Penyerahan
Sebenernya mau nambahin lagu, tapi youtube'a nggak bisa (ಥ_ಥ)
.....
..
Romani menatap pasrah bahan-bahan kue di depannya. Dia mengabaikan Gudako, Mash, dan Emiya yang sedang mempersiapkan hal-hal lainnya. Di dalam pikirannya, Romani terus bertanya alasan mengapa ia membuat kue untuk David, ayahnya. Bahkan ia sempat berpikir untuk menghabiskan kue itu setelah kue itu jadi.
"Dok, apa yang kau lamunkan?" tanya Gudako yang memiringkan kepalanya, melihat wajah Romani yang ekspresinya sangat terlihat menolak.
"Bukan sesuatu yang penting," kata Romani yang menghembuskan nafas setelah itu.
Gudako memukul pungung Romani hingga terdengar suara keras dari sana. "Bersemangatlah!" kata Gudako dengan senyuman lebar.
Romani tersenyum kecil. Setidaknya ia harus melewati tantangan (membuat kue) ini karena tidak ada jalan keluar (dicegat kalo kabur).
Dengan bantuan Emiya, Gudako, Mash, dan Romani mulai membuat kue. Romani mengambil sebuah mangkuk kosong yang di letakkan di atas timbangan. Gudako mulai menuang tepung diatasnya tetapi tak sengaja semua tepung yang ada di bungkusan tumpah keluar, hingga membuat asap tepung.
Romani dan Gudako saling terbatuk sedangkan Mash terlihat panik dan Emiya menghela nafas pasrah. Akhirnya takaran tepung sudah selesai, saatnya mencampurkan beberapa bahan yang tadi di buat oleh Emiya dan Mash.
"Romani saja yang mengaduknya," usul Gudako pada Emiya yang sudah memegang mixer di tangannya.
"Ide bagus," kata Emiya sambil tersenyum.
"Tidak, tidak. Aku tidak bisa .... "
"Ayolah, kau pasti bisa dok," kata Gudako yang mendorong Romani.
Mixer mulai dinyalakan dan Romani langsung panik. Setelah beberapa menit akhirnya Romani sudah mulai bisa memegang mixer dengan baik. Walau begitu kadang kala Romani tak sengaja menumpahkan sedikit adonan beberapa kali.
Gudako dengan iseng mencolek bekas adonan yang ada di meja. Dia mulai mecolek pipi Romani, yang sedang berkonsentrasi, dengan jari yang terdapat adonan di sana.
"Diamlah kalau tidak mau aku mix," kata Romani yang melirik Gudako di sebelahnya.
Gudako mengembungkan pipinya kesal. Walaupun begitu dia tidak kapok mengambil bekas adonan lainnya. Dia melihat Mash dengan senyum jailnya.
"Senpai?" tanya Mash dengan senyum takutnya.
Masih dengan senyum jailnya, Gudako mengambil lebih banyak adonan yang terlantar di meja. Mash langsung lari saat Gudako mendekatinya. Kejar-kejaran pun di mulai. Beberapa kali Gudako melempar bekas adonan yang ukurannya kecil ke Mash walau selalu meleset.
Emiya yang melihat aksinya itu melipat tangannya di depan dada dengan tatapan tajam. Walau Gudako sudah beberapa kali melewati Emiya, dia tak menyadari tatapan tajam itu. Emiya yang sudah tidak sabar, langsung menangkap tangan Gudako saat melewatinya.
"Jangan bermain di dapur, master," ancam Emiya tetapi tak membuat Gudako terlihat takut.
"Iyaaaaa," kata Gudako dengan mulut yang melengkung ke bawah. Emiya menghembuskan nafasnya lalu melepaskan tangan Gudako. Senyum jail langsung tercipta di wajah Gudako. Dalam sekejab Gudako menepuk wajah Emiya dengan tangan yang masih ada adonan di sana.
Emiya yang baru menyadari apa yang terjadi setelah Gudako mulai berlari dari sana. "MASTER!!!"
Setelah perjuangan yang cukup panjang kini menuju bagian krim sembari menunggu kue matang. Emiya (dengan wajah yang sudah bersih) mendikte Romani yang memasukan bumbu dan membuat krim sedangkan Gudako dan Mash hanya memperhatikan kedua lelaki itu.
"Dok, jangan lupa bumbu penting ya," kata Gudako yang memasang senyum jail.
"Ada lagi? Apa?" tanya Romani yang bingung, begitu juga Emiya yang merasa tidak ada yang kurang dari bahan-bahan yang ia jelaskan.
"Cinta!" seru Gudako yang membuat bentuk hati dari tangannya.
Romani memasang ekspresi meremehkan di wajahnya.
"Ada apa dengan ekspresimu dok?! Cinta itu bahan yang paling penting tau!" gerutu Gudako yang mengembungkan kedua pipinya.
