21. Kerajaan Uchiha
Naruto © Masashi Kishimoto
A Frozen Flower © zhaErza
.
.
.
Siang hari di kala matahari bersinar terik, rombongan kereta kuda dari Kerajaan Hyuuga baru saja tiba di istana pusat Uchiha. Mereka disambut oleh penasihat dan Raja, saat itu Sakura mengatakan bahwa dirinya telah mengingat sebagian dari mereka, termasuk Raja Fugaku, Ratu Mikoto dan Putra Mahkota Itachi, juga sebuah peristiwa yang terjadi sekitar lima tahun silam.
Mendengar hal itu, Raja Fugaku langsung merasa bersalah, ia berlutut dan memohon ampunan karena perlakukan hina pangeran terbuang yang diangkatnya menjadi anak. Terkejut melihat hal demikian, Sakura lantas ikut berlutut, mengatakan kepada sang pemimpin untuk jangan bersikap seperti ini. Yang terpenting adalah dirinya telah mendapatkan penggalan ingatan, walau belum secara keseluruhan.
"Raja Fugaku, tiada yang menginginkan semua ini terjadi, bahkan Kakanda Itachi rela menanggung lebih besar kegelapan yang berasal dari kutukan Pangeran Gaara. Aku ke sini untuk melihat keadaan beliau, menguatkan kakanda dan menyemangati dirinya."
Fugaku terlihat mengangguk, kemudian menyentuh kepala Sakura untuk saling menguatkan. Mereka lantas menuju istana pribadi milik Putra Mahkota Itachi, Naruto dan Sasuke yang berada di sana hanya mengikuti dari belakang dan membiarkan dua orang itu saling membagi kenangan walau dengan perasaan khawatir karena keadaan Itachi.
Berada di dalam kamar, Ratu Mikoto menyambut mereka, memeluk Sakura dengan erat sambil berusaha menahan kesedihan. Ketika gadis itu menjelaskan bahwa dirinya telah mengingat sebagian dari masa lalu mereka, Mikoto tidak bisa lagi membendung rasa rindunya. Ia menangis lirih sambil mengatakan bahwa teramat merindukan sosok Sakura.
"Putri telah menjadi anak Ibunda sejak dahulu," ucap Mikoto mengelus punggung dan mencium pipi kanan dan kiri. "Lihatlah keadaan kakandamu, dia belum juga bangun dari tidur panjangnya itu."
Sakura menghapus air mata, ia menatap sosok yang terbaring di ranjang dengan rambut seputih salju. Mendatangi Itachi, dengan pelahan sebelah tangannya menyentuh wajah yang beberapa bulan lalu tersenyum kepada Sakura.
"Tidakkah seharusnya Kakanda Itachi bisa menahan semua ini?"
Raja Fugaku menghela napas, menatap antara Itachi dan juga Sakura.
"Maharaja Sasori sangat menyukai Putra Mahkota Itachi, semua itu tidaklah karena dia merupakan calon suami terkuat Dewi dahulu. Namun, putra sulungku ini memiliki sesuatu yang lebih besar di dalam dirinya yang dianugerahkan oleh Dewa. Dan kutukan itu, jika diutarakan kepada yang lebih piawai, maka bisa saja dikembalikan saat itu juga kepada si pelaku."
Baru mengetahui semua rahasia ini selama hidup mereka, Naruto, Sasuke dan Sakura membelalakkan mata. Jika seperti yang dijelaskan Raja tadi, tidakkan berarti Itachi bisa saja mengembalikan semua kekuatan kegelapan tersebut? Namun, tidak, Itachi malah menerimanya.
Sekarang Fugaku menghela napas, memandangi kembali laki-laki yang adalah pewaris tahkta Uchiha.
"Bagi Itachi, Putri Sakura dan Pangeran Gaara tetaplah sosok yang dia kasihi." Mikoto menjelaskan, walau suaranya teramat bergetar. Wanita itu masih terbelenggu kesedihan, bagaimanapun anak-anaknya sama-sama dalam keadaan memprihatinkan.
Kesunyian kembali menyelimuti, Sakura kini sekali lagi menggenggam telapak tangan nan dingin dari laki-laki yang begitu ia hormati. Sedih hati ketika menyaksikan penderitaan yang seharusnya ditanggung olehnya, tetapi Itachi mengemban itu semua. Kalau sudah di dalam keadaan seperti ini, bagaimana mereka bisa mengembalikan sang Putra Mahkota Uchiha.
