16. Membunuhnya
Naruto by Masashi Kishimoto
Story by zhaErza
.
.
.
Begitu sadarkan diri, Sakura langsung terduduk dan menatap sekitar. Ia memegangi kepalanya, seperti ada sesuatu yang terjadi hingga sekarang ia merasa teramat pusing. Beberapa saat kemudian, tabib dan pelayan datang mendekat dan bersujud di sana. Sakura diberikan minuman herbal hangat, seperti berbahan jahe dan madu, membuatnya merasa nyaman dan lebih baik ketika menyesap secara perlahan.
Alis berkerut, ia memberikan gelas tembikar kepada dayang dan melanjutkan istirahat. Berpikir yang perlu ia lakukan ketika telah pulih adalah mencari senjata berbahan emas, mengingat sepertinya Matsuri sama sekali tidak bisa ia andalkan.
Ketika telah menemukan senjata berbahan dasar emas yang adalah kelemahan para Keturunan Dewa, kemudian apa yang harus ia lakukan agar bisa menaklukkan lelaki itu? Mengingat jika ia mencoba berhadapan satu lawan satu, pasti dengan begitu mudah akan dikalahkan Sasuke. Ia harus mencari celah, sesuatu yang bisa ia gunakan agar Sasuke salah memperkirakan.
Setelah beristirahat total, sore harinya ia memutuskan untuk berkeliling wilayah istana setelah mendapatkan izin, sementara itu Hyuuga Neji menjaga tidak jauh di belakangnya. Pupil Sakura menangkap para pelayan yang cukup familier, mereka langsung menganggukkan kepala hormat, kemudian memohon diri karena ada sesuatu yang harus dikerjakan.
"Sebentar," ujar Sakura, ia menatap pelayan yang seketika berhenti.
Mereka pun mendatangi sang Putri kembali, kemudian menundukkan tubuh memberikan hormat.
"Kalian, bukankah kalian adalah para gadis dari desa yang sama denganku, desa yang dibantai Uchiha Sasuke? Kalian berada di kereta ketika dibawa ke tempat ini?"
Sakura mengingat, kedua gadis di antara empat orang tersebut adalah rakyat desanya.
Mereka saling bertatapan, kemudian menganggukkan kepala.
"Benar, Putri. Kami adalah salah satu dari gadis-gadis yang diselamatkan Pangeran Sasuke."
Mendengar hal itu, lantas Sakura langsung membeliakkan mata. Apa yang baru saja didengarnya adalah sebuah lelucon? Bagaimana bisa para gadis beranggapan demikian, semetara Sasuke dan tentaranya yang telah menghancurkan desa, bahkan telah menodai mereka? Sakura yang saat itu masih di malam sial saja tidak akan pernah memaafkan semua yang telah terjadi.
Mengembuskan napas, Sakura pun kembali ke alasan awalnya ketika memanggil gadis-gadis ini. Ia ingin mengetahui kabar mereka dan juga menanyakan apakah mereka memiliki belati yang terbuat dari emas.
Mereka semua seketika menggelengkan kepala, kemudian salah satu dari dayang berkata bahwa kekasihnya yang seorang tentara di kerajaan, mungkin saja memiliki sebuah belati yang terbuat dari emas.
Saat itu Sakura memberikan perintah kepada si pelayan untuk membawakan senjata tersebut, tetapi sebelum itu ia menjelaskan agar belati tersebut dilapisi dengan baja.
Hyuuga Neji yang tidak jauh dari sana memperhatikan gerik sang Putri. Ia tidak dapat mendengar percakapan mereka, tetapi menyadari bahwa gadis-gadis yang diajak berbicara oleh Sakura adalah rakyat desa yang sempat mereka selamatkan.
.
.
.
***
Sakura terus memikirkan apa yang harus ia lakukan agar bisa menghabisi Sasuke, sebab hanya itulah cara untuk bisa bebas, juga supaya Gaara menemukan kerajaan ini. Ia tidak menyangka bahwa Kerajaan Hyuuga telah disembunyikan dari sosok lelaki yang dicintainya, jadi kemungkinan memang kemunculan Sasuke di desa dahulu sudah direncanakan.
