Chapter 9

"Iya Hyojoo. Sebentar lagi aku ke kelas." Yoori menutup panggilan telepon secara sepihak. Dia sudah berada di depan pintu masuk gedung komunikasi. Tadi, saat dia baru saja menginjakkan kaki di kelas, tiba-tiba Hyun-Ki menelepon, menyuruhnya untuk membeli sandwich. Mau tidak mau Yoori menururti keinginan Hyun-Ki karena bos barunya itu mengancam akan memotong gaji. Satu minggu sudah Yoori menjadi budak Hyun-Ki. Hidupnya menjadi neraka yang sempurna. "Kim-ssi."

Hyun-Ki menurunkan ponsel dari pandangan, menatap sekilas ke arah Yoori.

"Ini roti sandwich-mu." Yoori meletakkan barang pesanan Hyun-Ki dengan sedikit menggebrak.

Hyun-Ki merogoh kantong celana dan mengeluarkan uang. "Ambil kembaliannya."

"Gomapseumnida, Kim-ssi." Yoori berbalik sambil meniup poninya. Dia ingin sekali memukul wajah sok itu, tetapi dia cukup waras untuk tidak melakukannya. Meskipun dia harus dibuat keteteran oleh ulah bos baru, tetapi dia tetap melayani Hyun-Ki dengan sepenuh hati karena Yoori membutuhkan gaji yang lumayan besar itu.

Hyun-Ki meletakkan ponsel setelah melihat Yoori pergi. Sebenarnya dia masih kenyang, tetapi keinginan untuk melihat Yoori sengsara di pagi hari terlalu besar, sehingga dia menyuruh Yoori untuk membeli makanan. Satu minggu ini, Hyun-Ki mendapat mainan baru yang menyenangkan; melihat Yoori kalang kabut, merengut dan kesal menjadi kesenangan tersendiri bagi Hyun-Ki. Dia punya mainan baru selain Seonil.

"Hei." Hyun-Ki memanggil seseorang yang berjalan di depannya. "Ini untukmu." Dia menyerahkan makanan yang dibeli Yoori kepada orang lain.

"Gomapseumnida."

Huny-Ki tersenyum tipis dan mulai melangkah menuju kelas.

*******

Yoori bersyukur karena terbebas dari bos angkuh untuk beberapa saat. Dia juga sangat bahagia karena bisa terbebas dari kolam renang mengerikan itu. Hari ini Hyun-Ki ada jadwal latihan berenang, sepanjang hari Yoori memikirkan alasan yang bisa diterima secara akal oleh pria angkuh itu. Ajaibnya, alasan yang diajukan Yoori langsung disetujui oleh Hyun-Ki. Namun sekarang, dia dihadapkan dengan ruang perpustakaan yang penuh, Yoori sedang menggunakan waktu yang ada untuk mengerjakan tugas.

Yoori mengembuskan napas panjang sambil mencari satu tempat kosong yang bisa ia pakai. Matanya menatap hampa pada kursi pojok yang terkena sinar matahari sore, pasti sangat panas kalau berada di sana. Dengan sangat terpaksa, Yoori duduk di tempat itu. Dia harus mengerjakan tugas di kala senggang, lagi pula ini adalah kesempatan brilian. Yoori mengeluarkan seluruh isi tas dan juga notebook pemberian Hyojoo, sahabatnya itu tidak tega melihat penderitaan Yoori. Matanya menyipit saat menoleh untuk menatap matahari sore yang berwarna kuning. Meskipun berada di ruangan pendingin, terkena sinar matahari tetaplah terasa panas.

Dari kejauhan, Seonil menemukan kehadiran Yoori secara tidak sengaja. Dia melihat satu tangan Yoori menutup bagian wajah agar tidak terkena sinar matahari, dan satu tangan lagi dipakai untuk mengetik. Pasti itu sangat sulit. Dia mengambil buku secara acak di dalam rak, melewati deretan meja panjang hingga dia sampai di sisi kanan Yoori. Seonil menyandarkan pantatnya di siku bingkai jendela, menatap dalam diam Yoori yang sedang sibuk mengerjakan tugas sekaligus menghalagi Yoori dari terpaan sinar matahari.

Kepala Yoori langsung menoleh saat merasakan perubahan yang signifikan. Sebelum kesadarannya kembali sepenuhnya, dia termangu untuk sesaat. Seonil mengurai senyum lebar ketika mata cokelat itu bertemu pandang dengannya, membuat wajah Yoori seperti terbakar; malu.

"Sunbae."

"Kerjakan tugasmu," ucap Seonil dengan lembut.

"Tapi, Sunbae bisa...."

"Sudahlah, jangan cerewet." Seonil mengacak poni Yoori

Yoori seakan melayang di antara awan-awan yang berarak, dia terlena dengan kelembutan pria ini. "Gomawo." Seonil mengangguk dan Yoori kembali dengan kesibukannya.

Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan Yoori, meskipun harus diawali dengan sesuatu yang menyebalkan. Dia mengerjakan tugas dengan penuh semangat sembari mencuri pandang ke arah Seonil. Sedangkan Seonil, menikmati punggungnya yang menghangat diterpa sinar matahari. Namun, sinar itu masih kalah panas dengan suasana hatinya. Seonil merasa hanya ada dirinya dan Yoori di perpustakaan ini. Memandangi Yoori dari dekat membuat ritme jantungnya berdebar keras. Dia semakin yakin kalau dia jatuh cinta dengan perempuan ini.