Sakura menghela napas, berpikir apa yang harus dilakukan.
"Kalau begitu, satu-satunya jalan memanglah harus dengan bantuan Maharaja Sasori." Fugaku berakata.
Kali ini, alis Sakura mengernyit karena kembali mendengar nama asing tersebut. Siapa gerangan sosok yang disebutkan sebagai Maharaja? Apalah anak dari Dewi Kaguya? Jangan bilang mereka telah naik ke Nirvana juga? Masih banyak yang belum bisa Sakura ingat, dan hal ini membingungkannya.
"Maharaja Sasori?" tanya Sakura.
Sorot kebingungan yang tampak pada iris emerald itu membuat Raja Fugaku terheran, benaknya pun berspekulasi bahwa Sakura belum mendapatkan ingatan tentang anak tertua Kerajaan Matahari. Ia hanya bisa terdiam sejenak, dan menatap Naruto juga Sasuke yang hanya bisa menghela napas dan menggelengkan kepala.
.
.
.
***
Istana Merak masih menjadi tempat bagi Maharaja Sasori dan Pangeran Terbuang—Gaara untuk saling berhadapan, laki-laki itu terlihat tenang walau tidak dengan batinnya, sementara sang Dewa menyimpan kemurkaan.
Rahang Sasori mengeras, menatap sorot datar dan tubuh kelam dibalut kekuatan iblis yang dimiliki sang Sabaku. Sepekat ini, hingga membuat suasana istana bagaikan tanah mati. Bahkan, untuk meminimalisir korban, Sasori terpaksa melindungi tubuh-tubuh prajurit dan seorang pelayan dengan menghentikan waktu mereka. Syukurlah prajurit itu tidak mati dan hanya sekarat karena tekanan kekuatan kelam Gaara.
Mengembuskan napas kasar, kali ini Sasori tidak akan membiarkan Gaara lari, ia juga takkan mengampuni. Jika memang dirinya tidak diperkenankan untuk membunuh laki-laki itu karena keterikatan kepada Sakura dan Itachi yang dikutuk, maka ia akan membuatnya sekarat atau menyiksanya hingga merasa lebih buruk daripada kematian itu sendiri.
Awan kelabu yang memenuhi area istana Merak membuat tumbuhan seketika layu, aura gelap Gaara membuat segala makhluk yang ditemui bungsu Sabaku menderita karena kekuatan iblis.
Melayang untuk berhadapan langsung dengan Gaara, sekarang Sasori bersiap untuk menyerang laki-laki yang mulai menampakkan ekspresi murka.
Lawan tanding Gaara adalah seorang anak Dewa yang memiliki segala kesaktikan orang tuanya, apalagi Sasori sudah teramat berusia panjang dan begitu berpengalaman ketika bertarung. Jika salah langkah, ia pasti tidak akan bisa melarikan diri dan akan terbunuh di tempat ini. Keputusannya untuk membawa kembali Sakura dengan datang ke Kerajaan Hyuuga adalah sebuah kesalahan besar, tidak menyangka bahwa sekarang ia akan bertemu dengan sang Maharaja. Bahkan, Gaara tidak bisa merasakan hawa keberadaan Sakura yang seharusnya dari jarak sedekat ini bisa terendus olehnya.
Tidak seperti Gaara yang sedang mencari cara untuk melarikan diri karena belum siap, Sasori kini tengah berpikir bahwa ia mengeluhkan pertarungan mereka yang harus berada di kawasan istana Hyuuga, ia tidak bisa sembarangan mengeluarkan kekuatan, orang-orang yang berada di luar perlindungan saat ini mungkin saja bisa terkena imbas. Jika sampai ada yang mati, ia tidak akan bisa melakukan apa pun lagi untuk membantu.
Kecepatan tak terduga membuat Gaara terperangah, laki-laki berambut merah muncul di hadapannya dan nyaris memberikan tinju di wajah sang Sabaku. Mendecak dan mundur untuk memberi jarak, lengan kiri Gaara terbakar karena terkena kilatan petir yang menyambar. Jika sampai ia tersentuh tangan Sasori, maka habislah dirinya.
Pedang terbuat dari kilat merah membuat Gaara mengeraskan rahang, jika benda itu tertancap di tubuh maka ia tidak akan bisa lepas dari jerat Sasori, dan jika tertancap di jantungnya maka matilah ia.
Kali ini dengan perlahan, Gaara mengeluarkan pedang hitam dari dalam mulutnya, pedang itu seperti memiliki jiwa tersendiri dengan aura kelam yang membara dan menetes-netes seperti cairan pekat. Jika tersentuh tanah, semuanya akan melebur bak terkana lelehan magma.
