epilog

"Halo?" sahut suara dari seberang. Darren menelan ludahnya sejenak. Di tangannya tergenggam formulir hasil ujian seleksi masuk ke Universitas Taipei. Nilainya cukup tinggi jika dia masih sekolah di SMA Di Yi, Tainan. Dari semua pelajaran jurusan IPA, Darren mendapat nilai 680. Tertinggi untuk satu SMA Taipei sekarang.

"Ini aku," jawab Darren.

Saluran telepon hening sejenak, ia bisa merasakan Sung Yi menatap kaget sekaligus bingung. Tapi Darren membiarkannya bertanya-tanya.

"Ke—kenapa?"

Darren tertawa sejenak, ia menatap langit dari jendela kamarnya yang cerah. Musim gugur akan berakhir sejak 9 bulan ia meninggalkan SMA Di Yi.

"Kau ini masih saja bertanya-tanya, ya? Ya tentu saja aku meneleponmu karena aku merindukanmu, Dungu."

Jelas sekali Sung Yi tidak menantikan ini, tapi mendengar suara cewek itu membuat debar jantung Darren mereda. Dengan begini, setidaknya ia bisa menghadapi hari esok lebih baik. Tidak memedulikan apa pun, ia hanya ingin sekali lagi mengobrol bersamanya. Walau Darren tahu kalau itu terdengar mustahil.

"Aku sedang bersama Alan sekarang," kata Sung Yi ragu.

"Berikan teleponnya ke Alan."

"Ah?"

"Apa kau mau mengulang kata-kataku?"

Sung Yi segera menggumam paham lalu suara perpindahan ponsel itu terdengar sekali, Alan menyahut.

"Darren?" suara Alan yang lembut terdengar. Ia tersenyum. Wah, sudah berapa lama ia tidak menghubungi cowok sombong ini?

"Pinjamkan aku pacarmu sebentar. Bagaimana pun, dia itu sahabatku, hah?"

Terdengar Alan tertawa sekilas, ia menyahut ramah, "bagaimana kalau aku langsung meminjamkannya di Taipei nanti?"

Walaupun sombong, bagaimana pun, Alan tetap sahabat terbaiknya juga. Sahabat terbaik yang saling jatuh cinta. Menyebalkan, tapi itulah yang harus ia terima. Darren tersenyum, lalu kembali menjawab, "baiklah. Kau tenang saja. Tidak akan lama, kok."

***

Banyak hal yang masih janggal menurutku. Terutama dari perasaan Sung Yi yang kelihatannya masih... yah, belum rela lah ya. Apalagi di epilog ini, itu artinya pas mereka udah lulus dan on the way ke Taipei, tiba-tiba Darren menghubungi Sung Yi. Aku sih masih penasaran soal kisah mereka di kuliah nanti. Gimana cerita Alan dan keluarganya, dan Darren dengan keluarganya. 

Untuk sekarang, kita berpisah dulu sementara. Gimana nih menurut kalian? Apa sudah rela menanti mereka di masa perkuliahan? :3

Terima kasih buat para pembaca yang masih mengikuti cerita ini, udah kasih votes dan menunggu updatenya. Aku sendiri nggak berharap banyak karna ini naskah yang aku pakai buat sekalian mengatur habit baru dalam menulis. Sebenarnya udah lama juga nggak nulis asialit sejak terakhir sibuk bikin naskah buat lomba, re-write draf lama, brainstorming ide baru, jadi kangen juga nulis asialit. Bahkan aku mikir, untuk sekarang ini, aku merasa banyak perubahan dari gaya penulisanku yang dulu. Kadang kalau baca naskah lama, kok bisa aku nulis kayak gini? Yah walau risetnya belum dalam, tapi aku selalu mengagumi diriku sendiri yang dulu. Yang masih lancar dan nggak kaku kayak sekarang. Hehe. Jadi mohon maaf ya kalau di cerita ini juga masih banyak kekurangannya :')

Sekian untuk curhat-curhatnya, terima kasih udah mengikuti kisah Sung Yi dan Darren. Kita ketemu lagi di Everyday with You, hao ma?

Love,

McQueen.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top