12. Sepenggal Mimpi

A Frozen Flower

Story by zhaErza

Naruto by Masashi Kishimoto

INFO:
Status Kekuasaan:
Maharani Kaguya > Maharaja Sasori = Maharaja Indra (pemimpin dari tiga kerajaan Dewa) > Kerajaan Uchiha > Kerajaan Hyuuga = Kerajaan Uzumaki = Kerajaan Sabaku

.

.

.

Sepenggal Mimpi

Pagi ini Naruto langsung menarik kuda kesayangan dengan mengikutsertakan barisan pengawal berkuda atas saran penasihat, ia sedang teramat cemas karena mendapat kabar bahwa Putra Mahkota dari Kerajaan Uchiha kembali tidak sadarkan diri. Padahal, Naruto mengira bahwa penyakit Itachi perlahan bisa ditangani, pasalnya ketika peresmian pernikahan antara Sasuke dan Sakura, laki-laki itu masih bisa mengobrol dan berjalan-jalan mengelilingi istana.

Hela napas kembali diembuskan, decakan terdengar. Naruto bertanya-tanya di benaknya, apa yang tengah dilakukan Gaara sekarang? Apakah lelaki itu benar-benar telah mati dengan meninggalkan kutukan tersebut kepada Itachi? Meski Gaara mati, kutukan semacam itu pasti tidak akan mudah untuk dibebaskan, bukan?

"Aku akan mematahkan tangan dan kakinya, jika dia berani menunjukkan wajahnya di hadapanku." Sorot mata Naruto benar-benar marah, walau begitu untuk sekarang Naruto harus lebih memikirkan keadaan Itachi.

Butuh waktu yang tidak terlalu lama menempuh perjalanan antara kerajaan dengan menggunakan kuda, setelah bermalam beberapa kali di dalam hutan maupun penginapan di desa-desa yang mereka temui, akhirnya ia melihat pintu masuk istana. Wilayah inti dari Kerajaan Uchiha.

Menuruni kuda dan memberikan tali kekang kepada pengawal, kehadiran Naruto disambut oleh Raja Fugaku.

"Di mana Ratu Mikoto, Raja?" tanya Naruto mencari-cari.

"Dia ada di istana Putra Mahkota Itachi, masuklah Putra Mahkota Naruto. Dan terima kasih atas perhatianmu ini."

Menggelengkan kepala, Naruto sekarang tersenyum.

"Putra Mahkota Itachi sudah seperti kakandaku sendiri, Yang Mulia."

Mereka lantas menuju ruangan pribadi tersebut, membuka pintu di balik tirai yang berfungsi sebagai pembatas, Naruto dan Raja Fugaku melihat Itachi yang terbaring di ranjang dengan Ratu Mikoto yang duduk di sisinya.

Terdiam sejenak, kemudian Naruto mendekatkan diri.

"Yang Mulia," ucap Naruto, suaranya lirih karena menatap wajah pucat Itachi.

"P-putra Mahkota Naruto, kau telah tiba." Langsung saja Ratu Mikoto berdiri, memeluk lelaki yang sudah dianggapnya sebagai putranya sendiri.

Wanita berumur yang masih terlihat muda itu menangis di pelukan Naruto, mengetahui hal itu lantas membuat Putra Mahkota Uzumaki merasakan sesak di dada. Ia pun menghibur sang Ratu dengan mengatakan kalimat-kalimat penyemangat, juga memberikan elusan di punggung yang ringkih itu.

"Tubuh Putra Mahkota Itachi dingin sekali," ucap Ratu Mikoto pasrah, air matanya mengalir lagi.

Mengetahui fakta tersebut, lantas Naruto dan Fugaku mendekat, menyentuh tangan dan dahi lelaki yang seperti tengah tertidur.

Mereka semua terdiam, tidak tahu harus melakukan apa.

"Rajaku! Kumohon, carilah Pangeran Gaara, Rajaku." Tiba-tiba saja Mikoto mendekati suaminya, memeluk kaki Fugaku untuk memohon. Namun, tidak ada sepatah kata pun yang diucapkan lelaki yang menjabat sebagai peminpin negeri ini.

"Kumohon, Rajaku, carilah Pangeran Gaara demi Putra Mahkota Itachi. Jika engkau memang membenci Gaara yang telah kita anggap sebagai putra karena perbuatannya, kumohon pandangalah Itachi." Kepala Mikoto menunduk, punggungnya bergetar, ia menggigit bibir karena tidak mendengar juga jawaban atas permohonan yang diucapkannya.

