23

Chapter 23:
The Truth 2

"Di mana Anton?!"

Majorie berteriak keras, dengan wajah pucat yang basah oleh air mata. Pria di hadapannya hanya menyeringai kecil sebelum berjalan mendekati Majorie. Pria itu merengkuh kasar wajah Majorie sebelum mencium paksa wanita yang sebisa mungkin mencoba untuk melepaskan diri.

Telapak tangan kanan Majorie melayang ke pipi kanan pria tersebut, membuat kepala si pria menjauh dari wajahnya. Majorie mundur dan punggungnya menyentuh dinding kamar tempat ia disekap selama beberapa hari.

Nafas wanita itu memburu. Si pria tampak diam, memegangi pipinya yang memerah sebelum menatap tajam Majorie. Tatapan penuh amarah.

"Kau! Beraninya kau menamparku?!"

Pria itu maju, mendekati Majorie dan Majorie memejamkan mata. Tangan kekar pria itu mendarat dengan bunyi keras di pipi mulus Majorie yang basah. Bukan hanya itu, saking kerasnya tamparan itu, tubuh Majorie limbung ke sisi kanan. Pipinya yang semula seputih kapas, tampak memerah. Majorie memegangi pipinya, dengan bibir bergetar.

Si pria secara kasar meraih tangan Majorie dan menariknya kasar. Lagi, ia merengkuh kasar wajah Majorie dan mencium paksa wanita yang berusaha mati-matian untuk melawan.

Saat pria itu berusaha membuka mulut Majorie untuk memasukkan lidahnya, Majorie memanfaatkan kesempatan itu untuk melawan. Majorie membuka mulutnya dan saat lidah pria itu mendesak memasuki mulutnya, Majorie menggigit lidah si pria, membuatnya menjerit cukup keras.

"Argh, sialan! Kau!"

Selanjutnya, pria itu menjambak kasar rambut kecokelatan Majorie dan kini, giliran Majorie yang menjerit keras. Air mata mengalir deras dari pelupuk mata wanita tersebut.

"Oliver..."



Harry tersentak melihat semua kejadian yang tampak sangat nyata tersebut. Nafas Harry menggebu-gebu, pemuda itu menatap gadis cantik di hadapannya dengan tatapan kalut.

Pemuda itu menggeleng dan menyeret bokongnya untuk mundur, hingga punggungnya menyentuh dinding di belakangnya. Matanya masih menatap si gadis dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Babe, kau..apa yang..apa yang kau..kau tunjukkan padaku?" Harry bertanya, tersendat-sendat.

Gadis cantik itu tersenyum, sebelum merangkak dan berhenti untuk duduk di hadapan Harry. Tangannya bergerak, menyentuh pipi Harry dengan lembut, mengelap peluh yang membasahi wajah pemuda tersebut.

"Aku ingin menunjukkan semuanya padamu, sehingga kau memahami semuanya. Aku tahu, kau pasti bingung. Siapa aku? Apa tujuanku berada di sini? Apa aku?" Tangan gadis itu berhenti mengelap peluh di wajah Harry.

Mata mereka bertemu dan Harry tercengang dengan apa yang ditatapnya saat ini.

Sesaat kemudian, latar kembali berubah.

Wanita itu tampak sudah sangat dan lemah. Tak ada lagi cahaya di matanya. Ia membiarkan si pria mengecupi tiap sudut wajahnya hingga akhirnya, pria itu menginginkan sesuatu yang lebih.

Ciuman pria itu turun ke leher jenjang dan tangannya dengan lancang mulai meraih retsleting belakang dress yang dikenakan Majorie dan hendak menurunkannya, namun nyatanya, wanita itu kembali melakukan perlawanan.

Majorie menendang selangkangan si pria dan membuat pria itu menjerit kesakitan.

"Kau! Sialan! Tidak bisakah kau diam saja dan mengikuti permainanku?!"

Pria itu benar-benar marah. Ia mendorong kasar Majorie ke atas ranjang dan langsung menindihnya. Si pria bergerak cepat. Tangannya langsung meraba tubuh Majorie yang terus menjerit.

Si pria baru ingin kembali mencium paksa saat Majorie meludahi wajah si pria dan membuat pria itu benar-benar murka. Yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang tak akan pernah di lalukan oleh pria normal dan mempunyai hati.

"Kau...bajingan, Wracks."

Pria itu menampar pipi Majorie berulang kali dengan sangat keras, sampai darah segar mengalir dari sudut bibir dan hidung Majorie. Majorie sudah berada di kondisi paling minimalnya. Ia tak mampu melakukan apapun saat pria itu mulai menelanjanginya dan memperkosanya tanpa perasaan.

Setelah puas dengan semuanya, pria itu menggendong tubuh Majorie yang sudah sangat lemas dan meletakkan tubuhnya ke dalam sebuah lemari. Pria itu mengunci lemari itu rapat-rapat, sebelum pergi begitu saja tanpa punya rasa kasihan pada Majorie.

