Bagian I : 1

Lonceng bergemerincing saat pintu mengayun terbuka, aku mendongak dari sulamanku menatap pelanggan yang baru saja masuk. Bibiku sudah ada di sana tersenyum dengan ramah, menyambutnya masuk ke toko kami. Bahkan dengan glamour yang menutupi keindahan fairy, makhluk itu masih terlihat cantik, tidak manusiawi. Aku kembali menunduk ke sulamanku, tidak ingin tertangkap basah sedang menatap. Ohh ... mereka tidak keberatan ditatap, mereka senang ketika melihat manusia memuja dan iri pada mereka. Aku sudah belajar untuk tidak melakukannya, untuk tidak ditangkap dalam ketertarikan. Fairy suka tawar menawar dan mereka suka melakukannya dengan manusia yang cukup berani atau cukup bodoh. Aku bukan keduanya dan aku tidak iri pada mereka.

Untuk bertahan hidup di Mag Mell kemu perlu mengikuti beberapa peraturan. Ada daftar panjang dari itu dan aku telah belajar mereka semua, bahkan sebelum aku bisa mengucapkan kata Mamma untuk pertama kalinya. Pertama dan utama, jangan pernah memberikan namamu atau kamu akan berakhir dengan hal-hal mengerikan dan tragis. Fairy suka hiburan dan mereka suka manusia untuk hiburan itu. Kadang-kadang mereka hanya membiarkan manusia berubah menjadi kelinci selama beberapa tahun hingga manusia itu lupa sisi manusia mereka. Atau mereka akan menenun kisah cinta tragis yang berakhir dengan kematian yang pilu. Atau jika mereka sedang cukup kejam mereka mungkin akan menipumu untuk makan buah fairy yang mengubahmu menjadi gila. Terlalu banyak hal mengerikan jika kamu tergelincir dengan fairy.

Untungnya aku tidak pernah cukup bodoh atau cukup berani untuk membuat diriku terlibat dengan mereka. Bibiku, bagaimanapun adalah kasus yang berbeda. Bisnisnya praktis terlibat langsung dengan fairy, dia melakukan tawar menawar dengan berani, berharap dia tidak akan pernah tergelincir dan tersesat ke dalam glamour pembayaran. Yah, fairy membayar manusia dengan glamour mereka, sihir, mantra, pesona, apa pun yang kalian sebut untuk keajaiban mereka. Tawar menawar itu berbahaya dan aku tidak ingin melakukannya, aku sudah melihat banyak contoh tragis dan tidak berminat untuk menambah barisan nama manusia yang akhirnya mati atau bernasib lebih buruk karena kesalahan tawar menawar.

"Yreva! Aku yakin Lady Lorella di sini ingin melihat syal hasil rajutanmu, dia akan membayar kerajinanmu dengan baik!" Bibiku berteriak, beberapa dari gadis lain yang bekerja menyulam seperti diriku ikut mendongak, tatapan iri melintas sekilas sebelum mereka kembali pada jarum dan wol.

"Tentu!" Aku balas berteriak dan meletakkan jarumku, melompat berdiri untuk bergabung dengannya di etalase. Aku berusaha untuk mengabaikan kaki kiriku yang lebih pendek, abaikan caraku berjalan yang terseret.

Dulu saat Ayahku masih menjadi tambatan dalam hudupku dia sering memberi tahuku kalau kakiku tidak cacat mereka hanya berbeda, itu hanya membuatku berbeda, tidak kurang. Tetapi semenjak dia kembali dari tawar-menawarnya dengan fairy, yah dia berubah. Dia bukan lagi pria yang aku kenal. Aku tidak bisa menyalahkannya, maksudku, pria mana yang masih bisa merasa waras setelah menghabiskan tiga bulan menjadi gagak? Bahkan sampai hari ini aku masih tidak percaya Ayahku melakukan tawar-menawar itu. Itu mungkin juga salahku, jika saja hari itu aku mendengarkannya, kecelakaan itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan sekarat dan Ayahku tidak perlu melakukan tawar-menawar mengerikan itu. Tetap saja, itu sudah terjadi, aku tidak bisa melakukan apa pun tentang itu.