Menghel napas, Fugaku menunduk dan berjongkok, memegangi kedua bahu istrinya. Mengangkat wajah Mikoto dan menghapus air mata yang begitu banyak terkuras.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan, Ratuku. Kekeraskepalaan Gaara, tidak akan luluh jika melihat Putra Mahkota demikian. Satu-satunya yang bisa menyadarkannya, mungkin hanyalah Putri Sakura."

"Raja dan Ratu, izinkan aku untuk mencari keberadaan Pangeran Gaara." Kali ini, Naruto bersimpuh, dengan sebelah lutut menyentuh lantai dan kepala yang menunduk.

"Tidak, Putra Mahkota Naruto. Kami telah kehilangan anak-anak kami, tidak aku izinkan hal yang sama terjadi kepadamu."

Kepala Naruto langsung terangkat, menatap pasangan suami-istri yang sekarang berdiri saling menguatkan.

"Kau untuk saat ini, bukanlah tandingan Gaara."

Menganggukkan kepala mengerti, Naruto membangkitkan tubuh.

"Kalau begitu, izinkan aku memberitahu keadaan Putra Mahkota kepada Sasuke dan Sakura."

Kedua suami-istri itu terdiam.

"Putra Mahkota Naruto, untuk kali ini kami tidak bisa mengindahkan, sebab Itachi tidak menginginkan Pangeran Sasuke dan Putri Sakura merasa sedih karena keadaannya. Terutama Putri Sakura."
.
.
.

***

Rambut merah muda sang Putri yang panjangnya sekarang hanya sebahu, tengah disisir oleh pelayan yang mengabdikan diri untuk Kerajaan Hyuuga. Dialah Matsuri, gadis itu terlihat bahagia ketika merawat nyonya yang begitu disayanginya, lantunan nyanyian dan pujian pun tak henti dituturkan.

Berbanding terbalik dengan kondisi Matsuri, Sakura sedang larut di dalam dunia khayal. Mengenang kembali mimpi yang dialami seminggu lalu, Sakura semakin tak mengerti.

Saat itu, ia sadar bahwa yang berada di dalam mimpinya adalah Itachi, tiga orang lainnya sama sekali tidak ia kenali, begitu juga dengan tempat yang mereka pijak. Penggalan itu seperti memberinya informasi, dan di sana yang tidak ia sangka, Itachi juga menyebutkan nama Gaara.

Ah, apakah benar Gaara adalah dari keluarga Kerajaan Sabaku karena dengan jelas di dalam mimpi Kakanda Itachi pun memanggilnya pangeran? Apalagi wajah Raja yang diperkenalkan sebagai pemimpin Kerajaan Sabaku, mirip sekali dengan Gaara.

Batin Sakura bergemuruh ketika pikirannya mengasumsikan hal demikian.

"Lalu, siapakah gadis kecil itu? Apakah aku?" tanya Sakura berbisik, dan disahuti oleh Matsuri yang mengira dirinya tengah menanyakan sesuatu kepada sang gadis.

"Ya, Putri? Apa yang ingn ditanyakan?"

Sakura kemudian membalikkan duduknya, menghadap Matsuri yang masih menatap penasaran.

"Matsuri, pernahkan kau bermimpi?"

Anggukan terlihat.

"Ya, Putri. Hamba rasa semua orang pernah mengalaminya."

"Yang kumaskud adalah mimpi yang menunjukkan sesuatu seperti informasi atau mungkin penggalan masa lalu yang tidak kau ketahui."

Apa benar semua itu adalah penggalan masa lalunya? Sakura membatin, ia pun menatap Matsuri dan mendapati gadis itu terdiam dengan mimik kosong. Ah, tiba-tiba Sakura baru menyadari bahwa pelayannya ini memiliki masa lalu yang benar-benar mengerikan.

Cepat-cepat Sakura menghentikan, mengatakan kepada gadis belia itu untuk tidak perlu menjawab.

Membalikkan tubuh, Sakura pun menyuruh agar Matsuri kembali menata rambutnya saja daripada memikirkan pertanyaan tersebut.

"Matsuri, apakah kau tahu nama-nama aliansi kerajaan yang datang ketika peresmian pernikahanku? Kerajaan Uzumaki, Sabaku dan juga?"

Kali ini Sakura menolehkan kepalanya, menatap Matsuri yang berhenti kembali untuk menata rambut.