Mereka berdua tengah kasmaran, sibuk dengan debaran jantung masing-masing.

Jarum jam menunjukkan pukul enam sore, itu menandakan latihan Hyun-Ki akan segera berakhir. Hampir satu setengah jam Yoori berada di perpustakaan, tugasnya selesai setengahnya. Berkali-kali Yoori mencegah Seonil untuk mengantarnya ke kolam renang, tetapi berkali-kali pula Seonil menawarkan diri. Yoori terpaksa menerima permintaan itu. Sebenarnya Yoori tidak mau melihat pertengkaran mereka berdua, dia hanya tidak senang melihat Seonil meletup-letup.

Di sepanjang perjalanan, Yoori terus tertawa lebar ketika mendengar candaan Seonil. Pria itu sangat pandai melucu dan juga menarik perhatian Yoori. Bahkan Yoori lupa kalau pria ini adalah pria yang berbahaya di universitas, seorang pria yang menjadi momok bagi orang-orang miskin seperti dirinya. Belum, dia belum terkena dampak dari kedekatannya dengan Seonil. Sejujurnya, ada ketakutan yang menelisik di diri Seonil ketika berdekatan dengan Yoori. Akan tetapi, dia sudah lelah dengan ancaman ayahnya. Bukankah dia seorang pria dewasa yang sudah tidak zamannya takut di bawah perintah sang ayah?

Ada sepasang mata hitam yang menyalang tajam ke arah Yoori dan Hyun-Ki dari arah pintu masuk kolam renang. Terlihat jelas amarah yang terpancar dari tatapan itu. Kesenangannya tiba-tiba runtuh saat melihat Yoori berduaan dengan anak manja itu. Lucu, ini benar-benar lucu. Kenapa Hyun-Ki harus sekesal ini saat melihat tawa lebar Yoori? Ada sedikit rasa iri yang berkecamuk di dalam diri Hyun-Ki, kenapa perempuan itu tak pernah tertawa lebar di hadapannya? Dada Hyun-Ki kembang kempis melihat semua itu.

"Ya perempuan kampung!" Teriakan Hyun-Ki terdengar lantang dari arah pintu masuk.

Yoori menghela napas kasar. Kenapa sore yang indah ini berlangsung sangat singkat? Monster itu benar-benar pengganggu! Tidak bisakah dia berlama-lama sebentar di dalam sana?

"Aku ke sana dulu," pamit Yoori dengan melambaikan tangan.

Seonil tak menanggapi ucapan Yoori karena dia melihat Hyun-Ki sudah berada di dekat mereka.

"Omo." Yoori terkejut melihat Hyun-Ki sudah berada di belakangnya. "Ayo kita pergi." Yoori menarik ujung baju Hyun-Ki. Dia tidak mau melihat pertengkaran mereka.

Seperti praduga Yoori, mereka saling menatap tajam antara satu dengan yang lain. Sepertinya pertengkaran akan dimulai.

"Kim-ssi, kita pergi sekarang." Yoori menarik lebih kencang ujung baju Hyun-Ki.

Hyun-Ki menarik tangan Yoori dari ujung bajunya, dia maju selangkah dengan sebuah seringaian. Perlahan, dia mencondongkan wajah untuk mendekatkan mulutnya ke telinga Seonil. "Mainan baru," bisiknya.

Pupil mata Seonil melebar dan wajahnya menegang. "Kau!"

Hyun-Ki tertawa lebar sembari melangkah pergi dengan menyeret tudung jaket Yoori, pria itu memperlakukan Yoori seperti binatang piaraan. Seonil tak tahan melihat Yoori diperlakukan seperti itu. Dia harus melakukan satu cara untuk melindungi Yoori; orang yang ia sukai.

Tangan Yoori memukul-mukul lengan Hun-Ki. "Lepaskan, kenapa kau selalu menarik-narikku seperti ini?!"

Tarikan Hyun-Ki lebih erat saat tiba di depan mobilnya, menyeret Yoori dan memaksa masuk tubuh mungil itu ke dalam mobil. Dia membuka pintu kemudi lalu melemparkan pantatnya. "Jadi kau janjian dengan pria manja itu, hah?!"

Yoori berjengit ke kursi pojok belakang Hyun-Ki untuk menghindari tatapan menakutkan itu. "Aku hanya kebetulan bertemu dengan dia."

Hyun-Ki mendengus. "Lain kali aku tidak akan mengizinkanmu untuk lepas dari pandanganku!"

"Memangnya kau siapa? Kau kekasihku, hah?" Yoori menggeser pantatnya, dia tidak suka dikekang dengan orang yang sama sekali tidak punya hak atas dirinya.

"Aku atasanmu!"

"Meski kau atasanku, kau tidak berhak melarangku dekat dengan Park Seonil. Kalaupun aku berpacaran dengannya, itu bukan urusanmu!"

Rahang Hun-Ki terlihat menonjol, dia memutar tubuh menghadap depan, menyalakan mobil, memindah gigi lalu melajukan mobilnya dengan sekali sentakan. Tubuh Yoori langsung terlempar ke sisi kanan mobil, kepalanya membentur kaca jendela yang tertutup hingga berbunyi dengan keras.

"Ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top