• Satu •

New York. December 26, 2018.

Polisi dan tim forensik lapangan segera mendatangi lokasi kejadian perkara setelah menerima laporan dari Aiden Lord. Detektif yang diutus untuk mengusut kasus ini adalah Zach Troll dan rekannya Nathaniel Anderson, dimana keduanya sudah cukup berpengalaman selama berada di bawah divisi kepolisian kota New York.

Garis polisi telah di pasang dan pengamanan ketat segera dilakukan mengingat bahwa Aiden menyiarkan acara penjelajahan rumah tua itu secara langsung dan banyak yang menonton insiden tersebut semalam. Orang - orang yang penasaran pun segera menuju ke lokasi demi memecah keingin tahuan mereka.

"Dari kekakuan mayat, sepertinya dia sudah meninggal lebih dari 24 jam," kata Zach memberi tahu Nathaniel.

Dan Nathaniel yang sedang sibuk mencatat semuanya dalam jurnal kecil miliknya pun mengangguk setuju. "Ini jelas pembunuhan berencana, bukan?"

"Ya, metodenya mirip dengan dua pembunuhan lain beberapa pekan lain." Nathaniel menoleh kaget pada rekannya, kemudian mengernyitkan keningnya sembari menunggu Zach melanjutkan kalimatnya. "Wanita yang mati dengan pakaian mengikat tubuhnya dan mulut disumpal dengan stoking."

"Bagaimana kau tahu soal itu?"

Zach lantas mengambil ponsel dari saku celana hitamnya dan memotret korban yang tengah diurus oleh tim forensik lapangan, "Ketua divisi membocorkan informasi padaku." lalu kembali menyimpannya di tempat semula saat balas menatap Nathaniel. "Jika hasil forensik keluar dan korban dinyatakan meninggal karena cara yang sama seperti dua korban sebelumnya, ketiga kasus itu akan menjadi tanggung jawab kita. Bersiaplah untuk itu."

Setelah mengangguk paham, Nathaniel dan Zach berpencar ke beberapa sudut ruangan demi mencari jejak pelaku atau bahkan barang bukti lain yang mungkin saja terlewat bersama yang lainnya. Sedangkan dua polisi lain berjaga di depan sembari mengamankan Aiden yang dianggap sebagai saksi ditemukannya mayat korban. Ia diminta untuk tidak meninggalkan lokasi kejadian agar polisi dapat menginterogasinya terkait penemuan mayat wanita yang diperkirakan berusia 20 tahun - 30 tahun.

Setelah selesai melakukan olah TKP, Zach pun menghampiri Aiden yang tampak duduk di sudut ruangan – pada kursi yang disediakan oleh seorang petugas – dan menyapanya. "Permisi, apakah kau adalah Aiden Lord?"

Aiden mendongak perlahan, menampilkan wajah pasi yang sejak awal menyergap dirinya pada Zach. Ia kemudian menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya."

"Aku akan memberimu beberapa pertanyaan hanya untuk memastikan. Bisakah kita bicara sebentar?"

"Ya, tentu," katanya, masih dengan suara yang lemah dan gugup.

Detektif berusia 27 tahun itu kemudian menarik kursi lain yang ada di belakangnya dan duduk di sana, tepat di depan Aiden. Ia mengangkat buku jurnalnya yang kecil dan mengetuk permukaan kertas dengan pena berwarna hitam, sebelum akhirnya kembali mengamati Aiden dan melempar pertanyaan. "Bisakah kau ceritakan padaku bagaimana kau menemukan mayat itu, Aiden?"

Zach berusaha bersikap santai mengingat bahwa pria muda yang duduk di hadapannya mungkin lebih muda darinya dan kondisi mentalnya masih tidak stabil. Dari ekspresi dan gestur tubuhnya yang syok, Zach bisa langsung menyimpulkan bahwa ini adalah kali pertama dirinya menemukan – melihat – sosok mayat secara langsung.

Mata biru milik Aiden terlihat berkaca – kaca, sedangkan pelipisnya mulai dijatuhi peluh saat akhirnya pandangannya bertemu dengan mata cokelat milik Zach. "Aku sedang melakukan siaran langsung tadi malam, lalu aku mencium bau aneh dan ... aku mencoba mencari tahu," katanya terengah – engah. Ia bahkan tidak berbicara dengan cepat, tetapi jelas sekali bahwa menceritakan pengalaman mengerikan itu sangatlah berat baginya. "Aku masuk ke kamar itu dan menemukannya di bawah tumpukan selimut."