Aku menggeleng, mengusir semua pikiran suram dari kepalaku, dan memasang senyum ramah yang lebar membentang di wajahku saat aku hampir mencapai etalase. Tidak sulit untuk berpura-pura menyukai fairy. Pada dasarnya mereka cantik dan mudah untuk dicintai jika kamu dapat melupakan hal-hal mengerikan yang bisa meraka lakukan atau mungkin dalam kasusku, sudah mereka lakukan. Aku tidak akan pernah lupa apa yang telah mereka lakukan pada hidupku, itu mungkin bukan Lorella tapi itu masih fairy yang lain, jenisnya, dan jika aku tidak berhati-hati Lorella tidak akan ragu selama satu detik untuk menjebakku ke dalam tawar menawar. Yang sangat mungkin berakhir dengan aku menderita dalam cerita yang tragis.

"Keponakanku, Lady Lorella," Bibi memberi isyarat ke arahku, aku mengangguk dengan sopan dan terus tersenyum, "Yreva Greenleaf."

"Gadis yang sangat cantik, bayangkan apa yang bisa aku berikan untuk sesuatu yang indah sepertimu. Mungkin pesona pada matamu agar setiap pria yang memandangmu tidak akan pernah melupakan kecantikanmu, atau sihir dalam suaramu agar setiap orang yang mendengar kata-kata darimu ingin mematuhinya." Aku menahan meringis, membayangkan malapetaka yang akan datang dari setiap hal yang dia tawarkan. Semua tawaran itu terdengar cantik dan indah tapi akan ada celah, tempat bencana akan muncul. "Atau mungkin sebuah mantra untuk memperbaiki apa yang rusak?" Dia melirik ke kakiku.

"Maaf Lady tapi Keponakanku tidak melakukan tawar menawarnya sendiri." Akhirnya Lady Lorella mengalihkan perhatiannya dariku dan kembali ke Bibiku. "Dia mempercayaiku untuk melakukan tawar menawannya."

Untuk sesaat wajah Lady Lorella yang cantik menjadi lebih gelap dan tajam tapi sebelum aku benar-benar bisa memastikannya, senyum manis sudah kembali ke bibirnya yang merah. "Ohh, tentu saja Marie. Kamu dan pengalamanmu dengan tawar menawar fairy. Aku tidak mengerti kenapa manusia begitu paranoid dengan tawar menawar. Kami hanya mengabulkan apa yang telah disepakati tapi menusia terus menuduh kami menipu mereka."

Karena mungkin kamu memang menipu mereka jika kamu memiliki kesempatan. Tapi aku hanya menahan kata-kata itu di lidahku dan mengeluarkan syal yang telah aku rajut. Benang dari warna-warna pastel yang terjalin menjadi untain panjang yang lembut. Aku mengeluarkan beberapa dari etalase, yang satu memiliki motif bunga liar yang bebas, lainnya adalah motif bintang dan bulan dari langit malam, cokelat dengan serangga hutan, ada hijau dengan daun-daun yang merambat. Aku menunjuk ke yang bermotif bunga liar, menyodorkannya pada Lady Lorella. "Cocok untuk fairy dari Spring Court, warna muda dan cerah, akan bagus dengan warna rambut emas Anda, Lady."

Dia mengambilnya di antara jari-jarinya, merasakan benang wol yang terjalin bersama. Lady Lorella menatapku dengan mata hijau yang terlalu cerah, mata bukan manusia. Seringai senang membelah bibirnya dan aku setengah berharap glamournya akan luntur, mengungkapkan gigi-gigi yang runcing dan tajam, tapi itu tidak terjadi. Dia masih cantik dengan bibir merah penuh dan gigi putih yang rapi. "Ohh Sayang, kamu tahu dari mana aku?"

"Tidak bisa melewatkan keindahan musim semi seperti Anda," jawabku dan dia tersenyum lagi. Fairy suka pujian, aku tidak bisa memutuskan apakah itu karena mereka dangkal atau karena mereka sudah hidup terlalu lama sehingga mereka telah lupa tentang kerendahan hati.

