Chapter 17

Mata Cokelat itu menatap penuh amarah sebuah foto yang menampilkan Hyun-Ki menggendong Yoori seperti karung beras. Seonil yakin kalau Hyun-Ki pasti tidak terima dengan keputusan Yoori. Pria itu benar-benar harus diberi pelajaran, bisa-bisanya pria itu berbuat macam-macam dengan Yoori di saat dirinya tidak ada. Seonil menempelkan ponsel setelah menekan satu nomor.

"Kau di mana?" Ucapnya. Seonil mulai memasuki mobil yang terparkir di bandara. "Aku akan ke sana."

Seonil memacu cepat mobilnya untuk menemui seseorang yang baru ia hubungi. Amarahnya sudah memuncak, dia tidak akan segan-segan memukul orang itu, tidak peduli jika hidupnya harus berakhir di penjara. Selama ini Seonil sudah cukup sabar dan diam menerima perlakuan Hyun-Ki kepadanya. Hyun-Ki menjadi seperti itu sejak ibu Hyun-Ki meninggal dunia, Seonil juga cukup yakin kalau kematian ibu Hyun-Ki disebabkan oleh kekejaman ayahnya. Kepergian ibunya membawa sebuah dendam kesumat di dalam diri ayahnya, sehingga pria tua itu tidak segan-segan membunuh wanita yang menjadi sahabat ibu Hyun-Ki. Maka dari itu, Seonil selalu diam saja atas perlakuan Hyun-Ki terhadapnya, meskipun Seonil juga sakit hati karena gara-gara orangtua Hyun-Ki, ibunya pergi meninggalkannya.

"Ya!" pekik Seonil saat melihat Hyun-Ki sudah berada di taman.

"Wae?" balas Hyun-Ki tanpa takut sedikit pun. Dia tahu apa maksud Seonil menemuinya.

Seonil langsung menarik mantel Hyun-Ki, mendekatkan wajahnya dengan wajah Hyun-Ki. "Kau ... kau apakan Yoori?"

Hyun-Ki mencoba menyingkirkan tangan Seonil dari mantelnya. "Aku tidak berbuat jahat dengannya kali ini."

"Lalu, kenapa kau menggendongnya seperti itu?"

"Aku mengajaknya ke suatu tempat."

"Ke mana?"

"Kau tidak perlu tahu."

Sebuah kepalan mentah mendarat di pipi Hyun-Ki membuat tubuh itu terhuyung ke belakang. Hyun-Ki yang selama ini diam saja mendapat pukulan dari Seonil, membalas dengan tendangan di perut Seonil. Tubuh Seonil jatuh ke atas tanah, menimbulkan kepulan debu di sekelilingnya, Hyun-Ki langsung menduduki Seonil.

"Dengar, sebaiknya kau putuskan hubunganmu dengan Yoori."

Seonil menggulingkan tubuhnya hingga tubuh Hyun-Ki terjatuh ke samping, membalik posisi Hyun-Ki yang semula di atas kini di bawah. "Kau tidak berhak menyuruhku seperti itu, Anak Penculik!" Tangan Seonil hampir mengenai wajah Hyun-Ki kalau saja Hyun-Ki tidak menendang punggung Seonil.

"Aku benci kau menyebut orangtuaku dengan sebutan itu!" Hyun-Ki bangkit dari posisi, melihat Seonil tersungkur. "Seharusnya kau mencari penjelasan kenapa ibumu pergi meninggalkan ayahmu!"

Seketika Seonil bangkit menyeruduk Hyun-Ki hingga terguling ke tanah. "Orangtuamu yang mempengaruhi ibuku!" Hyun-Ki langsung bangkit dan menyajikan pukulan ke wajah Seonil lalu disusul satu pukulan lagi di sisi yang lain.

"Dasar manusia dungu!" Mantel Seonil ditarik oleh Hyun-Ki. "Dengar, putuskan hubunganmu dengan Yoori kalau kau masih menganggapku seorang teman." Hyun-Ki mendorong tubuh Seonil, kemudian melangkah pergi.

Otak Seonil mendadak kosong setelah mendengar kata terakhir Hyun-Ki. Teman? Apa Hyun-Ki masih menganggapnya sebagai teman? Lalu perlakuan yang selama ini dia terima itu sebagai perwujudan perhatian seorang teman? Tidak, tidak mungkin. Seonil masih sulit untuk mempercayai Hyun-Ki.

********

"Saranghaeyo." Suara Hyojoo sudah seperti kaset rusak yang berputar berulang-ulang kali. Telinga Yoori sudah terasa panas mendengar godaan dari Hyojoo. "Kau tahu, aku lebih senang kau dengan Kim Hyun-Ki."

