Chapter 11

Yoori menatap kesal ke arah Hyun-Ki yang sedang mengobrol dengan kolega di dalam sebuah kafe. Lagi-lagi Yoori disuruh menunggu pria itu di luar, di tempat parkir. Mulut Yoori mencebik tanpa henti ke arah Hyun-Ki selagi pria itu sibuk berbicara. Meskipun sesekali Hyun-Ki menoleh ke arah Yoori lewat dinding kaca kafe itu.

Bunyi ponsel dengan nada polyphonic berdering keras dan bergetar hebat di saku mantel Yoori. Dia merogoh saku untuk mengambil ponsel, pasti telepon dari teman-teman yang memesan kue berasnya. Namun, perkiraan Yoori salah besar ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel hitam abu-abu itu. Park Seonil. Ujung alis Yoori tertaut dan untuk sesaat dia termangu. Dengan gerakan sedikit ragu, dia mengangkat panggilan itu.

"Yeoboseyo Sunbae." Yoori setengah membungkukkan badan, seolah-olah sedang berhadapan dengan orang yang menghubunginya.

"Apa kau ada acara malam ini?"

"Tidak ada. Kenapa?"

"Kau tahu kalau hari ini ada festival kembang api di Hangang?"

Yoori mengangguk, tetapi dengan cepat dia menjawab, "Ne."

"Bagaimana kalau kita pergi malam ini?"

"Ah?" Otak Yoori kali ini begitu lambat merespons sebuah perkataan.

Terdengan kekehan dari seberang sana. "Kau ada waktu? Aku akan menjemputmu."

"Jinjjayo?" Kedua sudut bibir Yoori terangkat sempurna.

"Ne."

Tetapi tiba-tiba senyumannya memudar saat mengingat Hyun-Ki, dia harus mencari alasan supaya bisa terlepas dari Hyun-Ki malam ini. Biasanya Hyun-Ki menjadikannya tawanan untuk membersihkan kamarnya. "Ng ... Sunbae." Terdengar sahutan dari seberang. "Sepertinya aku tidak bisa?"

"Wae?" Terdengar helaan dari seberang sana. "Pokoknya aku ingin ke sana deganmu. Aku akan menunggu di dekat stasiun pukul enam sore. Arraso?"

Yoori menggigit bibir sebelum menjawab. "Ne."

Entah dia harus membuat alasan yang seperti apa demi mendapatkan izin dari Hyu-Ki. Jujur, dia ingin sekali bertemu dengan Seonil dan sedikit bersenang-senang. Dia ingin merasakan berjalan berdua menikmati festival kembang api dengan orang yang ia sukai, meskipun itu terjadi sekali seumur hidup. Dari dalam kafe itu, dibalik dinding kaca, Hyun-Ki menatap Yoori yang tengah memasang wajah cemas setelah menerima panggilan telepon. Sepertinya prempuan itu sedang mengalami kesulitan.

Hyun-Ki merasa sedikit resah setelah melihat ekspresi Yoori, dia memutuskan untuk menyudahi pembicaraan dengan koleganya dan langsung menuju pintu keluar. Dia ingin sekali bertanya tentang sebab ekspresi Yoori yang terlihat bingung. Namun, lidahnya terlalu kelu. Hyun-Ki lebih memilih masuk ke dalam mobil yang diikuti Yoori di jok belakang tanpa bertanya satu pertanyaan pun.

Dari kaca mobil bagian tengah, Hyun-Ki berkali-kali melirik Yoori, melihat jemari Yoori yang saling meremas, tatapan gelisah dan sesekali melihat layar ponsel jadul. Hyun-Ki sudah tidak tahan melihat pemandangan itu.

"Apa kau sedang ada janji?" Dengan membuang ego yang terlalu tinggi, Hyu-Ki mulai buka suara.

"Aniyo," jawab Yoori dengan sedikit ragu. Dia sedang mencari alasan yang tepat.

"Lalu?" Seonil melihat tatapan penuh tanya dari Yoori lewat kaca tengah. "Atau kau sedang dalam masalah?"

"Ah ... em...." Untuk sejenak otak Yoori kosong hingga kemudian sebuah ide muncul, "Aku harus membeli obat-obatan untuk ibuku dan segera memberikan obat itu padanya."

Brilian Yoori, brilian!

"Kau mau aku antar ke apotek mana?"

"Tidak ... ah ... maksudku jangan. Biar aku yang membelinya sendiri dan langsung pulang. Cukup turunkan aku di stasiun dekat sini."

"Oke."

"Jinjja? Kau mengizinkanku?" Hyun-Ki mengangguk menjawab pertanyaan Yoori.

Batin Yoori berteriak yes setelah melihat bos barunya ini percaya dengan alasan yang dibuatnya. Akhirnya dia akan berkencan dengan Seonil untuk pertama kali, tetapi dia kembali bingung, baju yang dipakai tidak cocok untuk berkencan. Astaga!

Hanya membutuhkan waktu setengah jam untuk menurunkan Yoori di stasiun terdekat. Hyun-Ki langsung memacu mobilnya untuk menuju ke rumah, dia melihat jalanan belakang lewat kaca tengah untuk memastikan Yoori sudah masuk ke stasiun. Namun, sebuah kerutan tiba-tiba muncul saat dia melihat mobil Seonil berhenti di depan stasiun. Hyun-Ki memekik kesal ketika mengetahui dia dibohongi lagi oleh Yoori.

