Chapter 19

Im Yumna berlari menuruni tangga dengan tangis yang menderai, Kim Seongun berlari mengejar istrinya yang coba menghindari hukumannya. Api di dalam diri Seongun membara ketika mengetahui istrinya hamil. Bagaimana istrinya hamil sedangkan dia jarang berada di rumah? lagi pula istrinya akhir-akhir ini sering pergi ke luar sendirian tanpa membawa Seonil. Meskipun dia tidak ada di rumah, belum tentu dia tidak mengetahui gerak-gerik istrinya yang mencurigakan.

Seongun berhasil menarik rambut Yumna hingga langkah wanita itu terhenti. "Katakan siapa Ayah anak itu!"

Yumna berteriak memohon untuk dilepaskan, tangannya memukul-mukul pergelangan Seongun. "Ini anakmu, Sayang." Bahkan di sela-sela sakit hatinya, wanita itu masih sudi menyebut suaminya dengan sebutan lembut seperti itu. Bagaiman pun juga, Yumna tidak mau bersikap kasar dengan suaminya.

Seongun menghempaskan tubuh Yumna hingga membentur meja bundar di ruang tengah, perabotan yang ada di atas meja itu hancur berantakan di atas lantai. Yumna berpegangan erat di meja itu. "Aku tidak percaya! Katakan padaku sejujurnya!"

"Demi Tuhan, ini anakmu! Aku tidak pernah berhubungan dengan pria lain."

"Lalu siapa pria yang bertemu denganmu di kafe itu."

"Itu ... itu adalah kontraktor yang akan membagun toko kue berasku!"

Tangan Seongun mengepal, dia mulai melangkah untuk memukul istrinya lagi, tetapi Yumna dengan sigap menendang Seongun hingga jatuh terduduk. Dia terpaksa berbuat seperti itu demi melindungi janin yang baru berkembang di dalam rahimnya.

"Maafkan aku ... maafkan aku. Aku tidak mau kau menyakiti bayi kita." Yumna langsung berlari ke luar, melarikan diri dari tindakan suaminya demi melindungi bayi ini.

"IM YUMNA!"

Mata tua Tuan Park mengerjap berkali-kali saat mengingat peristiwa malam itu. Dia masih merasakan penyesalan yang mendalam atas apa yang ia lakukan kepada istrinya. Bagaimana kabar wanita itu saat ini? dia begitu merindukannya. Kehilangan Yumna di dalam hidupnya hanya membuat dirinya seperti seorang manusia yang lebih mirip dengan binatang buas. Memusuhi dan membunuh orang yang membuatnya tidak bisa meminta maaf kepada istrinya. Rasa penyesalan itu semakin memuncak saat melihat wajah anak itu di gudang tua, saat anak itu dipaksa masuk oleh pria yang tak ia kenal. Wajah itu sangat mirip sekali dengan Seonil. Kenapa? Kenapa dia lebih mengutamakan pemikiran buruk di dalam dirinya?

Sebuah ketukan penuh semangat terdengar dari luar ruangan, kemudian muncul Nara dari balik pintu ruang kerjanya di Universitas Yonsei. Dia adalah pimpinan utama di universitas ini, kedudukan yang ia miliki mempermudah dirinya untuk mengawasi gerak-gerik Seonil.

"Tuan Park. Saya membawanya."

Seongun mengangguk, lalu muncul Yoori yang ditarik oleh dua wanita teman Nara. Seongun membatu, dia terkesiap saat melihat wajah Yoori dengan jelas dan dekat. "Kalian boleh keluar."

Nara berbalik, menatap sinis ke arah Yoori kemudian melenggang keluar dengan menyenggol bahu Yoori.

"Kau yang bernama Han Yoori?"

"Iya Tuan Park."

"Kau baik-baik saja?"

Yoori termangu saat pertanyaan itu terlontar. Hyojoo berkali-kali bilang padanya bahwa ayah Seonil adalah seorang pria yang kejam, tega menyingkirkan siapa pun demi kebahagiaan Seonil. Akan tetapi, orang yang dimaksud Hyojoo ini tidak seperti yang dikatakan sahabatnya itu. Yoori mendengar nada khawatir dari orang ini.

"Duduklah di sini." Pria itu bangkit dan menepuk sofa yang berada di sisinya. Dengan ragu, Yoori berjalan menuju sofa. Tuan Park hanya terdiam memperhatikan Yoori yang sudah duduk di sampingnya menatap lamat-lamat wajah yang mempunyai tulang pipi menonjol dan sebuah lesung pipi yang indah jika bibir itu bergerak. Yumna telah merawat anak ini dengan baik, bahkan anak ini adalah mahasiswa terpintar di kampus sesudah Hyun-Ki. Begitu bodoh dirinya yang telah menyakiti istrinya, sehingga dia tidak bisa turut andil dalam membiayai hidup anak ini.

"Untuk apa Tuan memanggil saya ke sini?" Yoori membuka mulut karena sedari tadi orang yang ada di depannya hanya memandangnya saja.

Baru saja Tuan Park akan membuka mulut, pintu ruangannya dibuka paksa hingga membuat mereka menoleh. Seonil merangsek masuk dan langsung menarik tangan Yoori.

"Seonil!"

"Untuk apa Ayah memanggilnya ke sini? Untuk membunuhnya seperti tempo hari di gudang tua itu!"

Sendi lutut Yoori melemas mendengar perkataan Seonil. Dia hampir terjatuh setelah mengetahui kebenarannya. Orang ini yang mencoba mencelakainya? Benarkah?