Penglihatan Harry kembali ke dunia nyata dan lagi, Harry dibuat bingung dengan apa yang di lihatnya saat ini. Babe-nya... Rambut itu...

Memudar. Warna pirangnya seakan luntur dan tergantikan oleh kecokelatan.

Sangat mirip dengan...Majorie Swift.

"Babe, apa yang sebenarnya...kau...apa yang..."

Gadis itu tersenyum. "Harry... Majorie Swift adalah namaku, setelah menikah dengan cinta matiku, Oliver Swift." Harry tercengang.

"Aku mengenal Oliver dalam misi kemanusiaan di Amerika Tengah. Dia tertembak oleh penduduk lokal entah atas dasar apa dan aku yang mengobatinya. Setelah itu, takdir menyatukan kami. Kami menikah di kampung halamanku, Nashville dan dikarunia seorang anak yang kuberi nama Anton Swift."

Senyuman bahagia gadis itu tiba-tiba lenyap, tergantikan oleh senyuman kesedihan. Ia melanjutkan, "Seumur hidupku, aku baru satu kali bertemu dengan putraku, Anton, sebelum pria jahat bernama Bill Wracks menghancurkan segalanya. Di mulai dengan berita mengenai kematian suamiku, Oliver di Jepang."

Gadis itu sempat terdiam sebelum kembali melanjutkan. "Dia menyebarkan informasi mengenai kematian Oliver, beberapa hari setelah aku melahirkan Anton. Perasaan bahagiaku, lenyap seketika. Tergantikan oleh rasa sedih tak berujung. Oliver...dia adalah cinta matiku."

Harry dapat melihat senyuman ketulusan di bibir gadis itu saat menyebut nama Oliver.

"Bill membawa Anton menjauh dariku. Awalnya, ia berkata jika Anton akan dirawat oleh kakaknya sementara, sampai aku bisa menerima fakta jika Oliver telah pergi. Tapi kebaikannya padaku, berubah menjadi mimpi buruk." Ia menggigit bibir bawahnya yang bergetar.

Entah kenapa, Harry menggerakkan tangannya, menggenggam tangan Babe dengan lembut, menyalurkan ketenangan kepada gadis tersebut yang langsung berterima kasih.

"Bill mengatakan jika dia menyukaiku, sejak lama, namun Oliver merebutku darinya. Aku tak mengerti apa yang dia katakan. Dia memaksaku menjadi pemuas nafsunya. Aku menolak, demi Tuhan, aku tak ingin disentuh oleh pria bajingan sepertinya. Tapi kau tahu, dia seorang pria, terlebih lagi tentara yang menjalani pelatihan khusus bela diri sedangkan aku hanyalah seorang wania lemah yang tak bisa melakukan apapun. Kekuatanku tak akan seimbang dengannya. Aku tak akan bisa melawan, walau sebisa mungkin aku melakukan perlawanan."

Harry dapat menangkap raut wajah gadis yang semula selalu tampak ceria, berubah menjadi murung dan Harry benci melihatnya.

"Puncaknya adalah saat aku benar-benar melakukan perlawanan habis-habisan padanya. Ia menamparku, memukuliku habis-habisan sampai aku dapat menghitung detak jantungku sendiri. Tubuhku sakit, sangat sakit. Aku tak mampu bergerak, sedikitpun."

Dia memejamkan matanya. "Dia memperkosaku kasar, tanpa ampun. Sungguh, aku tak tahu apa yang ada di kepalanya. Setelah memperkosaku, dia mengurungku di dalam lemari yang sangat minim oksigen selama dua hari. Sepertinya nyawaku sudah sangat diujung saat itu. Aku juga tak mengerti, kenapa aku masih bertahan."

Gadis itu membuka kata dan Harry sangat yakin kali ini. Iris matanya tak lagi berwarna biru, biru cerah.

"Aku tak mampu bergerak, tubuhku benar-benar seperti tak bernyawa. Dia menidurkanku di sebuah peti, entah dari mana dia mendapatkan peti itu. Setelah menidurkanku di peti, yang dilakukannya selanjutnya adalah sesuatu yang sangat tidak manusiawi."

Gadis itu menunduk. "Dia menyiramiku dengan dua tong cairan yang tak kuketahui apa. Tapi yang jelas, tubuhku kaku setelah terkena cairan itu. Semua saraf seakan mati. Aku tak bisa bergerak. Aku benar-benar mati."

Gadis itu tersenyum sedih.

"Dia yang menjadikan tubuhku seperti mannequin. Tidak, dia benar-benar menjadikanku sebuah mannequin."

Emosi Harry telah mencapai puncaknya mendengar cerita tersebut.





------
Part-part menuju ending :D
Makasih yg udah ngikutin selama ini. Well, ini kayaknya bakal jadi FF yg paling cepet aku buat. Bayangin, tiap hari ngetik satu chapter terus dipost hari itu juga wkwk

What do you think about this story so far? Tell me...

Thank you.
All the love. A x

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top