Apakah Sasuke dan Gaara pernah memiliki hubungan satu sama lain?
Ditambah lagi mimpi yang beberapa kali menghampirinya, tentang Gaara, Itachi dan dirinya. Sakura berdiri di hadapan cermin, menatap pantulan tubuh.
"Gaara dan Kakanda Itachi memang benar memiliki hubungan, ya? Kalau begitu, apa yang menyebabkan Gaara tinggal di desa bersamaku? Dan kenapa Gaara memiliki orang tua di sana?"
Hal ini masih menjadi misteri baginya, hubungan antara yang ia alami dan juga mimpinya itu, kemudian fakta antara Gaara dan Itachi. Juga ia harus mencaritahu penyebab Sasuke menghancurkan desa dan menyembunyikan Kerajaan Hyuuga dari Gaara.
Seperti yang Sakura kira, pelayan yang ia temui bersama gadis-gadis desa datang menghadap dan memberikan sesuatu yang ia mau. Sebuah belati berbahan emas dan dicelupkan baja, sehingga kelemahan para Keturunan Dewa sekarang telah tersembunyi dengan baik. Menerimanya, Sakura lantas memberikan beberapa perhiasan permata, gadis itu pun menganggukkan kepala dan menyujudkan diri karena tidak menyangka akan mendapatkan imbalan.
Sakura tersenyum, membuka sarung belati berbahan kayu dengan ukiran naga.
Dengan ini, Gaara akan segera datang untuk menjemputku. Batin sang gadis.
Menggenggam belati tersebut, Sakura akan bersiap-siap sebelum Sasuke kembali dari rapat di istana pusat. Ketika Sasuke datang, ia akan langsung mengacungkan senjata tersebut. Ya, begitulah yang akan ia lakukan.
Baru saja membayangkan sosok tersebut, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Neji sudah berdiri di sana dengan beberapa pelayan yang membawakan ramuan. Lantas pupil mata Sakura membesar, sebab di tangannya sedang menggenggam sebuah belati. Neji mengerutkan alis, kemudian mendekatinya, khawatir karena menemukan senjata tersebut yang coba disembunyikan.
"Putri Sakura, apa yang ada di tanganmu itu. Kumohon jangan begitu, berikan kepadaku. Apa kau khawatir terhadap sesuatu sehingga menyimpan belati?" tanya laki-laki itu sambil mendekat.
Seseorang kembali masuk, sehingga pupil mata Sakura melebar karena melihat Sasuke berada di depan pintu dan terlihat bingung dengan situasi ini.
"Neji, apa yang terjadi? Dia berbuat ulah lagi ketika kau menjaganya?"
"Ah, bukan seperti itu Pangeran."
Sasuke melepaskan jubah hitamnya dan melemparkan ke lantai. Menatap sesuatu yang disembunyikan Sakura, sebuah belati, Sasuke mendengkus meremehkan.
"Dari mana kau mendapatkannya, Sakura? Jika kucari tahu, apa aku harus memenggal kepalanya?"
"Bajingan kau!"
Tangan Sakura gemetar, keringat mengalir di dahi, tetapi ia harus mengambil kesempatan ini, apalagi Sasuke sama sekali tidak curiga.
"Aku akan membunuhmu," bisik Sakura, dengan suara bergetar.
Neji mendekati Sakura, seperti ingin menghalangi, dan mereka sekarang benar-benar berhadapan.
"Putri!" Neji mencoba melerai.
"Lakukanlah. Neji, biarkan dia. Semuanya keluar." Tantang sang Pangeran, mendengkus dengan cemoohan, ia bersidekap.
"Pangeran Sasuke, tetap saja."
Sasuke masih memandangi wajah sang istri, gadis itu kembali berulah dan benar-benar terlalu keras kepala. Ada kekhawatiran yang menyelimuti sebenarnya, sebab beberapa hari lalu keadaan Sakura terlihat memprihatinkan. Sebelah tangan bergerak mengusap anak rambut, mengembuskan napas, dalam batin Sasuke berkata bawah Sakura terlihat baik-baik saja.