"Hum, iya. Terserah," kata Romani yang tertawa hambar dan kembali mengaduk mangkuk krim di tangannya.
Waktu kembali berlalu dan akhirnya saat dimana kue harus dihias. Karena paksaan dari Gudako, akhirnya Romani membuat kue dengan hiasan anime kesukaannya di atasnya. Mash pergi terlebih dahulu untuk mencari David.
"Jangan lupa bersih-bersih." Emiya menatap tajam Gudako dan Romani yang baru hampir menuju pintu dapur
"Baik ...." kata Romani dan Gudako dengan suara kecil sambil berjalan keluar dari dapur.
"Akhirnya penyerahan hadiah!!" seru Gudako yang ikut Romani berjalan menuju tempat dimana David berada.
"Tidak ada yang menyenangkan dari hal ini," kata Romani yang terlihat lelah dengan kue di tangannya.
"Seru kok, dijamin seru," kata Gudako yang mendorong Romani, menjaga agar ia tak kabur.
Romani menghela nafas pasrah dengan masih di dorong oleh Gudako.
"Asal jangan di makan kuenya," kata Gudako yang membuat Romani langsung tersentak kaget dengan aura kelam Gudako.
Tak lama mereka melihat David yang tertawa ceria dan Mash yang tertawa gugup di depan David. Seketika aktifitas mereka terhenti dan melihat Romani yang terlihat gugup dengan kue di tangannya.
Romani merasa ingin lari meninggalkan tempat itu. Sayangnya Gudako masih ada di belakangnya. Dengan sekali dorongan yang lebih keras dari sebelumnya, Romani berjalan mendekati David yang berusaha keras menahan senyumannya.
"Wah wah, ada apa ini?" tanya David dengan wajah bingungnya yang dibuat-buat.
"Ini ada sesuatu untukmu, David," kata Gudako yang mewakilkan Romani untuk berbicara.
"Maaf, aku masih menyukai wanita," kata David senyumman polosnya.
"BUKAN!!!! DASAR A---BODOH!" seru Romani kesal dengan wajah yang memerah.
David berusaha lebih keras menahan tawanya, melihat Romani yang terlihat malu-malu kesal di depannya.
Romani meletakkan kue yang ada di tangannya di meja, dekat David berdiri. "Selamat hari ayah," katanya pelan yang tak mau melihat David.
Mata David melihat bentuk aneh yang disajikan di atas piring. "Apakah ini bisa di makan?" tanya David dengan tatapan ragu.
Romani langsung kesal. "Yasud---!!"
Baru saja tangan Romani ingin mengambil kue di atas meja, tetapi tangan David lebih cepat darinya. Saat Romani melihat David, di tangan David sudah tersedia garpu entah dari mana.
David mengambil sedikit dari kue dengan garpu. Setelah melahap potontan kecil kue itu wajah David berubah. "Tidak enak," kata David dengan wajah penuh kerutan.
"Kalau begitu kembalikan saja!" seru Romani yang kembali kesal setelah sempat terharu.
"Tidak mau." David berbalik dengan kue di tangannya. "Ini sudah jadi milikku bukan?" tanya David yang tersenyum jail.
Romani hampir tak bisa menahan senyum harunya. "Oh, begitu. Ya sudah jangan salahkan aku kalau sakit perut," kata Romani yang langsung berbalik.
"Dapur ...." Emiya tiba-tiba muncul dengan tatapan tajam dan aura mencekamnya.
"Huah!!! Baik!!" Romani, Gudako, dan Mash langsung berlari menuju dapur.
David menoleh dan melihat kejadian itu dengan tawa. Tangannya kembali memotong kue dengan garpu lalu melahapnya. "Masih tidak enak," kata David pelan dengan senyuman lebar.
Emiya yang melihat itu hanya menghela nafasnya lalu berjalan menuju dapur.
...
"Oh iya! Kecupan di pipi belom!" seru Gudako tiba-tiba yang sedang membereskan dapur.
"Masih ada lagi?!" tanya Romani kaget.
"Ayo kita cari David lagi!" kata Gudako yang langsung berbalik.
Baru saja Romani mau mencegah Gudako tetapi di pintu Dapur tiba-tiba muncul Emiya dengan wajah seram. "Ber-sih-kan."
"Baik...." kata Gudako, Mash, dan Romani ketakutan.
.
.
.
.
.
.
SELESAI!!!
Lumayan loh, 1000'an kata.
Pas awalnya bener-bener ngekrik banget rasanya tapi bagian bawahnya bikin gemeeeesh!!!
Maap ya baru bisa tamatkan sekarang. Perlu banyak waktu ternyata buat memikirkan bagian akhir ini.
Tehee~☆
FIN~
Sambungan di Parfaitchan (yang udh tamat duluan wkwkwk)
-(17/04/2019)-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top