32

Chapter 32:
Confession

Firasat buruk Harry tentang Jacob dan Mila benar. Harry berhasil mencapai apartment pukul 8 malam dan saat dia masuk ke dalam, pemandangan yang sama sekali tak mengherankan muncul begitu saja.

Jacob dan Mila. Telanjang. Di atas ranjang. Dengan posisi Jacob menindih Mila.

Harry tahu, Jacob mendengar langkah kaki Harry, begitupun Mila, namun keduanya tampak tak peduli dan terus melanjutkan permainan mereka. Harry berjalan memasuki kamar mandi, menutupnya dengan rapat.

Suara desahan dan erangan Jacob dan Mila terdengar sangat jelas oleh Harry. Entah kenapa, rasanya sangat menyakitkan, membayangkan bagaimana reaksi Taylor jika tahu pemuda yang dia cintai, tengah bercinta dengan gadis lain yang dikatakannya sebagai mantan.

Harry menyalakan shower untuk meredam suara menjijikkan itu. Harry akui, dia pernah menyaksikan sendiri adegan seks, atau bahkan menjadi pelakunya. Tapi saat melihat Jacob dan Mila, Harry merasa jijik. Mereka berdua sangat menjijikkan.

Harry membiarkan air shower terus saja mengalir dengan deras secara cuma-cuma selama beberapa menit, sebelum akhirnya mematikan shower tersebut. Harry menghela nafas. Tak terdengar lagi suara Jacob dan Mila. Harry memutuskan untuk ke luar.

Ditatapnya Jacob yang sudah mengenakan celana jeans dan Mila yang tengah mengancingi satu per satu kancing kemeja kebesaran yang Harry tahu milik Jacob. Bahkan, Mila tak mengenakan pakaian dalam sama sekali dan tak malu saat berpakaian di hadapan pria lain, yaitu Harry.

"Hei, bagaimana dengan T?" Jacob meraih kaus dan mengenakannya dengan cepat.

Harry berjalan menuju ke ranjangnya dan duduk di tepi. Ranjang Harry bersebelahan dengan ranjang Jacob, hanya saja ranjang Harry jauh lebih rapih daripada ranjang pemuda itu.

"Dia menunggumu." Harry menundukkan kepala dan berkata pelan.

Jacob memutar bola matanya. "Kau tahu sendiri, dia itu terlalu kekanak-kanakan. Aku sudah tak tahan lagi dengannya. Pikirannya terlalu dangkal. Dia bodoh, sangat bodoh."

Tangan Harry mengepal, mendengar ucapan Jacob tersebut. Tapi sebisa mungkin Hary menahan amarahnya. "Ke mana saja kau?"

Jacob mengangkat satu alisnya. "Tentu saja bersama Mila. Melakukan sesuatu yang menyenangkan. Daripada aku harus berurusan dengan gadis itu, lebih baik aku bersama Mila."

Harry memejamkan mata dan membukanya lagi. "Lalu, kenapa kau tidak mengakhiri saja semuanya? Kau bisa bahagia dengan Mila tanpa harus melukai gadis itu lebih dalam."

Jacob diam mendengar ucapan Harry.  Mila yang sudah berpakaian berjalan menarik Jacob untuk berdiri di hadapan Harry. Harry menatap pasangan menjijikkan itu dengan mata hijau gelapnya.

"Tenang saja, Styles. Tak lama lagi. Bukankah skripsimu hampir selesai, Darling?" Mila mengelus lembut rahang Jacob dan Jacob tersenyum kepadanya, merangkul gadis itu ke dalam pelukan hangat.

"Skripsiku sudah selesai, Darling. Aku akan mengakhiri semuanya besok." Jacob mengecup puncak kepala Mila dan Mila terkekeh geli.

Jacob kembali menatap Harry dengan mata memicing. "Kau menyukainya, Styles? Ayolah, dari semua gadis cantik nan seksi, kau menyukai gadis aneh sepertinya? Kau tidak bercanda, kan?" Mila terkekeh mendengar ucapan Jacob. Harry hanya diam.

"Lagipula, jikapun aku mengakhiri semuanya, aku akan memastikan dia tak akan mau denganmu. Bukankah kau tahu itu?" Jacob bertanya dan membuat Harry mengangkat satu alisnya.

"Apa maksudmu?"

Jacob terkekeh. "Besok, aku akan pindah ke apartment Mila. Terima kasih sudah mengizinkanku berada di apartment-mu dalam beberapa bulan ini, Styles."