"Lalu bungkus untukku, Sayang!" Suaranya melengking tapi entah bagaimana itu masih terdengar melodis, indah, seperti alat musik. Bibiku dengan cepat mengambil syal motif bunga dengan warna merah dan merah muda dari tangan Lady Lorella dan membungkusnya. Aku masih mengamati fairy, dia melihat-lihat etalase lain, jarinya menyentuh topi rajutan, cardigan, dan berhenti pada sapu tangan sutra. Semakin aku memperhatikan, aku semakin sadar bahwa jari-jarinya tidak seperti milik manusia. Itu terlalu panjang dengan sendi-sendi yang lebih banyak, seperti ranting kurus. Tapi kemudian aku berkedip dan itu kembali menjadi jari-jari yang normal.

"Cantiknya," ucap Lady Lorella sambil mengangkat sapu tangan putih dengan bordir ranting dan kumbang dari benang emas. Bordir mengitari tepinya, membuat cerita dari kehidupan ngengat mulai dari ulat hingga menjadi ngengat dewasa. Warna benangnya emas kecokelatan dan ada lebih dari kisah seekor ngengat di sana. Aku merasa gugup, tidak ingat telah memajangnya di sana.

"Bordir Yreva adalah yang tercantik." Bibiku kembali, sudah membawa bungkusan syal di tanganya.

"Ya benar, tolong bungkus yang ini juga!" Lady Lorella kembali ke Bibiku, menatap sapu tangan dengan kilau aneh di matanya. "Aku akan menghadiahkannya untuk Pangeran Oak di pesta musim semi tahun ini. Aku yakin dia akan menyukainya."

"Tunggu!" ucapku canggung, begitu mata fairy Lady Lorella menatapku aku kehilangan keseimbangan. Aku tidak pernah berbicara dengan fairy, menolak untuk bahkan melakukan interaksi dengan mereka kecuali diperlukan. "Itu tidak dijual."

Bibiku menatapku dengan khawatir dan aku semakin gelisah ketika Lady Lorella memberiku tatapan ingin tahu. Tidak menarik perhatian fairy. Aku yakin itu ada di daftar atas cara bertahan hidup di Mag Mell. Aku seharusnya tidak mengatakan apa pun tapi bordir itu, cerita di dalamnya ... aku tidak bisa mengambil resiko fairy mengerti apa yang dikatakannya. Itu bukan hanya ngengat di sana.

"Tapi ini ada di sini Sayang. Kenapa aku tidak bisa membelinya? Aku akan membayarmu, apa pun yang kamu inginkan Sayangku?"

"Itu tidak dijual, aku membuat sapu tangan itu untuk ... hadiah." Aku berbohong dengan membabi buta, aku tidak membuat itu untuk hadiah, aku membuatnya untukku sendiri dan hanya aku. "Aku tidak bermaksud menjualnya. Aku yakin Bibiku menemukannya di keranjang pekerjaanku dan memajangnya tanpa sengaja."

"Yreva Sayang kamu bisa membuat lagi yang baru," ucap Bibiku, wajahnya memohon padaku. Dia tidak ingin berdebat dengan fairy, bahkan jika dia sudah berpengalaman dengan tawar-menawar, selalu memastikan bahwa tidak akan ada celah di kesepakatan yang dia buat untuk malapetaka muncul. Dia tahu lebih baik dari pada menolak keinginan fairy. Mereka pendendam, dan aku tidak akan ragu jika Lady Lorella akan membalas kami jika dia merasa terhina dengan penolakanku. Tapi bordir itu, cerita di dalamnya, aku tidak ingin membagikannya.

"Tapi—"

"Itu hanya sapu tangan, Sayang. Aku yakin kamu bisa membuat yang lebih baik. Lady Lorella ingin memilikinya jadi kenapa kita tidak memberikannya dan memiliki bisnis yang menyenangkan?" Bibiku tersenyum dengan ketat. Aku mendesah dan mengangguk, tidak ada jalan lain, mereka mungkin juga tidak akan mengerti kisah apa yang ada di sana. Bagaimana sejak awal ulat yang cacat selalu sendirian, hingga dia menjadi ngengat. Dia tidak pernah menjadi cantik tapi kemudian dia bebas, dia menemukan hidupnya. Seperti aku berharap untuk menemukan hidupku sendiri suatu saat nanti.