Satu – saunya reaksi Zach saat itu hanyalah anggukan kepalanya yang tanpa ragu, memberi tanda bahwa ia mendengarkan dengan baik dan paham dengan apa yang dimaksud oleh sang saksi dalam kasus pembunuhan tersebut. "Apakah kau melihat ada orang lain yang masuk ke rumah ini sebelum kau?"

"Entahlah, tapi kurasa tidak," jawab Aiden seadanya. "Aku melakukan siaran itu sekitar pukul sebelas malam sendirian. Para pengikut kanalku pun tahu itu."

"Begini, kami menemukan banyak jejak kaki di rumah ini. Apakah orang – orang di internet memang menyarankan seorang youtuber sepertimu untuk datang ke rumah terbengkalai ini?"

Aiden terlihat diam untuk sesaat, kedua alisnya berkerut lalu mengangguk dengan sedikit ragu. "Rumah ini memang sedang ramai dibicarakan di internet, ada rumor yang mengatakan bahwa rumah in dikuasai oleh roh jahat," timpalnya menjelaskan. "Aku melihat beberapa kanal lainnya juga melakukan siaran dan membuat konten di rumah ini. Tapi kurasa mereka cukup beruntung untuk tidak menemukan mayat itu di sana."

"Ya, kurasa begitu." Zach menganggukkan kepalanya setuju. "Apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan sebelum kau masuk ke dalam rumah ini?"

Namun laki – laki yang mendekap kedua tangannya di dada itu langsung menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Aku hanya melihat salju mulai turun dan menutupi rerumputan di halaman luar rumah ini."

"Baiklah, izinkan aku melempar satu pertanyaan lagi." Zach mengangkat wajahnya setelah menulis beberapa kesaksian Aiden dalam jurnal kecilnya yang selalu setia di tangannya. "Apakah saat kau melihat wanita itu ... kau mengenal atau mengetahui siapa dia?"

Wajah Aiden lagi – lagi menegang. Ia diam, menggigit bibir bawahnya gugup kemudian menggelengkan kepalanya dengan percaya diri. "Tidak. Tapi itu sangat mengerikan, setiap kali mengingat wajahnya, aku merasa ketakutan dan tubuhku bergetar."

Detektif dengan mantel bulunya yang berwarna abu – abu itu pun menganggukan kepalanya dan menyodorkan jurnal pribadinya ke arah Aiden. "Bisakah kau tinggalkan nomor dan alamat rumahmu, apabila suatu waktu kami membutuhkan keterangan tambahan darimu?"

Tanpa berbasa basi, Aiden segera menerima jurnal itu dan menuliskan apa yang baru saja diminta oleh Zach dengan patuh. Sebelum akhirnya mengembalikan buku itu pada sang pemiliknya dan berkata, "Kumohon rahasiakan identitas ku dari semua orang yang belum mengetahui ini. Para pengikutku mencecarku dan mendesakku untuk membuat klarifikasi, tapi aku masih sangat ketakutan sekarang."

Zach mengambil buku tersebut dan mengangguk mengiyakan. "Kami akan melakukan yang terbaik selama kau berada dalam masa pemulihan." Kemudian ia memasukkan buku tersbeut ke dalam kantung mantelnya dan beranjak dari kursi. "Aku sangat berharap perasaanmu akan membaik. Hubungi aku jika kau mengingat sesuatu yang terlewat," sambungnya sembari menyodorkan sbeuah kartu nama resmi milik Zach pada Aiden.

Aiden pun ikut bangkit dan menerima pemberian Zach tersebut dengan senang hati. "Tentu. Terima kasih sudah datang dengan cepat."

"Rekanku akan mengantarmu pulang. Akan sangat berbahaya jika kau mengemudi dalam keadaan seperti ini."

"Baiklah," ucap Aiden, masih dengan suaranya yang lirih dan sedih.

Bagaimana bisa rencana besarnya untuk memberi kejutan pada para pengikutnya di internet berubah menjadi bencana dan kengerian yang luar biasa. Aiden berharap akan menemukan sosok hantu yang ramai dibicarakan di laman youtubenya, tetapi justru menemukan sesosok mayat. Apakah Aiden sungguh sedang sial saja atau ini adalah pertanda buruk baginya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top