"Diam!"

"Aku tidak akan tinggal diam kali ini. Aku tahu siapa orang-orang itu. Jangan pernah menyakiti Yoori!"

Seonil menarik Yoori hingga keluar dari rungan terkutuk itu. Tubuh Tuan Park langsung jatuh terduduk, tangan dan kakinya bergetar hebat. Iya, dia yang merencanakan semuanya, menyuruh orang untuk mencelakai Yoori, menyuruh orang untuk melukai anaknya sendiri. Tuan Park tergugu setelah menyadari bahwa dia adalah orang terkejam di dunia ini, bahkan harimau pun tidak akan pernah menyakiti anaknya.

Dia Ayah macam apa?

********

"Yoori kau baik-baik saja?" Hyojoo langsung memeluk Yoori yang baru keluar bersama Seonil.

"Kau diancam seperti apa?" Changheui juga ikut penasaran karena melihat wajah Yoori yang masih pias.

Hyojoo dan Changheui memergoki Nara dan teman-temannya membawa Yumna ke ruangan Tuan Park, tetapi mereka terlalu takut untuk meyusul Yoori. Dan sebuah ide pun muncul, Hyojoo menghubungi Seonil agar Yoori bisa terbebas dari kandang harimau itu. Mereka tidak mau sesuatu yang buruk terjadi kepada Yoori.

"Tuan Park tidak mengancamku sama sekali."

"Sebaiknya aku antar kau pulang," ujar Seonil.

"Sunbae, apakah itu benar?"

Seonil terdiam sesaat sebelum mengangguk. "Aku sudah menyelidikinya, dia yang melakukannya.

"Si-siapa? Melakukan apa?" tanya Hyojoo yang semakin penasaran.

"Jangan-jangan...." Perkataan terputus dari Changheui dibalas anggukan oleh Seonil.

Seketika tubuh Yoori lemas dan hampir terjatuh kalau saja Hyojoo tidak menangkapnya. "Sebaiknya aku ikut mengantar Yoori."

Hyojoo membantu Yoori berjalan menuju mobil Seonil. Saat ini Seonil masih ingin memuasakn diri untuk berdekatan dengan Yoori selagi Hyun-Ki di rumah sakit. Bagaimana pun juga, dia tidak mau orang yang ia sayangi disakiti oleh ayahnya. Setelh Hyun-Ki sembuh dengan benar dan keluar dari rumah sakit, Seonil akan perlahan menjauh dan menyerahkan seluruh keamanan Yoori kepada Hyun-Ki. Itu juga adalah salah satu caranya untuk melindungi Yoori, menjauh akan lebih membawa ketenangan untuk perempuan yang dicintainya.

Mobil Seonil berhenti di depan halte, menurunkan Hyojoo dan Changheui setelah itu mencari tempat parkir yang aman untuk mobilnya. Seonil berjalan di belakang Yoori dan teman-temannya menuju rumah Yoori. Ini adalah pertama kalinya Seonil melewati jalanan rumah Yoori. Dia tidak tahu kalau Yoori tinggal di gang-gang sempit dan begitu banyak tanjakan, dia kekasih macam apa yang tak mengetahui rumah kekasihnya. Seonil baru menyadari kalau dia bukan orang yang pantas untuk Yoori.

"Kakak!" Yoori tiba-tiba berteriak membuat Seonil dan kedua temannya terkejut. Dia langsung berlari ke arah kakaknya yang menyeret-nyeret ibunya. "Lepaskan Ibu!" Yoori mendorong Yooji dengan sekuat tenaga.

Dari arah belakang, Changheui berlari dan langsung menendang punggung Yooji hingga jatuh tersungkur. Changheui sudah tidak tahan melihat dan mendengar tingkah kakak Yoori yang kurang ajar. Hyojoo membantu Yoori memapah ibunya yang sudah berdarah-darah, sepertinya Yooji telah memukuli wanita ini. Seonil belari untuk membantu Changheui menghajar Yooji, tetapi langkahnya langsung terhenti saat melihat sosok itu. Matanya mengerjap seolah tak percaya dengan pengelihatannya.

"Om-Omma."

Semua yang ada di sana menoleh ke arah Seonil yang masih membeku.

Terdengar tawa dari Yooji. "Jadi dia ibumu juga? Dia hanya wanita pembawa sial dalam hidup ayahku, ayahku yang menolongnya dari lubang kemiskinan. Dan anaknya ... anaknya adalah pembunuh ayahku!" Tepat setelah Yooji bicara panjang lebar, Changheui memukul wajah Yooji dengan telak. Yooji jatuh pingsan mendapat pukulan Changheui.

"Omma." Seonil terseok menghampiri ibunya, sedangkan Nyonya Im hanya diam dengan mata berkaca-kaca dan napas terengah. "Omma ... wae?" Dia mulau terisak. "Kenapa Omma meninggalkanku? Kenapa?!" Nadanya terdengar meninggi ketika dia menginginkan sebuah penjelasan yang selalu menghantuinya. Kalau ibunya ada di Seoul kenapa tidak berusaha mencarinya? Kenapa harus lewat peristiwa ini mereka bertemu?

Nyonya Im hanya bisa menangis dengan menghapus air mata Seonil. "Maafkan aku, Seonil."

Yoori hanya terdiam menyaksikan semua peristiwa di luar nalar ini. Seonil memanggil ibunya dengan sebutan yang sama?

"Wae Omma?" Seonil berteriak histeris, air mata membanjir, meluapkan semua rasa khawatir yang ia pendam selama bertahun-tahun.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top