Selalu saja berbuat nekat dan terburu-buru. Batin Sasuke.
Mungkin firasat yang dikatakan Naruto memanglah hanya sebatas kekhawatiran, sebab laki-laki itu juga menjelaskan bahwa semua yang dirasakan tidaklah terlalu jelas. Namun, yang menjadi pikiran Sasuke adalah tentang keberadaan Gaara. Apakah benar dia sudah cukup dekat dengan Kerajaan Hyuuga? Jika sampai dia menemukan kerajaan ini, bisa saja Gaara menyebar teror di desa.
"Neji, apa yang kau tunggu. Kubilang keluar." Menatap Neji yang masih bersikeras ingin menenangkan situasi ini, Sasuke malah tidak peduli dan kembali berkata, "Sakura, apakah kau benar-benar memiliki ikatan dengan Gaara?"
"Pangeran Sasuke," ucapan Neji terhenti, ia membatin agar pria itu jangan memprovokasi.
Sasuke dan Neji menyaksikan pupil sang gadis yang tiba-tiba terbelalak.
"Jangan sebut namanya dengan mulut kotormu!"
Sakura melayangkan serangan, tetapi Sasuke langsung menghindarinya dengan melompat mundur. Tentu saja hal ini membuatnya terbelalak, sebab tidak Sakura sangka bahwa lelaki itu akan melakukan tindakan semacam ini.
Seringai kembali terlihat.
"Tidak sabaran seperti biasa? Ayo, kita lihat sekukuh mana usaha yang akan kaulakukan untuk melukai tubuh ini hingga tak bernyawa."
"Pangeran Sasuke, jangan memprovokasi Putri Sakura lagi. Hentikan!"
"Aku akan membunuhmu!" teriak Sakura.
"Tidak, Putri Sakura!"
Tidak bisa, Sasuke terlalu cepat sehingga Sakura tak diberi kesempatan untuk melukainya, bahkan sebuah goresan saja begitu sulit untuk mengenai tubuh sang lelaki. Napas Sakura terengah-engah, ia terdiam sejenak untuk berpikir. Menyadari Sasuke yang tidak terlihat kelelahan karena menghindarinya, lantas membuat gemuruh kemarahan menguasai Sakura.
Kembali terdiam karena sadar bahwa dirinya tengah dikerjai, ia sekarang memindahkan arah belati, mengacungi sebilah senjata tersebut ke lehernya sendiri.
"Aku juga telah teramat muak."
Senyuman tipis yang sejak tadi tersemat pada bibir Sasuke pun menghilang, laki-laki itu sekarang mengerutkan alis dan tercengang.
"Putri Sakura, hentikan. Apa yang ingin kaulakukan?" Neji melangkah cepat berusaha menghentikan Sakura.
"Untuk mengakhiri semua ini. Aku teramat lelah."
Bola mata Sakura berkaca-kaca, saat itu juga pupil perak Neji membesar.
Di benak Sasuke yang menyaksikan, bertanya-tanya apakah benar hal ini yang dimaksud oleh Naruto. Bahwa Sakura akan mencoba mengakhiri hidupnya sendiri? Tidak, jika dengan kutukan yang ada pada diri sang gadis, maka dia akan langsung tewas saat ini juga dan akan berdampak kepada Putra Mahkota Itachi.
"Sakura!" Seru Sasuke.
Gadis itu menyeringai, menatap tajam Sasuke.
"Apa kau takut, Sasuke?"
Pundak Sakura dipegangi oleh kedua telapak Neji, laki-laki itu mencoba menyadarkan sang gadis agar tidak melakukan hal sefatal ini terhadap dirinya sendiri.
"Pangeran, jangan membuatnya melakukan hal seperti ini lagi. Putri Sakura, serahkan belatinya, hanya ada rasa sakit jika benda itu menyentuh kulitmu. Jadi, kumohon jangan seperti ini."