"Ya, hamba tahu, Putri. Aliansi dari Kerajaan Hyuuga adalah Kerajaan Uzumaki, Kerajaan Uchiha dan juga Kerajaan Sabaku."

"Ah, be... gitu." Kedua pupil mata Sakura membesar, bibinya membisikkan kalimat tersebut dan ia pun membalikkan wajahnnya menghadap ke depan. "Kakanda Itachi adalah kakak tertua dari Pangeran Sasuke, kah."

"Iya, beliau adalah kakak dari Pangeran Sasuke, Putri."

"Kalau begitu Raja dari Sabaku itu, siapa saja anak-anaknya?"

"Setahu hamba ada tiga orang anak, Putri. Putri Mahkota Temari, Pangeran Kankuro dan Pangeran Gaara."

Apa yang sebenarnya terjadi? Gaara bilang bahwa aku dan dirnya lahir di desa, bahkan Gaara memiliki orang tua di sana. Apakah mungkin Gaara anak seorang Raja? Atau hanya namanya saja yang sama. Namun, kemiripan wajah antara Gaara dan Raja terlalu ketara.

Memikirkan hal ini, mendadak kepala Sakura menjadi pusing.

"Apakah Putri baik-baik saja?" tanya Matsuri, mendengar desisan lirih dari Sakura.

Menggelengkan kepala, Sakura pun mengembuskan napas secara perlahan.

"Eng, sepertinya aku hanya kurang istirahat, Matsuri."

Gadis belia yang sedang mengandung itu menatap Sakura dengan intens, dan ia kemudian berkata bahwa sebaiknya beristirahat untuk meningkatkan stamina tubuh.

Berjalan menuju ruangan pribadinya yang dibagi dengan Sasuke, belum sempat mencapai pintu, dari arah istana pusat, laki-laki itu datang dengan zirah perang penuh darah dan pedang di sisi pinggang. Melihatnya saja sudah membuat Sakura merasa semakin buruk, pusing di kepala semakin berdenyut, hingga ia merasa lemas dan lansung tak sadarkan diri.

Sasuke saat itu terkejut, mendapati Sakura tiba-tiba pingsan setelah menatapnya, ia lantas mendekat dan menanyakan apa yang terjadi.

"Ampuni hamba, Pangeran. Namun, Putri Sakura tadi sempat merasa pusing ketika hamba menata rambut beliau. Itu sebabnya hamba menyarankan agar Putri sebaiknya beristirahat."

Matsuri masih menundukkan kepala karena merasa bersalah, setelah itu ia mendengar suara Sasuke agar sebaiknya ia kembali ke tempat para dayang.

"Biar aku yang mengurus Putri Sakura, kau kembali saja."

Menggendong sang istri ke kamar dan menidurkannya ke ranjang, Sasuke lalu memanggil beberapa pelayan wanita untuk mengganti sutra Sakura yang terkena darah dari zirahnya. Walau darah tersebut sudah mengering, ia yakin amis dari benda merah ini pasti akan tertingal di pakaian sang istri.

Sasuke lantas membersihkan diri, setelah berpakaian, ia keluar dari kamar mandi di ruangan mereka dan duduk di sisi ranjang.

Memandangi Sakura yang masih belum sadarkan diri.

"Apa yang dikatakan tabib istana?"

Sang pelayan duduk dan menyujudkan diri.

"Ampun, Pangeran Sasuke. Tabib bilang tidak ada hal serius yang terjadi, Putri Sakura hanya kelelahan dan belum terbiasa dengan lingkungan istana."

"Baiklah, kalau begitu keluarlah dan bawakan aku makanan."

Mengerutkan alis, Sasuke berpikir pasti ada sesuatu yang tengah direncanakan istrinya atau mungkin Sakura memang tertekan berada di istana, hingga menjadi seperti ini? Menghela napas, Sasuke lantas menggerakkan tangan dan menyentuh punggung tangan sang istri, merasakan kehangatan di sana dan bersyukur karena Sakura tidak terserang demam.

Berkonsentrasi, Sasuke mengangkat sebelah tangannya, kemudian dari telapak tersebut keluar cahaya putih dan membentuk bola kristal. Dari sana, ia pun mencari tahu bagaimana kondisi Putra Mahkota dari Kerajaan Uchiha. Menggeletukkan gigi, ia tidak mendapati apa pun. Apa yang terjadi? Apakah Itachi sengaja membatasi penglihatan Sasuke di dalam bola cahaya ini?