"Berapa banyak jiwa manusia dan iblis yang telah kau perdaya, Gaara. Pedang itu, apakah kau bisa mengendalikannya?"
Walau tersenyum, tetapi nyatanya Sasori tidak habis pikir Gaara sampai berbuat sejauh ini. Lima tahun tidak hanya digunakan laki-laki itu untuk menyembunyikan adiknya, tetapi juga untuk menumpuk kekuatan. Pedang kegelapan tersebut adalah bukti nyata, begitu kelam dan berbahaya, menarik jiwa siapa saja yang kala itu bersentuhan dengan mata pedang. Jika seperti ini, pantas saja Kabuto dan pasukannya kesulitan untuk menangkap Gaara hidup-hidup.
"Jangan pedulikan diriku, Maharaja. Sebab, jika kau salah perhitungan, kau akan bergabung dan menjadi senjata terkuatku."
"Kuharap, kau memiliki banyak waktu untuk mengendalikannya, Gaara."
Tebasan dari jarak beberapa meter mengakibatkan kilat merah menyambar dan membidik tubuh Gaara, tetapi cekatan lelaki itu menghalaunya dengan sebuah bola kelam berasal dari pedang yang diayunkan. Bola kelam seukuran kepala manusia itu menghisab kilat merah yang dikeluarkan Sasori tanpa bersisa.
Bola kelam kemudian meledak, menimbulkan suara debuman yang menggetarkan tanah, sebuah lubang berukuran lima meter tercipta, merubuhkan pilar yang adalah penyangga bagunan tidak jauh dari mereka berpijak.
Jika laki-laki itu menggunakan kecepatan untuk mengalahkannya maka ia akan melakukan hal yang sama.
Beberapa detik kemudian, tebasan demi tebasan kembali terjadi, mereka saling menyerang dan bertahan. Berhadapan dengan mata pedang yang saling bergesekan hingga menimbulkan tekanan udara berubah-ubah dan halilintar dahsat. Sasori mendecak, pedang mereka masih menahan, tidak ada satu pun dari mereka yang mau mengalah. Mengeluarkan sinar putih dari telapak tangannya, ia pun kembali membuat Gaara melangkah mundur untuk menghindari serangan tersebut.
Beberapa bagian istana telah hancur, bahkan terlihat burung merak berlarian tidak kenal arah, kemudian mati ketika merasakan aura kelam Gaara.
Napas-napas sang Pangeran Sabaku terengah, pedang nan hitam mulai tidak mematuhi kehendaknya, ia terbelalak ketika mendapati hidungnya mengeluarkan darah. Jika terus saja dipaksa maka kekalahan akan memihak dirinya.
Melayang, Gaara sekarang berada beberapa meter di atas tanah. Ia akan melakukan serangan terakhir, berkonsentrasi mengumpulkan kekuatan sebelum menyegel kembali pedang tersebut dan melarikan diri untuk mengumpulkan tenaga kembali. Sebuah bola kelam berukuran cukup besar dikeluarkan. Sasori berada di bawah dan bersiap menyerang dengan pedangnya.
Ayunan senjata dilakukan, bola hitam itu akan menghancurkan apa saja yang berada di atas tanah, tetapi dengan cekatan Sasori bisa menghindari, dan muncul tiba-tiba di hadapan Gaara.
"Kau kira, kau bisa mengelabuiku dan pergi, Gaara!"
Mendengar kalimat yang diucapkan sang Maharaja, Gaara malah memberikan senyuman tipisnya.
Mereka kembali saling menahan dengan pedang, darah semakin banyak keluar dari hidung dan mulut Gaara, tetapi tidak juga membuat laki-laki itu menyerah.
"Lihat ke mana bola kelam itu akan mengamuk, Maharaja. Mereka semua akan binasa dan menjadi budakku."
Gaara menginterupsi, senyumannya semakin lama semakin lebar.
Terbekalak. Tentu saja pekataan Gaara tidak akan dibiarkan oleh Sasori. Namun, jika ia memilih untuk mengenyahkan serangan kelam tersebut, ia akan memberi celah untuk Gaara, laki-laki itu pasti akan langsung menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri.
.
.
.
Bersambung
Asal edit bagian keluarga Uchiha, kayak merasa janggal banget wkwkw. Karena seharusnya yang diposisi Gaara itu Sasuke. 😂😂😂
Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top