11. Kisah yang Tak Sempurna
A Frozen Flower
Story by zhaErza
Naruto by Masashi Kishimoto
INFO:
Status Kekuasaan:
Maharani Kaguya > Maharaja Sasori = Maharaja Indra (pemimpin dari tiga kerajaan Dewa) > Kerajaan Uchiha > Kerajaan Hyuuga = Kerajaan Uzumaki = Kerajaan Sabaku
.
.
.
Mendudukkan diri, Sasuke baru saja terbangun dari tidurnya selama beberapa hari untuk memulihkan luka-luka yang disebabkan oleh sang istri. Hal ini selalu ia lakukan, jika anggota tubuh mendapatkan cedera cenderung parah.
Menghirup napas dalam, Sasuke memanggil dayang untuk menyiapkan pemandian untuknya, di sana Sasuke berencana untuk merileksasikan diri sejenak. Jika dipikir-pikir, sekarang pasti para tamu aliansi telah kembali ke kerajaan masing-masing, ia tidak sempat untuk bertemu sapa dengan Putra Mahkota Itachi sekali lagi, sungguh disayangkan.
Membuka perban yang dari beberapa waktu membalut leher dan dada, ia menggosok bekas di mana Sakura menghujamkan belati ke dada.
Di dalam kolam air hangat, Sasuke kemudian mengangkat sebelah tangan dan tiba-tiba saja bola cahaya terbetuk. Dari dalam sana, terlihat sosok Sakura yang sedang berada di istana Dara bersama dengan Hinata, sedang membicarakan sesuatu.
"Kisah sekutum bunga yang membeku?"
Sasuke mengerutkan alis, bertanya-tanya dari mana Sakura mengetahui kisah tersebut. Ah, tentu saja. Sebelum ini istrinya bertemu sapa dengan Putra Mahkota Itachi, pasti saat itulah Itachi mengisahkan kepada sang istri.
Angin berembus dan menggoyangkan rambut berbeda warna dari dua orang perempuan, sambil menikmati teh dan kudapan pendamping, Hinata terlihat tersenyum menanggapi pertanyaan Sakura.
"Bagaimana kau mengetahui hal ini, Sakura?"
"Ah, beberapa hari lalu, ketika hari pernikahan, Kakanda Itachi mengisahkannya kepadaku."
"Begitu ternyata." Hinata menganggukkan kepala.
"Iya, hanya saja, kisah ini belum diceritakan sampai selesai. Putra Mahkota Itachi berkata, mungkin...." tiba-tiba Sakura tercekat, mengingat sebenarnya yang disarankan Itachi untuk menceritakan kisah adalah lelaki siala itu, tetapi Sakura tak sudi.
Mengerutkan alis penasaran, Hinata pun menunggu dan memiringkan kepala.
"Ya?"
"Ah, eh, pokoknya aku ingin mendengar kisah lanjutan ini darimu, Hinata."
Menganggukkkan kepala, Hinata pun tersenyum.
"Sebelum itu, sampai di mana Putra Mahkota mengisahkannya kepadamu, Sakura?"
Dan Sakura pun menjelaskannya, bahwa Itachi hanya menceritakan hingga sang bunga dikutuk oleh penyihir yang menyebabkan semesta bersedih.
Setelah mendengar penjelasan singkat Sakura, mereka berdua pun terdiam beberapa saat, hingga Sakura mengangkat sebelah tangannya dan menyentuh bahu Hinata dengan ringan, membuat Putri Mahkota terkaget kecil, dan benarlah apa yang dipikirkan Sakura bahwa gadis itu tengah melamun.
"Apa kau baik-baik saja, Hinata?"
Tentu saja Sakura merasa khawatir, sebab tidak biasanya sang Putri Mahkota berprilaku demikian. Menggelengkan kepala, Hinata pun tersenyum untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
Menghela napas, Hinata mengambil teh dan menyesabnya perlahan. Ia menatap Sakura yang terlihat penasaran dengan kisah ini, kemudian bibirnya pun mengucapkan beberapa kata.
"Kisah itu tidak pernah selesai, Sakura."
Lantas saja alis Sakura mengernyit, mengira bahwa dirinya salah mendengar.
"Ti-tidak selesai?"
Anggukan kepala terlihat, dan sekarang yakinlah Sakura atas apa yang didengarnya tadi.
"Awalnya, aku sendiri tidak yakin dari mana cerita ini tercipta, meski begitu tidak banyak orang yang mengetahuinya, begitu pula dengan penutup cerita, Sakura. Lantas, bagaimana menurutmu tentang kisah yang tidak sempurna ini?"
Berpikir sejenak, sekarang Sakura berandai-andai. Apa yang akan dilakukan semesta agar kutukan sang Bunga menghilang, agar sang Bunga tidak terus berada di dalam kebekuan?
Yang paling membuatnya penasaran, kenapa kisah ini bisa tidak sempurna? Apa yang terjadi? Dan siapakah yang telah membuat kisah ini?
