第十五天 (15)
Sinar matahari pagi menyorot malu-malu dari balik dedaunan. Udara mulai terasa panas, Sung Yi tidak membutuhkan kardigan yang biasa ia kenakan itu. Tapi tanpa mengenakannya juga, jantung Sung Yi terus-terusan berdegup dan badannya mengeluarkan suhu panas. Padahal berkali-kali ia sudah memeriksa penampilannya hari ini—untuk kali pertama—bercermin sebelum berangkat. Ia menyisir lembut poni dan rambut bobnya, lalu tersenyum pada kembarannya. Baru hari ini, Sung Yi benar-benar merasa begitu percaya diri.
Sambil memakirkan sepedanya, seseorang memanggil dari belakang.
"Sung Yi?"
Suara Sha Yue yang tidak pernah asing itu membuat Sung Yi menoleh. Ia tersenyum, kedua pasang mata temannya itu melebar takjub.
"A—a—aku tidak salah lihat, bukan?" Sha Yue hampir menjatuhkan mulutnya kalau bukan Wei Wei yang berlari ke arah Sung Yi lebih dulu. Masih dengan tatapan kaget dan bingung, kedua temannya kompak menyentuh rambut bob Sung Yi yang sudah tidak kering dan kusut seperti biasa lagi. Sung Yi tersenyum bangga.
"Apa rambutku cukup membuatku berubah?" tanya Sung Yi iseng. Wei Wei mendesah kagum.
"Ini gila, Sung Yi. Kau seperti cinderella! Siapa yang menyihirmu?"
Bayangan obrolan Sung Yi dan Tian Mei semalam suntuk tak berhenti terulang-ulang di kepalanya. Kalau bukan karena malam kemarin Tian Mei menyiramkan beberapa lulur rambut, mungkin ia tidak pernah mendapat rambut secantik ini. Buat Sung Yi sendiri, bobot rambut yang kering dan kusut biasanya agak memberatkan kepalanya, kini hilang dalam sekejap. Sung Yi bahkan bisa mencium aroma ringan jika rambutnya terkibas angin. Sungguh, perombakan semalam adalah proses menjadi anak perempuan yang sesungguhnya.
Kuku-kuku Sung Yi dipotong, kulitnya dilembabkan oleh beberapa losion beraroma bunga. Pagi ini bahkan Sung Yi menggosok kotoran yang menempel di tungkai kakinya. Ia juga mencukur bulu kaki, menaburkan sedikit bedak tipis dan yang terpenting—ia menyisir rambutnya.
"Aku beruntung, pacar kakakku membantuku," jawab Sung Yi setengah bangga. Ia menarik kedua temannya dalam sekali gerakan, mengiring mereka masuk ke gedung utama menuju kelasnya.
"Kakakmu masih di rumah?" tanya Wei Wei.
"Ya. Dia sudah liburan lebih dulu. Curang," desis Sung Yi. Beberapa orang yang melintas bersamaan di koridor sempat menghentikan alur pandangannya ke Sung Yi selama beberapa detik. Desir angin menyampaikan aura baru itu. Membawa aroma sampoo Sung Yi menyapa seluruh penghuni koridor panjang sekolah. Bahkan dari gedung cowok pesona Sung Yi seperti ikut menarik perhatian mereka. Dalam hati, Sung Yi hampir saja menabrak tiang karena malu kalau bukan kedua sahabatnya yang meluruskan langkahnya.
"Semua orang menatapmu. Wah, aku seperti bangga bisa punya teman secantikmu," bisik Sha Yue agak rendah. Aktivitas orang-orang terhenti, Sung Yi kian menunduk. Malu untuk menerima tatapan kagum dan bertanya-tanya itu.
"Siapa kira Sung Yi bisa cantik? Kukira ia bakal menjomlo seumur—"
Mulut Wei Wei langsung dijepit Sung Yi, "yang benar saja Wei Wei. Aku tidak seburuk rupa itu. Iya, kan?" Sung Yi terkekeh bangga. Tapi daripada merasa bangga, ia benar-benar lega karena entah kenapa penampilan baru ini membuat sembilan puluh persen rasa percaya dirinya yang selama ini tertimbun dalam pelan-pelan naik ke permukaan. Ini sebuah perubahan yang membuatnya nyaman.
Sampai di kelas, desah kagum mendarat pelan. Orang-orang setengah menepuki perubahan itu, membuat wajah Sung Yi terus-terusan menunduk menahan senyum. Dunia yang berputar dalam beberapa detik itu cukup menekannya, tapi Sung Yi lebih merasa nyaman. Setelah duduk di kursi, orang-orang sibuk bertanya bagaimana Sung Yi bisa meluruskan rambut bob yang kelihatannya selalu kusut itu. Lalu kedua temannya hanya menyahut setengah bercanda dan setengah mengolok-oloknya. Candaan klasik, tapi Sung Yi hanya ikut tertawa dan mengiyakan perkataan Sha Yue dan Wei Wei.
Dari kursi depan, Xiao Xing baru masuk kelas. Ia agak menatap keliling kelas, agak berpusat dengan candaan yang dibuat-buat Sha Yue dengan mulut besarnya itu, tapi kemudian tatapan Xiao Xing berhenti di wajah Sung Yi. Sepintas, gadis itu tersenyum.