Sakura terlihat menundukkan kepala, kemudian menegakkannya dan menatap Sasuke dan Neji bergantian.
"Kalau begitu, bisakah kau menggantikan aku, Neji. Kau pula pelaku penyerangan itu, kan. Kau membunuh mereka di hadapan mataku, kan." Sakura berbicara dengan tatapan mata kosong. "Apa kau juga mengkhawatirkanku, jadi gantikan aku untuk mati, atau bunuhlah Sasuke untukku."
Belati itu mengacung ke arah Neji, dan seketika Sakura menikamkannya ke jantung sang lelaki.
Terbelalak, Neji mengerutkan alis dan menatap Sakura tajam. Dengan cepat laki-laki itu menggenggam telapak tangan Sakura dan mengeluarkan belati yang berada di dalam jantungnya. Memundurkan langkah, ia melihat sang Putri mendekatinya, mencoba menusuknya kembali.
"Aku akan membunuhmu!"
Sasuke menangkap tubuh Sakura, memeluknya dari belakang meski gadis itu berteriak berulang kali.
Napas Neji terengah, memegangi dada kirinya yang bolong karena perbuatan Sakura. Bagaimana bisa ia merasakan sakit yang amat sangat dari belati tersebut?
Sakura tertawa, menatap Sasuke, kemudian Neji yang tubuhnya dipenuhi keringat dan darah yang mengalir dari dada. Saat gadis itu berusaha melepaskan diri, Sasuke mengeratkan rengkuhannya dan tak akan membiarkan.
Sasuke melihat keadaan Neji yang tidak seperti biasa, hal seperti ini harusnya tak membuat pria itu seperti nyaris mati bukan.
"Neji, kau baik-baik saja?" tanya Sasuke, mengerutkan alis karena melihat keganjilan pada sang lelaki.
Melangkah dengan kakinya yang mulai gemetar, darah sudah keluar dari mulut dan hidung. Hingga akhirnya Neji mendudukkan diri karena kakinya tak sanggup lagi. Terbatuk, ia kembali memuntahkan seteguk darah, apalagi sekarang wajahnya menjadi pucat pasi.
"Dia menggantimu, jadi semua ini salahmu, Sialan." Sakura mengatakan hal itu kepada Sasuke.
"Aku sudah bilang urusanmu adalah denganku, Sakura."
"Si Berengsek itu juga bersamamu membunuh teman-teman di desaku, Bajingan!"
Mereka masih beradu mulut, kemudian beberapa pelayan membukakan pintu dengan paksa, seseorang yang tak disangka Sakura masuk dengan digendong dalam kondisi mengenaskan.
"Hinata!" Teriak Sakura dengan tatapan tidak percaya.
Lantas Sakura langsung terhenyak, bukan karena ketahuan telah menyakiti seorang pangeran dari negeri ini, tetapi karena melihat keadaan Hinata yang seperti baru saja ditikam seseorang di dada kiri.
"Hinata?" bibir Sakura berbisik, melepaskan diri dengan wajah yang pucat, lantas mendekati gadis yang menatapnya dengan nanar. "Apa yang terjadi kepadamu?"
Gadis itu terbatuk darah, wajahnya seputih salju, bola matanya seperti telah kehilangan cahaya. Sementara itu Sasuke melihat keadaan Neji dan mendekatinya, membantu dan berusaha menahan luka pria itu dengan telapak tangannya.
"Sakura... kau menyakiti kakandaku, maka inilah yang terjadi kepadaku." Gadis itu tersenyum miris, berpikir entah dari mana Sakura mengetahui kelemahan para Keturunan Dewa. "Belati yang kaugunakan, terbuat dari emas, ya." Pernyataan itu dikatakan Hinata, ia lantas menyuruh agar pengawal pribadinya mendudukannya.
Sakura menggeleng-gelengkan kepala, menangis sambil meminta maaf atas yang ia perbuat. Sekarang kedua tangan Sakura mengalirkan sihir penyembuh kepada gadis berambut indigo tersebut, tetapi tidak ada yang terjadi. Semua kekuatan Sakura sama sekali tidak berpengaruh.