Yoori hanya berdecih menanggapi ungkapan Hyojoo. Sepanjang jalan menuju gedung fakultas mereka, Hyojoo tak henti-hentinya mengungkapkan rasa kagumnya terhadap Hyun-Ki. Yoori begitu frustrasi mendengar godaan itu, membuat pikiran dan hatinya terpecah-pecah. Yoori bahkan tidak mengerti dengan dirinya sendiri, seakan-akan dia adalah perempuan maniak laki-laki keren. Sikap Hyun-Ki kemarin sanggup membuat hatinya kepada Seonil goyah. Apa yang harus ia lakukan?

"Putuskan Park Seonil dan terima cinta Kim Hyun-Ki."

Yoori berjingkat kaget saat berpikir kalau Hyojoo bisa membaca pikirannya.

"Wae? Perkataanku ini benar. Aku yakin seklai kalau Hyun-Ki lah yang bisa membahagiakanmu."

Yoori berdecih, "Kenapa kau tidak putuskan Changheui dan kejar saja Hyun-Ki."

"Aigo ... kau benar-benar tidak punya hati."

"Kau yang tidak punya hati."

Sebuah motor berhenti di depan mereka, menghalangi jalan mereka secara tiba-tiba. Seorang pria memakai jaket dan helm hitam menunggangi motor berukuran besar itu. Yoori dan Hyojoo saling bertukar pandang, mereka tidak tahu siapa orang yang sedang menghadang jalan. Mata Yoori membelalak saat si penunggang motor itu membuka penutup kepala.

"Kakak!"

Pria bertampang menakutkan itu menyeringai. "Aku bukan kakakmu!"

"Untuk apa Kakak ke sini?"

Yooji langsung mencekal tangan Yoori setelah turun dari motor. "Ikut aku."

"Tidak!" Yoori mencoba manarik tangannya ketika diseret oleh Yooji.

"Ya! Lepaskan Yoori!" Hyojoo mencoba membantu Yoori, tapi kekuatan Hyojoo tidak ada apa-apanya dengan kekuatan Yooji.

"Naik!"

"Tidak!"

"Naik atau aku akan memukul Ibu."

Dengan sangat terpaksa Yoori mengikuti perintah itu. Lebih baik dia yang menjadi korban daripada ibunya yang menjadi sasaran kakaknya. Motor itu langsung melesat setelah Yoori naik bersama kakaknya.

"Ya!" Hyojoo berteriak. Dia bingung harus meminta tolong kepada siapa. Dari kejauhan dia melihat Changheui berlari ke arahnya. "Yoori!" teriaknya sambil menunjuk kea rah Yoori yang pergi bersama Yooji.

"Siapa dia?"

"Kakaknya."

"Ayo kita susul."

Mereka berdua lari menuju tempat parkir mobil, tetapi tiba-tiba mobil milik Seonil menghadang jalan mereka. "Kalian ke mana? Kenapa terburu-buru?" Sontak mereka langsung merangsek mobil Seonil tanpa menjawab pertanyaan. "Kalian ada apa?"

"Putar balik sekarang!"

"Yoori diculik kakaknya!" tambah Changheui

Tanpa banyak bicara Seonil memutar balik mobilnya, menancap gas, mengikuti petunjuk Hyojoo. Sedangkan Hyojoo sendiri tidak tahu Yoori akan dibawa ke mana sehingga mobil Seonil berhenti mendadak di depan pintu masuk universitas.

"Lalu bagaimana kita mengejarnya?" tanya Seonil panik.

Hyojoo memegangi kepalanya, dia sendiri juga tidak tahu. Tiba-tiba matanya membelalak. "Aku tahu. Aku punya nomor telepon Kim Hyun-Ki?"

"Apa hubungannya?"

"Berikan kepadaku, cepat!" Seonil memberikan ponselnya kepada Hyojoo setelah menekan tombol panggil ke nomor Hyun-Ki. "Kemarin, Kim Hyun-Ki memberi Yoori sebuah ponsel baru. Aku yakin kalau Kim Hyun-Ki bisa melacaknya."

Tubuh Seonil langsung lemas mendengarnya. Hyun-Ki telah lebih maju selangkah darinya.

Yoori tidak tahu akan di bawa ke mana, sepanjang jalan dia berpasrah hingga akhirnya motor Yooji berhenti di pergudangan tua yang tak terpakai. Di sekeliling tempat itu ditumbuhi oleh rerumptan liar yang meninggi, cat di pintu gerbang sudah mengelupas berganti warna cokelat oleh karat. Yoori ditarik masuk oleh Yooji dengan kasar. Tubuh Yoori mendadak gemetar ketika melihat tiga orang berpakaian preman menanti kedatangan mereka.