"Apakah mungkin aku boleh membuat penutup cerita tersebut?"
Tiba-tiba setelah sekian lama Sakura terdiam sejenak, dirinya menyeletuk. Bola mata membulat karena merasa bersemangat, ingin menyelesaikan akhir kisah versi dirinya sendiri. "Namun, apakah boleh demikian, Hinata?" tanya Sakura, wajahnya berganti khawatir, memikirkan kelancangan yang akan dia lakukan terhadap kisah tersebut.
Tertawa kecil, Hinata pun menambah teh ke gelas tembikar Sakura.
"Kau ingin menyelesaikannya? Tentu saja, lakukanlah, Sakura." Sekarang wajah Sakura dan Hinata pun saling melempar senyuman.
Dia pasti akan menyukai hal ini. Di dalam batin, Hinata berkata.
.
.
.
***
Memikirkan tentang penutup kisah tersebut, entah kenapa Sakura malah ingin menuangkan apa yang ia pikirkan ke dalam sebuah tulisan. Ia lantas mengambil selembar kertas beserta tinta dan kuas, mulai merancang kisah yang menurutnya sesuai dengan pembuka dan konflik.
Sejak mendengarkan kisah ini dari Itachi, entah kenapa Sakura telah berpikir penghujung kisah ini pasti akan berakhir bahagian. Misalnya, Penyihir bisa dihentikan dan sang Bunga mekar dan akhirnya akan bersama sang Rembulan. Namun, segala hal bisa saja terjadi, bukan? Contohnya sang Penyihir ternyata begitu sulit untuk dikalahkan, buktinya saja semesta tidak bisa mencegah hal ini?
Bait-bait kata ditulisakan satu demi satu, coretan kadang menyertanyai, tetapi ia tidak patah semangat, walau Sakura merasa kelelahan karena belum menemukan penutup kisah yang tepat.
Ternyata membuat suatu kisah benar-benar tidak mudah.
Suara pintu kamar yang terbuka, membuat Sakura mengalihkan pandangan, menatap siapa gerangan yang masuk ke ruangan pribadi Sasuke tanpa pemberitahuan? Apalagi sejak beberapa hari lalu, Sasuke tidak ada di tempat ini?
Bola mata Sakura melebar, menatap sosok lelaki yang sempat dibantah keberadaannya, sekarang malah berdiri di depan mata.
Membuang muka, Sakura memutuskan untuk fokus kepada tulisannya.
Untuk kesekian kalinya Sakura tidak mengacuhkan Sasuke, lelaki itu pun menghela napas karena sepertinya ia mulai terbiasa. Melangkahkan kaki, Sasuke kini mendekati sosok gadis yang baru dipersunting itu. Ingin tahu gerangan apa yang tengah dikerjakan, hingga tidak memedulikan kehadirannya.
Berdiri di belakang Sakura, Sasuke lantas tersenyum ketika mendapatkan pengusiran dari sosok gadis yang sekarang bahkan tidak mau menatapnya.
"Kau terlihat begitu serius sampai mengabaikanku, itu sebabnya aku menjadi penasaran."
"Bukan urusanmu."
Sebenaranya, Sakura tengah teramat kesal karena Sasuke dalam kondisi baik-baik saja setelah ia lukai begitu parah. Ah, tentu saja karena lelaki itu adalah keturunan Dewa, tetapi siapa pun itu, pasti memiliki kelemahan bukan?
Benar-benar dalam suasana hati yang buruk karena kehadiran tiba-tiba sosok Sasuke, Sakura pun menghempaskan kuasnya dan mengeluh, kemudian mengambil kertas di atas meja untuk diremas menjadi sekecil bola, dan ia campakkan dengan sembarang ke belakang punggung hingga mengenai lutut Sasuke.
Memungut kertas tersebut, Sasuke pun merapikan seadanya dan membaca, pupil nan hitam sekarang terlihat membesar.
"Kau... menyempurnakan kisahnya, Sakura?"
"Hanya mencoba, Hinata bilang kisah ini tidaklah sempurna. Kakanda Itachi bilang, kau juga mengetahuinya?"
Melihat Sakura sekarang tengah berbaik hati dan mengacuhkannya, Sasuke pun tersenyum tipis.
"Aku hanya tidak bisa menyelesaikannya," ucapan Sasuke tersebut lantas membuat Sakura terhenyak dengan kedua bola mata yang melebar, kemudian gadis yang sekarang menyandang marga Uchiha dengan secepat kilat membalikkan tubuh.
"Ma-maksudmu, kau yang membuat kisah itu?"
Dalam benak Sakura mengamini semoga dirinya sekarang tengah salah menangkap maksud dari ucapan Sasuke.
"Ya, kurang lebih lima tahun lalu, aku yang membuat kisah ini, Sekutum Bunga Rembulan yang Membeku." Sasuke mendekat dan berjongkok di hadapan Sakura. "Apa kau menyukai kisah ini, Sakura?"
Ternyata itu adalah judul asli dari kisah ini.