*********

Lengkingan kembang api yang ditembakkan mulai terdengar, kemudian disusul dengan bunyi kembang api yang meletup-letup di atas langit hitam. Tak lama setelah satu kembang api berhasil diluncurkan, puluhan kembang api meluncur dan saling menyusul. Panorama langit malam di taman Hangang terlihat berwarna dan ramai.

Tak hanya anak-anak yang menyaksikan festival kembang api itu, tetapi muda-mudi dan orang tua juga menyaksikan festival itu. Pengunjung yang datang juga bermacam-macam, tidak hanya warga Korea, tetapi wisatawan asing juga mengunjungi taman itu. Mereka bercampur menjadi satu dan mengeluarkan satu ekspresi; takjub.

Yoori mendongak dengan penuh binar warna-warni di langit pekat itu. Mulutnya tak berhenti berucap kata wow ketika kembang api itu meletup, terkadang tangannya bertepuk lirih dan melompat samar membuat Seonil gemas melihatnya. Baru pertama kali ini dia melihat seorang perempuan berumur dua puluh segembira itu ketika melihat kembang api. Perasaan yang gemas luar biasa itu membuat Seonil secara refleks melingkarkan tangannya ke pinggul Yoori. Mendapat sentuhan itu membuat Yoori mendongak ke arah Seonil dan terpaku. Seonil hanya tersenyum lebar dan semakin mengeratkan pelukan tangannya. Wajah Yoori seketika memanas dibarengi dengan debaran jantung yang tak berirama. Festival kembang api yang sangat berkesan bagi Yoori.

Setelah festival itu usai, mereka berdua memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman dan memakan kudapan malam yang dijajakan di daerah sana. Mereka memilih jajanan kkochi-eumok atau satai fish, menyantap makanan itu selagi hangat di cuaca yang sedikit dingin.

"Wuah ... aku kenyang," pekik Yoori setelah keluar dari warung makan itu.

"Kau senang hari ini?"

Yoori mengangguk antusias, lalu membungkukkan badannya dalam-dalam. "Gomapseumnida, Sunbae."

Seonil mengacak poni Yoori, kemudian meraih tangan Yoori dan memasukan tangan itu ke dalam kantong mantel bersamaan dengan tangannya. Lagi-lagi Yoori dibuat malu oleh tingkah Seonil yang begitu hangat dan romantis—baginya.

"Ini ... adalah kali pertama aku menyaksikan festival kembang api. Sepanjang umurku, aku hanya mendengar festival ini diadakan tanpa pernah menyaksikan secara langsung." Seonil terenyuh mendengar perkataan Yoori. "Dan ini adalah festival kembang api yang pertama dan paling berkesan di dalam hidupku. Gomapseumnida, Sunbae." Dia tersenyum lebar ke arah Seonil.

Satu pertanyaan yang menggelayut di dalam pikiran Seonil. Hidup macam apa yang dilalui Yoori? Ternyata masih banyak orang yang kurang beruntung di dunia ini, dia mengira kehidupan seperti itu hanya ada di dalam serial drama. Mendengar cerita Yoori membuat pemikirannya dipatahkan. Seonil semakin ingin melindungi dan membahagiakan perempuan ini.

"Yoori."

Yoori menghentikan langkah ketika namanya dipanggil berbeda oleh Seonil. Dia hanya diam dengan tatapan tak percaya.

"Saranghaeyo."

Mulut Yoori dibuat menganga dengan pernyataan cinta Seonil. Apa dia sedang bermimpi? Tunggu, ini hari apa? Kenapa dia seberuntung ini? Beruntung? Benarkah dia beruntung jika pria ini menyukainya? Bukankah rumor yang beredar menyebutkan kalau pria ini berbahaya?

"S-Sunbae."

Seonil menggaruk rambut yang tak gatal. "Maaf aku terlalu cepat mengatakan ini, tetapi aku sudah lama menyukaimu."

Yoori menelan ludah, "Aniyo. Aku ... hanya...." Yoori menggigit lidah, dia merasa tidak enak jika melanjutkan perkataannya.

Seonil menangkap dengan jelas keraguan Yoori. "Aku akan melindungimu. Aku jamin, ayahku tidak akan menyentuhmu." Yoori masih terdiam. "Pecayalah padaku, hm?"

Dari kejauhan, sepasang mata hitam yang dihiasi alis tebal menatap tajam ke arah mereka. Rahangnya terlihat menonjol dengan buku-buku jari yang memutih karena remasan. Hyun-Ki menyaksikan semua, meyaksikan dari awal hingga akhir. Menyaksikan mereka berdua menikmati panorama kembang api hingga Seonil mencium pipi berlesung pipi Yoori dengan lembut.

Kobaran api menyala di dalam hati Hyun-Ki, dia merasa telah dibodohi oleh Yoori. Melihat Yoori tersipu malu ketika mendapat ciuman membuat Hyun-Ki berjanji akan menghancurkan kebahagiaan mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top