28

Chapter 28:
Let It Flow

Harry hanya dapat diam, mencoba memahami keadaan sekelilingnya. Padahal, Harry bersikeras meyakinkan diri, jika kemarin dia hanyalah bermimpi. Semuanya tak nyata. Rasa penasarannya akan sosok Kakak Jason membawanya pada mimpi itu.

Tapi Harry salah. Nyatanya dia seakan terjebak di sini, di tempat yang sama sekali tak dipahaminya. Di tempat yang benar-benar membuatnya pusing.

Sejak kapan aku berstatus sebagai junior di Harvard? Bukankah aku tengah berada di semester akhir di Oxford? Damn. Apa yang sebenarnya terjadi?!

Pertanyaan-pertanyaan itu tak juga terjawab, sampai sekarang. Harry duduk di kursi kantin, dengan Jack yang tampak sibuk dengan rokoknya. Namun, ketika menyadari seseorang datang menghampiri mereka, Jack membuang cepat rokoknya.

"Jacob!"

Harry memejamkan mata saat mendapati T yang tersenyum lebar dan memeluk erat Jack. Gadis itu terlihat sangat bahagia, dengan berada di dekat Jack.

"Aku sudah mencari tambahan untuk skripsimu. Aku jamin, skipsimu akan menjadi skripsi yang terbaik." Gadis itu tersenyum manja kepada Jack yang balas tersenyum kepadanya.

Jack mengacak-acak rambut bergelombang T dengan gemas. "Aku tak tahu bagaimana aku bisa hidup tanpamu, T."

T tersenyum senang dan kembali memeluk Jack, sangat erat.

Harry memutar bola matanya. Gadis bodoh. Mau saja diperalat oleh pemuda bajingan seperti itu.

T melepaskan pelukannya dan duduk di antara Harry dan Jack. T tersenyum lebar kepada Harry, melambaikan tangan kepadanya. "Selamat siang, Haz."

Harry balas tersenyum kepadanya. "Siang, Babe." Harry mengedipkan satu matanya dan T terkekeh geli, sebelum memukul pelan lengan Harry.

Kekehan gadis itu terdengar indah di telinga Harry. Harry senang melihat gadis itu tersenyum, tertawa bahagia.

Surely, you are my Babe.

"Mila melihatmu, Harry. Sedari tadi dia memperhatikanmu." Tiba-tiba T mendekat dan berbisik kepada Harry. Harry mengernyit. Siapa lagi Mila?

Harry menahan nafas saat T menyandarkan dagunya di bahu Harry, sambil menunjuk ke suatu arah. Harry berusaha fokus pada arah telunjuk T walaupun, T-lah yang membuatnya tak fokus. Gadis itu sangat dekat dengan Harry.

Akhirnya, Harry dapat melihat siapa yang T maksud. Seorang gadis cantik, berambut kecokelatan dan tubuh ramping. Gadis itu tersenyum lebar sebelum melambaikan tangan kepada Harry. Harry balas melambaikan tangan, dengan ragu sebelum beralih kembali kepada T yang sudah menjauhkan diri dari Harry.

"Sungguhan, Jacob. Harry akan terlihat sangat serasi dengan Mila. Lagipula, Mila adalah gadis yang baik. Walaupun dia satu geng dengan Amy, tetap saja dia baik." T berkata pada Jacob, dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.

Jacob tersenyum, menyindir. "Ya, jika Harry bukanlah seorang gay, dia pasti akan bertindak untuk mendapatkan gadis itu. Maksudku, Mila is so fucking hot."

Mendengar ucapan Jacob, T bergedik sebelum menghela nafas dan mengangguk setuju, tanpa berkomentar apapun. Harry menyadari tingkah gadis itu.

Gadis itu cemburu? Sungguh, T? Kau jatuh cinta pada pria sepertinya?

Harry menghela nafas. "Tapi kau jauh lebih hot daripada dia, Babe. Percayalah." Harry melipat tangan di atas meja dan menatap T dengan senyuman manis di bibirnya.

T hanya memutar bola matanya sementara, Jack bergedik ngeri.

"You are so cute today, Babe."

Lagi, pujian itu ke luar begitu saja dari mulut Harry, mengabaikan keberadaan Jack di sana. Lagipula, memangnya Jack akan marah? Bukankah semuanya hanya pura-pura?

"Haz, kau membuatku ingin muntah." Komentar T membuat Harry terkekeh geli. Gadis itu hanya mengernyit, menatapnya heran saat Harry kembali memfokuskan pandangannya kepada T.

T menatap Harry risih dan Harry hanya menikmati kerisihan gadis itu dengan senyuman di bibirnya. Lucu dan menggemaskan.