Sebelah tangannya menghempaskan bola cahaya tersebut, hingga hilanglah sinar putih tadi, ia lalu memijat pangkal hidung dan mengembuskan napas.

"Apakah tak sadarkan dirinya Sakura karena terjadi sesuatu kepada Putra Mahkota Itachi?" tanya Sasuke dengan suara lirih.
.
.
.

***

Sakura saat ini tengah berada di tempat yang tidak ia kenal. Menatap kedua tangannya yang seperti terbentuk dari cahaya, ia pun kebingungan.

"Ah, apakah ini adalah mimpi seperti saat itu?" bertanya-tanya, Sakura perlahan menyadari bahwa tempat asing tersebut adalah tempat yang sama seperti di dalam mimpi.

Dari arah kejauhan, datanglah seorang gadis kecil yang berlari, meneriaki sesuatu.

"Kakanda Itachiiiiii! Aku akan bertunangan!" langsung saja gadis kecil itu melompat ke pelukan Itachi. Mereka berdua tertawa gembira.

"Benarkah?"

Si gadis kecil lalu mengangguk dan menjelaskan dengan antusias walau ia tak tahu akan bertunangan dengan siapa, tetapi dirinya tetap senang. Sakura yang menyaksikan pun mengerutkan alis, sebab ia bingung kenapa memimpikan hal yang sama.

"Ah, di mana adikmu dan si Hantu Malam itu?"

"Sepertinya Pangeran Sasuke dan Pangeran Gaara sedang berlatih, mereka memang terlalu giat."

"Aku harus bertemu dengan Pangeran Sasuke dan Pangeran Gaara, mereka pasti akan senang mendengar ceritaku ini."

Kepala gadis kecil itu dibelai oleh Itachi, sang lelaki terlihat tersenyum dengan raut yang sedih.

Ada apa sebenarnya?

"Ya, aku berharap demikian juga, Sakura."

Pupil mata Sakura langsung membeliak, menahan napas karena mendengar Itachi menyerukan namannya, gadis kecil itu benar-benar Sakura. Tiba-tiba saja tubuhnya hancur berkeping-keping, semua yang ia lihat menjadi gelap gulita.

Sakit, seketika kepalanya sakit sekali. Rasanya Sakura ingin meremas bagian kepala, tetapi seluruh tubuh sama sekali tidak bisa ia gerakkan.

"Hah? Kakanda!" berteriak, gadis itu merasakan cahaya mentari senja menusuk mata. Silau dengan sinarnya, Sakura pun menghalau menggunakan punggung tangan. Ketika pandangan telah menyesuaikan pencahayaan, ia pun menatap ke sekeliling dan melihat Sasuke jatuh tertidur di kursi beralas beludru dengan buku terbuka yang berada di atas dada.

Kedua telapak mereka saling menggenggam, dan kali ini Sakura kembali membeliakkan bola matanya. Langsung saja Sakura mencoba melepaskan tangan dari genggaman tersebut, walau dengan bersusah payah, tetapi hal itu ternyata tidak membuahkan hasil. Telapak mereka masih menyatu, hingga membuat Sakura begitu kesal.

Tanpa sepengetahuan Sakura, Sasuke menatap istrinya sedari tadi, ia memang telah terbangun semenjak mendengarkan teriakan gadis itu, tetapi memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu.

Ketika Sakura kembali menatap wajah Sasuke, barulah ia sadar sedang dipermainkan sang lelaki, nyaris saja Sakura memukul wajah Pangeran Uchiha tersebut, sayangnya ia mahal mendapatkan sebuah ancaman.

"Kau tahu konsekuensinya, Sakura. Ini mungkin saja adalah percobaan pembunuhan?"

Sasuke tersenyum karena mendapati istrinya itu terdiam dan mendesis kesal.

"Dasar Berengsek."

.
.
.

Bersambung

Tuhh kannnn, aneh banget rasanya hubungan Itachi Gaara di sini, ditambah lagi ortu Sasuke juga.

Aslinya sih yang ada di posisi Gaara itu Sasuke, jadi semuanya pas, makanya Mikoto tuh sesedih itu. 😭😭😭

Tapi yaudahlah anggap aja Gaara anak angkat dan jadi kesayangan juga. 🤣🤣🤣

Salam sayang dari istri Itachi,
zhaErza

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top