"Sebentar lagi. Sebentar lagi, satu korban akan jatuh kembali."

***

Tempat stop berikutnya setelah semua kejadian tak masuk akal yang berlangsung selama tiga hari adalah sebuah gubuk bertulis sandi "1051 < 4111 11C". Di sini yang ruangnya kecil, sekumpulan bapak berhimpun untuk melaksanakan satu tugas terpenting mereka malam ini: bergosip.

"Oh, ya, tadi aku bertemu remaja laki-laki yang selalu berhenti di taman sehabis dari masjid dan dia masih saja diam seperti patung, mendongak ke arah lampu di sana."

"Oh, Remaja Itu? Memang remaja yang aneh sekali!"

"Lagi pula, siapa juga yang tertarik dengan satu lampu tua itu? Paling-paling sebentar lagi bakal diambil, lalu diganti dengan yang baru dan malah lampunya bakal ditambah lagi."

"Apa kau tahu anak siapa itu?"

"Tidak tahu. Tapi, aku dengar dia dari indekos di RW sebelah. Dia tinggal sendiri di sana. Aku dengar orang tua dan adiknya meninggal karena kebakaran di rumah asalnya."

"Rumah asalnya? Di mana?"

"Aduh, tidak tahu ya. Aku cuma dengar sampai situ saja."

Mulutnya membulat. "O." Alisnya terangkat. "Seperti itu."

Bapak Mas menunjukkan senyum liciknya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top