Jack memutar bola matanya sebelum menarik T, lebih mendekat ke arahnya. "Kau sangat menjijikkan hari ini, Styles. Berhenti menatap gadisku seperti itu."

Ucapan Jack membuat Harry memutar bola matanya sementara, T menatap Jack dengan kagum sekaligus bangga.

*****

Harry tak pernah tahu apa yang terjadi dengannya. Hidupnya sangat aneh beberapa bulan belakangan. Mulai dari berimajinasi tentang boneka mannequin--walaupun, imajinasinya berlatar sesuatu yang nyata. Sekarang, dia terdampar di sini, dengan segala sesuatu yang berbeda.

Baru kurang dari dua hari Harry berada di sini dan perlahan namun pasti, Harry mulai memahami apa perannya saat ini.

Harry adalah seorang mahasiswa jurusan Manajemen Bisnis di Harvard. Harry tinggal satu apartment dengan Jack, entah bagaimana bisa. Kemudian, Harry berteman akrab dengan T yang adalah kekasih Jack.

Satu hal lagi yang Harry tahu: Jack hanya memanfaatkan T, bukan benar-benar mencintainya.

Senyuman Harry muncul. Pemuda itu tengah berbaring menatap lurus ke atap-atap kamar tidurnya.

"Hei, apa kau tengah mencoba memberitahuku tentang kronologis kecelakaan yang membuatmu koma sampai sekarang? Aku tak mengerti, tapi beginikah cara Swift untuk memberitahukan sesuatu saat dia tak mampu untuk bicara dan menemui seseorang?"

Harry berbicara sendiri.

"Kau tahu, dia tak baik untukmu, tapi kau mencintainya. Kau melakukan apapun untuknya. Aku tak mengerti, Babe. Kenapa harus dia? Kenapa tidak yang lain?"

Harry melanjutkan monolog-nya. Pemuda itu memutar posisi tubuhnya, ke arah kanan. Di sana, tepatnya di atas meja yang berada di dekat ranjang tidur Jack, terdapat sebuah pigura foto. Pigura foto Jack dan T, yang tengah tersenyum lebar ke arah kamera.

Harry tersenyum menyindir. "Kau bohong jika bilang, kau hanya memanfaatkannya, Jerk. Mana ada pria yang tak jatuh cinta padanya?"

Monolog Harry terhenti saat mendengar suara pintu yang terbuka. Harry mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk saat melihat Jack dan T yang tengah saling berangkulan, memasuki kamar sambil tertawa bahagia. Harry menahan nafas.

"Okay, cukup tertawanya untuk hari ini, T. Sekarang, ayo, selesaikan skripsiku dengan cepat."

Jack menarik lengannya yang melingkar di leher gadis itu dan beranjak menuju ke meja kecil disampingnya. Jack mengambil sebuah laptop dan beberapa buku, meletakkannya di atas ranjang yang tengah diduduki T.

"Aku akan membeli makanan ringan untuk kita. Kau bisa mulai mengerjakan, T." Ujar Jack, selembut mungkin.

T mengangguk sebelum membuka laptop Jack sambil membuka buku yang diberikan Jack. Jack berjalan meninggalkan apartment begitu saja.

Harry menatap T dengan lekat. Wajah gadis itu serius, menatapi layar laptop. Senyuman muncul di bibir Harry.

"Hei, ada orang di sini?"

Pertanyaan Harry membuat T menoleh dan tersenyum tipis kepadanya. "Hei, Haz. Apa yang sedang kau lakukan? Tidak pergi ke luar?"

Harry mengedikkan bahu sebelum berjalan mendekat, duduk di tepi ranjang Jack dengan mata yang masih terfokus pada T.

"Kenapa aku harus pergi ke luar? Well, apa yang sedang kau kerjakan?" Tanya Harry, melirik layar laptop yang tengah ditekuni T.

"Mencari gadis di luar sana, supaya kau berhenti menggodaku." T menjulurkan lidahnya kepada Harry, Harry terkekeh geli.

"Tapi tak ada gadis di luar sana yang sepertimu. Aku ingin kau saja, bagaimana?" Harry bertanya, mengangkat satu alisnya.

T memutar bola matanya. "Sangat lucu, Styles."

"It's Haz. Aku lebih suka mendengarmu memanggilku Haz."

T tertawa sementara, Harry tersenyum memperhatikan gadis itu. We just met but, I love seeing you happy. Your laugh is the best sound I've ever heard.

Sepertinya, Harry tak akan mempertanyakan lagi mengenai keberadaannya saat ini.

I am gonna let it flow.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top