13
Chapter 13:
M.S.
Harry Styles menguap lebar, seraya membuka perlahan modul pelajarannya. Mungkin, banyak yang bertanya, apa yang terjadi sehingga seorang Harry Styles yang biasanya datang sangat tepat waktu atau bahkan terlambat, sudah dua hari belakangan datang lebih awal dari yang lain. Mungkin, semua juga mempertanyakan apa yang terjadi dengan Harry dan keempat sahabatnya, mengingat kemarin Harry tidak berkumpul bersama keempat sahabatnya, di kantin tempat biasa mereka berkumpul.
"Mr. Styles?"
Harry yang sempat nyaris saja tertidur, segera menegakkan posisi duduknya saat mendengar suara tersebut. Pemuda berambut keriting itu menarik nafas, mendapati semua tatapan mata yang tertuju padanya.
"Ya, Sir?" Harry menjawab pertanyaan Mr. Gomez--dosennya yang tengah mengajar---dengan gugup.
Mr. Gomez menghela nafas dan tersenyum ringan. "Aku mengerti apa yang terjadi pada keluargamu. Mungkin, hal itu juga yang mengganggu pikiranmu, hingga kau tak bisa fokus mendengar apa yang kujelaskan."
Harry menghela nafas lega. Untunglah. Sebenarnya, masalah keluarga bukanlah masalah utama yang muncul di pikiran Harry. Tapi eh? Bagaimana dosen ini tahu tentang masalah keluarga Harry?
"Aku memberimu dispensasi untuk beristirahat di ruang kesehatan. Istirahatlah yang cukup. Jangan kembali ke kelas, sebelum kau merasa siap untuk belajar. Ingat, kau sudah berada di semester 6. Sebentar lagi kau akan skripsi dan lulus dari universitas ini. Jadi, jangan menyimpan masalah terlalu lama." Mr. Gomez berkata panjang lebar, yang Harry balas dengan sebuah anggukan singkat sebelum meraih tas selempang hitamnya dan mengenakan tas tersebut.
Harry bangkit berdiri dan berjalan hendak ke luar kelas, namun ia sempat berhenti sejenak di dekat meja Mr. Gomez. Harry membungkuk kecil sambil berkata, "Terima kasih banyak, Mr. Gomez. Permisi."
Pemuda itu melangkah meninggalkan kelas.
Baru saja menutup pintu kelas dan hendak berjalan jauh, langkah Harry dihentikan oleh kedatangan Zayn secara tiba-tiba di hadapannya. Harry terdiam, Zayn menatapnya dengan tajam.
"Ada yang ingin kubicarakan."
"Apa?" Harry bertanya cepat.
Zayn melirik kanan-kirinya dan kembali fokus menatap Harry. "Kau yakin ingin berbicara di sini?" Tanyanya.
Harry mengangguk cepat. "Aku tak punya waktu banyak. Katakan dengan cepat."
Zayn menaikkan satu alisnya. "Kau masih marah pada kami? Man, maafkan kami. Tak ada maksud untuk tak percaya padamu hanya saja..."
"Ceritaku sangat tidak masuk akal, ya terserah. Aku tak peduli lagi dengan opini kalian. Jika kau tak keberatan, sekarang izinkan aku pergi karena aku butuh istirahat." Harry hendak melangkah melewati Zayn, namun Zayn menahan lengan pemuda itu. Harry menghentikan langkahnya dan dengan geram menghadap Zayn.
"Apa lagi?!"
Zayn memejamkan mata singkat, sebelum menatap Harry dengan sangat serius.
"Ayo, kita selidiki mannequin itu."
*****
Harry melipat tangan di depan dada, memperhatikan Zayn yang tampak sangat teliti memeriksa tiap inchi bagian tubuh mannequin kesukaan Anne sekaligus kesayangan Harry. Sebenarnya, Harry tak suka akan ide ini. Konyol. Terserah jika semua orang tak mempercayai apa yang Harry katakan. Harry tak peduli.
"Jangan sentuh dia seperti itu, Bajingan!"
Zayn tersentak dan langsung menoleh ke arah Harry yang menatapnya dengan garang saat Zayn mengelus lembut dari sisi wajah sampai leher mannequin tersebut. Zayn menghela nafas.
Sangat parah. Harry cemburu saat Zayn menyentuh mannequin ini?!
"Jika kau sudah selesai dengan penelitianmu, bisakah kita ke luar? Aku hanya meminta izin kepada Ibuku untuk meminjam ruangan ini selama tiga puluh menit." Harry berkata tak sabaran.
Zayn menghela nafas dan mempercepat pengamatan, sampai akhirnya mata pemuda berdarah Arab tersebut menemukan sebuah petunjuk.
Zayn memperhatikan dengan jelas jari mannequin tersebut, tepatnya di bagian kiri, tepatnya jari manis. Jari-jari lainnya tampak normal, seperti jari manusia pada normalnya, tapi di bagian jari manis tangan kiri, bentuknya sangat aneh.
Seperti sesuatu yang melingkar dan menjadi satu dengan jari manis tangan kiri tersebut.
Mengabaikan tatapan risih nan cemburu Harry, Zayn menggerakkan tangan kiri mannequin tersebut dan melihat jari manis dengan sangat teliti.
Sudah dapat dipastikan. Itu seperti cincin. Dengan huruf M.S. yang timbul pada permukaannya.