"Kau imut sekali," puji Xiao Xing yang meneliti wajah dan perubahan-perubahan Sung Yi sambil berjalan mendekat. Dari sebelahnya, Sha Yue mengangguk kecil, menimpali, "kira-kira, apa Alan bakal menyukai perubahan ini, Xiao Xing?"
Sung Yi refleks menepak pundak Sha Yue. Malah Xiao Xing mengangguk penuh antusias ke arah Sung Yi yang tertegun.
"Bukan hanya Alan, Eric Chou pasti mengakui kalau kau imut!"
Dada Sung Yi merasa lega dan senang mendengar itu. Walau ia tidak tahu apakah kecantikannya bisa mengalahkan kelembutan dari paras Xiao Xing, tapi wajah gadis itu cukup membuat Sung Yi berhenti berpikir.
"Omong-omong, kemarin kalian belajar bersama Darren di kafe, bukan?"
Baru saja bayangan itu muncul di kepala Sung Yi, ia langsung mendapat kepastiannya. Sung Yi mengangguk.
"Ya, kami... belajar." Sung Yi agak ragu untuk mengatakan Darren belajar, tapi kenyataan itu membuat dunia Xiao Xing beranjak antusias.
"Aku tidak pernah melihatnya belajar. Kemarin itu, aku benar-benar kaget dan terpesona. Ia kelihatan menawan dengan buku di depannya."
Hati Sung Yi menghangat, ternyata bukan dia sendiri yang mengakui itu.
"Sebenarnya, Darren cukup pintar di beberapa pelajaran. Hanya kau tahu lah, ya.."
Sha Yue dan Wei Wei mulai beranjak menjauh. Sepertinya mereka bosan dengan topik si Dewa Tawuran dan beralih tak ingin tahu juga. Xiao Xing duduk di depan kursi kosong Sung Yi, memosisikan tubuhnya senyaman mungkin.
"Sebenarnya, Sung Yi. Aku ingin bertanya tentang rumahmu."
Sung Yi mengerjap pelan, "oh. Kau ingin bertanya apa? Katakan saja."
Sebelum berujar, Xiao Xing melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan sesuatu. Pelan-pelan gadis itu mencondongkan tubuhnya. Sambil berbisik pelan, ia berujar, "apa kau menerima permen kunyah di pintu balkon?"
Permen kunyah? Apa maksudnya permen yang pernah Darren ceritakan itu. Wah, wah, lihat siapa yang terkena kail sekarang!
Sung Yi jadi diam-diam antusias untuk membahas ini.
"Selama ini sih, aku sering bermain di balkon, tapi tidak pernah menemukan itu. Memangnya kau sering menerima permen itu di pintu balkon waktu dulu?" Sung Yi sengaja memancing, wajah Xiao Xing yang lembut jadi berubah serius.
"Ya. Aku pikir... Darren yang memberikannya padaku."
Kena kau! Sung Yi menjerit bangga dalam hati. Ternyata rencana untuk memutuskan Alan dan Xiao Xing benar-benar tidak perlu dilakukan. Lihatlah Xiao Xing yang mulai menyadari jerih payah itu!
"Well, wajar sih. Dia tinggal di sebelahmu. Balkonnya juga sangat dekat. Sementara kau terkenal dan cantik, mungkin saja itu Darren yang memberikannya!" Sung Yi terus mengkail dan terus menarik. Perhatian Xiao Xing kini bertumbuk pada kenyataan yang diselubungi oleh dugaan Sung Yi. Menarik ulur untuk menemukan titik balik yang pasti. Ini bakal menjadi berita baik buat Darren. Mereka akan menemukan kenangan baru!
Xiao Xing menatapnya beberapa saat, ingin menyatukan keyakinannya kembali. "Apa kau mau membantuku?" Terlihat gadis itu agak malu mengatakannya, tapi itu adalah pedal baru untuk Sung Yi pijak. Menukik menemukan garis finish.
"Tentu saja aku mau!" jawab Sung Yi girang, melahirkan senyum tipis di bibir Xiao Xing.
"Baguslah. Kupikir, akhir-akhir ini kau memang sedang akrab dengannya."
Ah... Masalah itu. Sung Yi menyimpan kecanggungan lalu terkekeh.
"Hanya karena aku masih menjadi teman pingitnya saja. Sisanya, aku menikmati hari kalau dia lagi waras."
Xiao Xing menatapnya mengangguk, "kupikir dia cukup baik kalau sampai mau membawamu bermain ke arena sepatu roda."
Sung Yi membeliak pelan, "kau tahu darimana soal itu?"
"Ah, Alan memberitahuku soal itu. Aku jadi bersemangat sendiri. Kukira hanya aku yang masih bermain di sana. Kedengarannya ketinggalan zaman, bukan?"
Tentu saja. Jangan lupakan si Tidak Pernah Jelek dan si Kembang Sekolah yang masih dekat. Atau mungkin, memang terlalu dekat sebagian hati Sung Yi menyusut, tapi senyum Xiao Xing menebar energi baru.
"Tidak sama sekali. Lain kali, kita bisa bermain bersama, pasti asyik!"
"Aku akan menunggu hari itu!" Xiao Xing melambai sekali, meninggalkan Sung Yi ke kursinya sendiri. Seraya para murid berhambur masuk karena laoshi sudah muncul, Sung Yi jadi malu untuk memikirkan muncul di depan Darren dalam penampilan barunya ini.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top