Harry bangkit dari ranjang dan menatap pemuda itu dengan rahang mengeras. "Apa maksudmu, Sialan?!"

Jacob tersenyum miring. "Kau satu-satunya yang memulai semua ini."

Setelah itu, Jacob merangkul Mila dan mengajak gadis itu untuk menjauh. Meninggalkan Harry yang terdiam, berusaha berharap semoga apa yang Jacob ucapkan bukanlah kenyataan.

*****

Harry menahan nafas. Sudah hampir seluruh kampus dia kelilingi hanya untuk mencari seorang Taylor Swift, tapi sialnya tak ditemukannya gadis itu. Jacob mengirimkan pesan kepada Harry jika semuanya sudah berakhir. Dia dan Taylor, tak ada lagi hubungan di antara mereka dan Harry langsung mencemaskan keadaan gadis itu.

Taylor sangat mencintai Jacob, apa yang akan terjadi dengannya jika apa yang dikatakan Jacob benar? Bahwa semua itu nyata. Jacob benar-benar sudah mengakhiri hubungannya dengan Taylor.

Harry menghentikan langkah di halaman belakang sekolah dengan frustasi. Tangan pemuda itu menjambaki rambut keritingnya dengan tak sabaran.

"ARGH!!"

Sungguh, Harry tak tahu apa perannya di sini, apa yang dilakukannya di sini. Kenapa dia harus bertemu dengan Taylor, saat dia tak bisa menjadi dirinya sekarang, saat dia harus memerankan tokoh dirinya yang lain, yang bukan dia. Kenapa semua ini harus terjadi?

"Harusnya, aku yang berteriak, bukan kau."

Harry membeku dan segera menoleh, mendapati Taylor yang menatap lurus ke depan dengan hampa. Ada yang berbeda dengan gadis itu. Rambutnya...dia tak lagi memiliki rambut ikal atau bergelombang. Rambutnya lurus dan entah kenapa, itu membuatnya terlihat lebih...cantik.

"Taylor, maaf--,"

Taylor maju selangkah, berdiri di hadapan Harry. "Tak usah minta maaf. Lagipula, aku sudah mengetahui semua dari awal. Aku hanya ingin mengikuti permainan yang kau buat."

Permainan...permainan apa yang telah kubuat?

"Aku pernah tak sengaja lewat di dekatmu dan Jacob yang tengah berbicara berdua. Aku tak mengerti, bagaimana bisa kau dekat dengan Jacob, yang merupakan mahasiswa paling berandalan, sementara kau adalah seorang anak baru dari Inggris." Taylor menghela nafas dan memejamkan mata.

"Aku minta maaf, jika aku sering mengganggumu dulu. Kuakui, aku benar-benar menyukaimu. Aku tak tahu jika aku membuatmu jijik sehingga kau harus menggunakan Jacob untuk menjauhkan aku darimu."

Cerita Taylor membuat Harry membelalakkan mata. Apa? Jadi selama ini...dia...dia menyukaiku? Tapi bagaimana...bagaimana mungkin?

"Aku berusaha menjauhkanmu dari Jacob, dengan mengikuti permainan kalian. Aku seringkali mendesak Jacob untuk menghabiskan waktu bersamaku, sehingga dia tak ada waktu untukmu dan tidak menjerumuskanmu ke dunia kelam, sama sepertinya."

Taylor menoleh dan tersenyum. Harry dapat melihat, ada kesedihan di iris biru indah itu. Taylor membungkuk secara tiba-tiba.

"Terima kasih atas semuanya. Kemarin adalah hari terbaik dalam hidupku. Aku tahu aku sangat mengganggumu, oleh karena itu, berawal dari hari ini, kau dan aku bisa melangkah berjauhan. Aku tak akan mempersalahkan semua permainanmu dan Jacob. Lagipula, lebih cepat dia lulus, lebih cepat pula dia menjauhkan semua  hal-hal buruknya yang belum diajarkan kepadamu." Harry tercengang.

Gadis itu masih menunduk dan kali ini, Harry tahu jika gadis itu tengah...menangis.

"Di mulai dari hari ini, kau dan aku adalah orang asing, yang tak saling mengenal. Maafkan aku." Gadis itu terisak sebelum menegakkan tubuhnya dan berlari menjauh begitu saja, sebelum sempat Harry mengatakan sesuatu.

Yang jelas, dada Harry terasa sesak mendengar pengakuan gadis itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top