*****
Giselle menarik nafas sebelum menggelengkan kepala, memberi komentar akan setelan pakaian yang dikenakan oleh sahabat baiknya saat pesta ulangtahun salah satu teman kampus mereka nanti.
"Damn, Gi! Semua setelan yang kukenakan, tak ada yang cocok menurutmu! Astaga, kau sama sekali tak membantu!"
Pemuda bertubuh tegap itu tampak frustasi mendapati komentar Giselle yang tak lain dan tak bukan adalah gelengan kepala. Ini sudah setelan kelima yang pemuda itu coba. Tinggal tunggu waktu, kapan mereka akan di usir dari toko pakaian tersebut.
"Merah tak cocok untukmu. Hitam terlalu biasa, begitupun dengan putih. Kau tahu sendiri, pesta ulangtahun Hannah akan benar-benar meriah dan colorful. Mustahil kau mengenakan pakaian yang biasa-biasa saja, Man."
Pemuda itu benar-benar frustasi dan memilih untuk duduk di samping Giselle. "Hannah tak akan mau melirikku, barang sebentar. Kau tahu, aku bukan tipe-nya sama sekali."
Giselle menggembungkan pipi, kesal sebelum menepuk pundak sahabatnya itu, memberi semangat. "Man, just look at you! Kau itu tampan dan postur tubuhmu sangat bagus! Hannah pasti bodoh jika tak jatuh cinta padamu."
Pemuda itu tersenyum tipis dan mengangguk. "Terima kasih, Gi, walaupun aku tak yakin semua yang kau katakan benar. Sepertinya, untuk berjaga-jaga, aku akan meminta kakakku menjadi pasanganku."
Giselle terkekeh geli. "Tenang, aku akan meminta Zayn mengajak salah satu temannya, jadi saat kau mendekati Hannah nanti, kakakmu tak akan mati kutu sendirian." Giselle mengedipkan satu matanya dan pemuda itu tersenyum lebar.
"Once again, thank you, Gi."
"Anything for my best buddy, Jas."
*****
"...dia menyelidikimu selayaknya detektif dan itu sangat bodoh, bukan?" Harry terkekeh geli, begitupun dengan gadis berambut pirang yang duduk di hadapannya.
Lagi, mungkin ini akan menjadi malam ketiga Harry menginap di ruang kerja sang Ibu, di Styles' Boutique. Anne sudah meminta Harry untuk pulang. Ia bilang, banyak yang ingin ia sampaikan, tapi Harry benar-benar tak mau mendengar apapun dari mulut sang Ibu.
"Babe? Kau baik-baik saja?"
Suara gadis itu menarik Harry kembali ke dunia nyata. Harry tersenyum tipis dan menjawab, "Maaf. Banyak masalah yang ada di pikiranku."
"Kau bisa menceritakannya padaku, aku akan mendengarkan." Gadis itu berkata, sungguh-sungguh.
Harry menggeleng kecil. "Masalahku sekarang masih sama seperti masalahku yang kemarin. Aku sudah menceritakan semuanya padamu, Babe."
Sangat aneh memang. Tapi Harry sangat suka saat ia mengucapkan kata Babe dan gadis cantik yang duduk berhadapan dengannya ini merespon dengan sebuah senyuman manis.
Dulu, Harry juga memanggil semua pacar--maksudnya, mantan pacar--dengan sebutan Babe. Tapi gadis ini memberi balasan dengan sangat polos, dan manis. Menggemaskan.
Lagi-lagi, jantung Harry berdegup cepat saat gadis itu menyeret bokongnya untuk lebih mendekat ke arah Harry. Senyuman polos nan manja terukir indah di bibirnya, sebelum secara tiba-tiba ia benar-benar menghapus jarak di antara dia dan Harry.
Gadis itu memeluk Harry erat dan membuat Harry membeku. Ia menyandarkan dagunya di bahu Harry. Dalam hati Harry berharap, semoga saja detak jantungnya tak terdengar oleh gadis ini.
Kelopak matanya terpejam, menampilkan bulu mata lentiknya. Senyuman manis senantiasa muncul di bibir gadis cantik tersebut.
"Dia bilang, pelukanku menyejukkannya. Semoga saja pelukanku juga bisa menyejukkan hati dan pikiranmu." Gadis itu berkata pelan, ke dekat telinga Harry, membuat Harry bergetar seketika.
Harry memejamkan mata, berusaha merasakan kesejukkan itu sebelum memberanikan diri untuk balas melingkarkan lengan kokohnya di sekeliling pinggul ramping gadis cantik itu.
Senyuman muncul di bibir Harry sebelum mendekatkan bibirnya ke telinga si gadis dan berbisik lembut, "Terima kasih, Babe."
------
Fast update!!
Tumben bgt ya gue ngepost cepet wkwk
Berita duka :(
My fave youtube artist jebolan The Voice alias Christina Grimmie meninggal krn ketembak :( Sedih... Dulu sempet pengen masukin Christina jadi salah satu tokoh FF buat dipasangan sama Niall krn mereka sama2 cute :( gue suka banget sama coveran lagu Christina, apalagi yg Stay sama Just A Dream (ft. Sam Smith). Mana masih muda lagi. Itu yg nembak otaknya di mana ya? :"
#RIPChristina, you'll be missed :')
Btw, what do you guys think about this chapter?
PS: kalo banyak typo maafkan. Ngetik di hape :(
All the love. A x
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top