"Kakak," bisik Yoori.

"Diam dan jangan panggil aku kakak." Yooji mendorong tubuh Yoori ke hadapan tiga pria itu hingga tersungkur ke bawah. "Ini yang kalian minta."

Seorang yang memiliki kumis tipis berjongkok di hadapan Yoori dengan sebuah seringaian.

"Serahkan obat itu!" ujar Yooji.

"Kakak, kau menjualku hanya untuk obat-obatan terlarang?!"

Mata Yooji mendelik. "Jangan panggil aku Kakak! Aku bukan kakakmu!"

Satu orang yang berambut panjang melemparkan dua bungkus plastik berisi serbuk putih ke arah Yooji. "Pergilah, aku tidak suka melihat drama adik-kakak ini."

"Kakak!" teriak Yoori saat melihat Yooji keluar dari gudang tua itu dengan sebuah seringaian kemenangan. Merasa ketakutan, Yoori mencoba bangkit dan berlari ke luar, tetapi tiga pria itu lebih cepat dari Yoori. Mereka berhasil mencegat Yoori dan menghempaskan tubuh Yoori ke atas tanah.

"Tidak! Tolong lepaskan aku!" rengek Yoori dengan air mata berlinang.

Pria yang mempunyai tato di pelipis itu berjongkok dan menyentuh dagu Yoori. "Kami menginginkanmu, Nona." Kepala Yoori menggeleng, tangisnya pecah dan teriakan minta tolong mulai keluar dari bibir Yoori. Namun, pria itu membekap mulut Yoori, tangannya mulai menyentuh ranah terlarang perempuan itu.

Suara pintu gudang yang dibuka dengan paksa menggema hingga membuat ketiga pria itu menoleh ke belakang.

"Hyun-Ki," lirih Yoori dengan sebuah isakan.

Rahang Hyun-Ki bergemelatuk melihat Yoori berantakan, matanya menatap penuh amarah ke arah tiga pria.

"Kau mau apa, Anak muda?" tanya pria berambut panjang.

"Lepaskan dia!"

Pria berkumis tipis memasang badan. "Dia milik kami."

Hyun-Ki berdecih, dan tanpa tedeng aling-aling Hyun-Ki langsung menendang perut pria berkumis tipis itu. Dia menerjang pria berambut panjang dengan sebuah kepalan hingga langkahnya terhenti di depan pria yang memiliki tato, Hyun-Ki menendang kepala pria itu dengan gerakan memutar. Dua pria menyerbu Hyun-Ki dari arah belakang, menarik tangan Hyun-Ki, tetapi Hyun-Ki berhasil memberontak. Dia memukul pria berambut panjang itu secara membabi-buta, setelah itu beralih menendang pria berkumis tipis. Sementara dia sibuk dengan dua pria itu, pria yang bertato di pelipis bangkit. Yoori yang tak mau Hyun-Ki celaka, dia menendang pria itu hingga tersungkur.

"Ya! Dasar pelacur!" umpatnya sambil mendorong tubuh Yoori hingga kepala Yoori terbentur besi sebuah mesin tak terpakai.

"Yoori!" Hyun-Ki berlari ke arah Yoori, tidak memedulikan pria bertato yang sudah membawa balok kayu, bersiap-siap akan memukul Hyun-Ki saat melewatinya.

Mata Yoori yang melihat dengan samar langsung membelalak. "Hyun-Ki awas!"

Balok itu mengenai bahu sebelah kiri Hyun-Ki saat dia berusaha menghindar, kemudian dengan cepat, balok itu memukul kepala Hyun-Ki. Sebuah dengingan yang luar biasa memekakkan telinga Hyun-Ki. Tubuhnya mulai hilang keseimbangan.

"Hyun-Ki!" Yoori langsung bangkit, tidak memedulikan kepalanya yang masih berkunang-kunang.

Sebuah suara sirene terdengar dari kejauhan, tiga pria itu langsung lari pontang-panting ketika mendengar alarm berbahaya itu.

Napas Hyun-Ki mulai tersengal, padangannya kabur, tangan sebelah kirinya mengucurkan darah, begitu jug dengan kepala.

"Hyun-Ki."

"Kau baik-baik sa ... ja...." Tubuh Hyun-Ki langsung ambruk di pelukan Yoori setelah mengucapkan hal itu.

"Hyun-Ki!" 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top