Sakura terperangah, kemudian tiba-tiba kemarahan naik ke permukaan. Sakura lantas membuang wajah, lebih memilih untuk menatap kertas dan kuas yang tercecer tinta di atas meja. Menarik napas, ia pun mengatakan sesuatu.
"Hentikan, semuanya tidak akan mengubah persepsiku kepadamu."
Tidak terdengar jawaban berarti dari Sasuke, Sakura memaksakan diri untuk tidak mencari tahu atas apa yang tengah lelaki itu lakukan sekarang. Terdengar hela napas, kemudian suara langkah, kemungkinan Sasuke meninggalkannya.
Ya, begini lebih baik. Bagaimanapun, aku tidak akan memaafkan perlakuan kejinya terhadap Gaara dan desa. Batin Sakura, ia sekarang meremas tengah dada, mengingat wajah suami yang ia cintai dan telah mati.
Tiba-tiba saja, Sakura tersentak karena sebuah buku diletakkan di hadapan wajahnya, ia menolehkan kepala dan melihat Sasuke telah melangkah pergi. Sakura yang penasaran, mengambil buku itu dan menatapnya sejenak. Sebuah judul terpampang, dan itu adalah kisah yang sama yang telah diceritakan Putra Mahkota Itachi.
Setelah bersantap siang—tidak bersama Sasuke, Sakura memutuskan untuk membaca buku cerita yang telah diberikan lelaki itu. Membuka sampul, Sakura mendapati sebuah tulisan tangan yang begtu indah. Bait demi bait kata, hingga dalam waktu tiga jam, ia nyaris menyelesaikan kisah ini, Namun, di halaman selanjutnya, tidak ada lagi yang bisa ia baca.
Terhenyak sebentar, Sakura sekarang merasa terpukau dengan karya tulis tersebut, tidak ia sangka sosok bengis seperti Sasuke, bisa menghasilkan sebuah cerita yang menghanyutkan sampai ia berderai air mata karena sang Bunga kian tak bisa menggapai Rembulan, semua itu disebabkan oleh kutukan, sementara itu Rembulan terus berada di sisinya. Hanya saja, seperti yang dijelaskan Sasuke tadi, kisah ini belum terselesaikan.
Hanya bisa kecewa karena tidak tahu bagaimana akhir dari kisah tersebut, Sakura lantas meletakkan buku di samping meja dan memejamkan mata sambil menaruh wajah di lipatan tangan.
.
.
.
.
***
Sosok gadis berusia nyaris dua belas tahun berlari-lari, tempat yang begitu indah dan di ujung sana terlihat seorang lelaki berambut hitam panjang yang dikucir kendur. Sedang tersenyum kepada si gadis, sambil menjulurkan kedua tangan dengan tubuh agak menunduk.
"Kakandaaaaa! Aku akan bertunangan!" teriakan si gadis kecil begitu nyaring, selanjutnya ia melompat ke pelukan si lelaki dan kemudian diangkat tinggi-tinggi.
"Benarkah?"
Ia menganggukkan kepala dengan antusias.
"Benar! Walau aku tidak terlalu mengerti bertunangan itu bagaimana, aku tetap senang. Ibunda bilang, kita akan menyatukan dua keluarga, tapi aku juga bingung akan bertunangan dengan siapa. Mereka tidak memberitahu dan berkata akan ada waktunya. Aneh sekali." Gadis itu merengut kesal, matanya yang begitu indah—sewarna emerald, kini menatap ke sana dan sini terlihat mencari sesuatu. "Ah, di mana adikmu itu dan si Hantu Malam, Kakanda?"
"Hmm, mungkin mereka sedang berlatih bersama, mereka benar-benar terlalu giat." Pria itu tersenyum tulus. "Tapi kenapa kau menjulukinya Hantu Malam?" tanyanya dengan alis yang naik satu.
Turun dari gendongan sang lelaki, si gadis kecil lantas berkacak pinggang, di belakangnya sang ibunda dan ayahanda menggelengkan kepala. Rambut si gadis merah muda dan indah, bermahkota bunga bermekaran di kepala.
"Matanya terlihat seperti hantu, semua kantung matanya hitam. Dan aku harus memberi tahunya juga, Pangeran Gaara pasti senang mendengarnya."
"Pangeran Gaara, ya...." Itachi berucap dengan gantung.
Saat itu, senyuman sosok yang dipanggil 'kakanda' pun langsung sirna, di gantikan dengan sorot mata yang sulit dideskripsikan. Tangan lantas bergerak dan membelai kepala dengan rambut merah muda yang dimiliki sang gadis kecil, tersenyu untuk menghilangkan raut bertanya-tanya sosok di hadapannya.
"Ya, aku berharap demikian."
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Sasuke diem2 punya hobi nulis kisah cinta eaaakkk.
Terima kasih sudah membaca, silakan beri kenang2an berupa vote, komen, curcol, tanya2, kesan pesan, kritik saran dan lainnya.
Salam sayang dari istri Itachi,
zhaErza
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top