"Tentu Bibi, aku akan membuat yang baru," ucapku. Lady Lorella menepuk tangannya sekali dan membuat suara bersenandung yang ceria. Aku hampir percaya dia hanyalah seorang wanita yang polos dan baik hati, hampir.

"Bagus sekali, Sayangku. Jadi mari kita membicarakan bayaranmu! Apa yang bisa aku berikan untuk kalian?"

"Itu Lady," Bibiku mengambil nada bisnis di suaranya dan menuntun Lady Lorella, "adalah pembicaraan antara kita."

Aku tidak lagi mendengarkan ketika Bibiku mulai melakukan tawar-menawarnya. Hanya samar-samar mendengarnya meminta sihir untuk membuat tiga karung gandum muncul di lumbung kami setiap tiga minggu sekali selama tiga tahun. Lady Lorella menawarkan untuk memberikan lebih banyak, Bibiku hanya menggeleng, meneruskan persyaratan bahwa itu adalah gandum terbaik, tidak akan ada tikus yang mengacaukan karung kami, dan detail lain yang mungkin akan merusak. Bibi selalu berhati-hati, kadang aku pikir fairy membencinya karena dia membantu orang-orang melakukan tawar-menawar mereka.

Ketika mereka akhirnya sepakat dengan tawar menawar yang mereka buat, mereka berjabat tangan, menyegel kesepakatan di antara mereka. Dan besok, aku tidak akan terkejut jika aku menemukan tiga tumpuk karung gandum muncul secara ajaib di lumbung kami. Setidaknya kami tidak akan kekurangan roti gandum untuk tiga tahun. Mungkin Bibi ingat saat musim dingin yang memaksa kami harus memakan roti berjamur dan keju basi.

Bibi akhirnya tersenyum dan mengantar Lady Lorella keluar yang kemudian melebur ke udara, maksudku dia benar-benar melebur dan hilang secara harfiah. Hal fairy lain yang aku rasa suka mereka pamerkan. Aku tidak mengerti apa gunanya semua penyamaran itu jika mereka pada akhirnya melakukan hal-hal yang akan menandai mereka sebagai fairy.

"Kamu sebaiknya pulang dan memeriksa Ayahmu, Sayang. Hampir tengah hari dan apa pun bisa terjadi padanya," ucap Bibi, menarik perhatianku kembali dari tempat Lady Lorella menghilang beberapa saat yang lalu.

"Benar, aku lebih baik memastikannya bahkan jika Ayah bertambah baik setiap hari. Aku pikir dia akan segera pulih," balasku. Bibiku hanya memberiku senyum yang enggan. Kami berdua tahu Ayah tidak membaik tapi kami selalu berpura-pura kalau dia melakukannya. Berharap dia akan kembali bersama kami, benar-benar kembali.

"Pergilah Yreva, aku akan mengurus tempat ini." Dia mengambil beberapa koin perunggu dari kantung uangnya dan menyerahkannya padaku. "Beli tinta, aku lihat kamu kehabisan itu semalam."

Aku meringis tapi tetap menerimanya, aku tahu Bibi tidak setuju aku terus menulis tapi dia juga tidak bisa memintaku untuk berhenti. Dia mengerti itu satu-satunya hal yang memberiku penghiburan. "Terima kasih, Bibi Marie. Aku menyayangimu."

"Kembali Sayangku." Dia tersenyum dan menepuk bahuku. Aku berharap dia memelukku tapi Bibi Marie sudah lama berhenti bertukar kasih sayang seperti itu. Lama sejak suaminya mati bersama satu-satunya putri mereka. Sejak saat itu dia tinggal bersama aku dan Ayah, kami saling menopang. Tapi kadang-kadang aku masih berharap kami bisa berpelukan dan menangis di bahu masing-masing. "Pergi Yreva, kamu tidak ingin mendapat antrean."

Aku mengangguk dan melambai saat aku keluar dari toko, membunyikan lonceng di pintu depan kami.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top