5th Hour

"Laila?"

"Senyum! Bilang cheese!"

Laila menatap puas hasil foto mereka. Ada seekor kucing yang duduk dengan tenang di atas kepala Dean, tak mungkin ia membuang-buang momen langka itu.

Sedangkan Dean terbengong-bengong karena tak mengerti apa yang barusan Laila lakukan.

Baru saja Laila ingin memperlihatkan ponselnya, benda itu sudah berdering duluan.

"Halo?" Laila kembali ke tempat duduknya. "Apa? Kamu sudah di depan?" Kepala Laila otomatis melihat ke pintu keluar. "Oke, kami keluar sekarang." Gadis itu segera memutus sambungan telepon dan menoleh pada Dean.

Pemuda itu sedang memiringkan kepala, kedua tangannya menggendong dua kucing yang tadi ada di kepala dan bahunya.

"Karin sudah di depan. Ayo." Laila berdiri dari sofa setelah mengelus kepala kucing yang menemaninya bermain tadi. Dia membantu Dean menyingkirkan kucing dari paha Dean.

Betul, sampai tadi Dean masih dikerubungi kucing-kucing itu.

***

"Yakin, bukan pacar?"

"Bukan!"

Tawa yang terdengar cempreng menggelegar di mobil Mirage berwarna biru, sumbernya dari orang yang menyetir.

Laila bersungut-sungut di kursi belakang. Di sampingnya, Dean hanya memperhatikan.

"Terus, siapa, dong?" tanya Karin, gadis yang memegang stir. "Hey, kamu. Kamu siapa tadi? Dian? Kamu siapanya Laila?"

"Oh, bukan Dian, tapi Dean. Dean adalah ku-umph!"

"Karin, kamu mau kubantu atau tidak?" Laila berujar galak. Telapak tangannya membekap mulut Dean.

"Iya, iya. Jangan mengancam, dong."

***

Senyum geli lagi-lagi terlukis di bibir Laila, saat dia meihat Dean menatap ke sekitar dengan mata takjub.

Mereka berhenti di depan sebuah rumah yang agak besar. Halamannya luas ditumbuhi rerumputan. Di tengahnya, ada sebuah panggung mini sederhana. Saat mereka turun, banyak anak-anak yang menyambut mereka dengan ceria.

Sahabat Laila, Karin, adalah anggota klub sosial di kampus. Sesekali mereka mengadakan acara untuk menghibur anak-anak yang nasibnya kurang beruntung. Laila biasanya ikut membantu.

"Nama tempat ini panti asuhan. Mereka adalah anak-anak yang tidak punya orang tua lagi." Laila berkata dengan suara pelan ketika mereka sudah duduk di tikar yang dibentangkan di depan panggung, bersama anak-anak yang lain.

"Wah, sama seperti Dean, dong."

Laila rasa dadanya terasa agak nyeri mendengar suara polos Dean mengatakan hal itu. "Kamu benar."

Suara tepuk tangan mengalihkan perhatian keduanya. Di panggung, sudah ada Karin yang sedang melakukan pertunjukan sulap.

"Hebat! Keren!" Dalam waktu singkat, Dean sudah berbaur dengan anak-anak panti, menonton berbagai trik yang ditunjukkan.

Nama Laila dipanggil setelah pertunjukan sulap berakhir.

"Laila juga akan menghilangkan saputangan?" tanya Dean, menyinggung salah satu trik yang dilakukan Karin tadi.

Laila menggeleng. "Lihat saja nanti."

Sekarang, Laila sudah berada di atas panggung mini. Sebuah gitar akustik terkalung di bahunya. Dia tak bisa menahan senyumnya kala menemukan wajah terpana Dean.

Laila mengarahkan mikrofon tegak agar pas di depan bibirnya. Setelah menyapa sekadarnya, tangan Laila mulai bergerak memetik senar gitar.

"Ayo, semuanya ikut nyanyi, ya!"

"IYAA!"

Sorakan antusias dari anak-anak kecil itu membuat senyum Laila makin mengembang.

Follow me, follow me
It's a beautiful day

"Sing a song for the children!"

Laila terkekeh kecil melihat wajah terkejut Dean saat mendengar anak-anak itu menyahut bersama-sama.

Trust in me, lean on me
Life is true, bright and gay
Follow me, trust in me
Bound to see, let it be

"Let it be! Let it be!"

Now hold on and sing (Hold on and sing!)
A song for the children (Sing a song for the children!)
Be nice and behave (Be nice and behave!)
Be good for the children (It's so good for the children!)
Let's harmony stay
Let's pray, let's pray for the day (We will stay and pray together!)
Let's plan for tomorrow
Yes, I'm gonna tell you, tell the truth of today
Follow me, trust in me
Follow me, lean on me

"La la la la la! La la la la! La la la la la!"

Laila menyanyikan lagu Song for The Children - Oscar Harris bersama para penonton. Bahkan, Dean pun akhirnya ikut bernyanyi dengan antusias. Suaranya terdengar paling keras.

Laila tersenyum lebar saat penampilannya selesai. Ia berdiri dan membungkuk sekilas. "Terima kasih banyak!"

"Dean tak menyangka Laila bisa bernyanyi dengan sangat bagus!"

"Apa maksudmu?" Laila melirik Dean tajam, merasa tersinggung. Sekarang keduanya sudah duduk lagi di atas tikar.

"Maksud Dean, Laila terlihat sangat menawan saat tampil tadi. Apalagi senyum Laila, sangat manis!"

Laila berusaha keras untuk menujukkan wajah galak, tapi tidak bisa. Apa yang Dean katakan membuatnya tersenyum malu.

"Jangan berisik, yang lain sedang tampil."

"Hehe. Maaf."

Aloohaaa

Kembali lagi dengan kucing hyper dan cewek galak~

*dijitak Laila

Part ini panjang karena lagunya. Oh, kalau enggak tahu lagunya, iramanya sama persis sama lagu Insan Utama 😚 atau cek media :3

Sukaaaa banget sama lagunya XD

Babay!

*rip tangan ujian essay*

27 September 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top