"Percuma, sebab Kakanda Neji yang telah ditikam, Sakura. kau... harus menyembuhkan kakandaku, barulah secara otomatis luka ini sembuh." Gadis itu berbicara terbata-bata, menyaksikan Neji yang sudah tidak berdaya dan hanya bisa ditumpu oleh Sasuke.
"Tidak! Dia harus mati, Hinata. Setelah itu aku akan membunuh Sasuke pula! Hanya kau yang akan aku selamatkan." Gadis itu tetap keras kepala, terus berusaha menyembuhkan Hinata yang sekarang menggigit bibirnya sendiri.
Sebelah telapak tangan nan pucat yang berhiaskan darah kini bergerak, menampar wajah Sakura dengan tak bertenaga. Mereka saling menatap dengan mata yang menyimpulkan sorot kesedihan, ketakutan, dan segala gemelut hati.
"Kenapa kau mencoba membunuh kakakku dan suamimu, Sakura?"
"Dia bukan suamiku, aku tidak pernah menganggapnya demikian."
"Tapi, kau dan dirinya telah menikah, baik sekarang maupun sejak kau berusia dua belas tahun!" Hinata menjerit, baru kali ini Sakura menyaksikan sang Putri Mahkota benar-benar telah tersulut emosi. "Kalung yang kau pakai adalah bukti dari pernikahanmu."
Sakura terdiam karena mengetahui fakta tentang dirinya dari Hinata.
Saat itu juga, bola mata Sakura yang emerald bercahaya, ia mengingat sepenggal mimpi yang sering datang dan sekarang menjadi lebih jelas lagi. Bersama Itachi lima tahun lalu, gadis kecil itu menceritakan siapa sosok yang akan bertunangan dan menikahinya nanti. Dan laki-laki itu adalah Uchiha Sasuke.
Sakura mendadak merasa menggigil, ia melingkarkan tangannya untuk memeluk tubuh sendiri ketika merasa dingin menyelimuti diri.
Apa yang terjadi? Suasana tiba-tiba hening seperti ini. Sementara Hinata terperangah karena melihat sesuatu yang akhirnya terjadi kepada Sakura, dan itu semua karena kesalahan yang telah dilakukannya.
.
.
.
***
Istana Cakrawala tempat Putra Mahkota Itachi beristirahat terlihat begitu kacau, pasalnya laki-laki yang masih tidak sadarkan diri itu semakin mengkhawatirkan saja. Sang Ratu menangis pilu, ketika mendapati si sulung yang semula berambut kelam menjadi seputih salju. Mikoto menjeritkan nama Itachi, terlampau panik karena merasakan suhu tubuh anaknya mendingin bak beku.
Raja Fugaku membelalakkan mata yang sewarna bara api, menatap kenyataan ini. Di dalam benak tengah berbicara, pasti telah terjadi sesuatu dengan Sakura, sebab ketika Sakura mendapatkan kutukan, Itachi lah yang datang menyelamatkan dengan cara mengorbankan diri. Alhasil, kedua orang itu terkena imbas, hanya saja yang dialami oleh anak Fugaku jauh lebih parah daripada Sakura.
Jika sudah nyaris seperti membeku begini, kemungkinan ada yang memberi tahu jati diri Sakura, hingga ingatan gadis itu bangkit. Fugaku memijat pangkal hidung, tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, sebab Hyuuga tidak mungkin sembarangan membeberkan hal ini.
"Tenanglah, Ratuku."
"Tidak mungkin, Raja. Putra Mahkota sudah berfisik demikian, kita harus meminta bantuan Maharaja Sasori atau carilah Gaara. Kumohon, Rajaku."
.
.
.
.
.
Bersambung
Akhirnya kutukan Sakura bangkit.
Jangan lupa berikan vote, kritik dan saran, komentar dll.
Salam sayang dari istri Itachi,
zhaErza
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top