The Owner of the Heart by Patricia_Jesica

“Jangka waktunya tidak terbatas. Sekali kau memiliki hatiku, aku yakinkan aku tidak akan memberikannya kepada siapapun selain dirimu…”

•••

Chaper 01

London, 1858.

“Selamat pagi, Bibi Frederica…”

Frederica Baker sedang menikmati sarapan paginya ketika Lady Honora menjatuhkan kecupan sayang di pipinya. Frederica mengamati bagaimana keponakannya kini berjalan dengan luwes dan memberikan hormat kepada suaminya, Baron Thurlow yang sedang membaca korannya sambil berdiri di depan perapian.

“Kau mau pergi kemana sepagi ini, sayang?” tanya Frederica.

Honora menjawab dengan riang, “Melihat Heart, seperti biasa. Ada apa Bibi?” Lady Honora menghentikan langkahnya dan bertanya dengan bingung saat menyadari ada pertukaran isyarat yang terjadi antara bibi dan pamannya.

“Kami akan kedatangan tamu penting untuk acara makan malam… pastikan penampilanmu pantas, ya?”

“Tentu saja,” Honora tertawa jahil dan dengan anggun memberikan salam hormat sebelum berlalu pergi.

Sepeninggal keponakannya, Baron Thurlow memandang istrinya dan berdehem, “Kau tidak memberitahukan kepadanya siapa yang akan datang kemari?”

Frederica menghela nafas dan mengambil pisau untuk mengoles mentega di atas rotinya, “Kau seperti tidak tahu sifat anak itu saja… kalau kau memberitahukannya, kujamin ia akan melarikan diri sebelum orang itu sempat datang…”

***

“Selamat pagi, M’Lady…” Para pengurus istal Baron Thurlow menyapanya dengan gembira. Honora balas tersenyum dan menyapa kuda-kuda di istal pamannya sebelum beranjak pergi ke istal lain yang letaknya sedikit terpisah di bagian sayap timur kediaman Baron Thurlow.

Semenjak ayahnya, Baron Thurlow yang sebelumnya meninggal karena TBC, Honora diasuh oleh pamannya, George Baker sebagai sang pewaris gelar kebaronan milik ayahnya. Honora tidak memiliki siapapun mengingat Ibunya meninggal ketika melahirkannya, dan seluruh penghuni kediaman Thurlow-lah yang merawat dan mencintainya sepenuh hati. Honora tumbuh besar dalam limpahan cinta keluarga Thurlow, dan ia bersyukur masih bisa tinggal di rumah yang telah ditempatinya semenjak lahir.

Ayahnya sama sekali tidak siap menghadapi kematiannya, sehingga satu-satunya wariasn yang diterima oleh Honora adalah Heart, seekor kuda janta n keturunan Turkoman yang memenangkan pertandingan Ascot Royal dua tahun silam. Segera setelah Heart memenangkan pertandingan, ayahnya mendaftarkan sang kuda sebagai maskawin untuk putrinya, dan kini nilai Heart sendiri setara dengan ribuan pound. Sambil menyikat Heart, Honora mulai menceritakan harinya kepada si kuda, dan Heart, dengan telinga bergerak-gerak senang, mendenguskan kebahagiaan dalam usapan pemiliknya.

***

“Lady Honora…”

Hari sudah petang ketika Wyatt, sang kepala pelayan datang secara khusus untuk menghampiri nonanya. Honora menghentikan kegiatannya membersihkan kendang milik Heart dan kemudian tertawa melihat air muka pelayannya berubah masam.

“Aku tahu, aku tahu… aku seorang lady dan tidak seharusnya seorang lady turun tangan membersihkan kendang kuda… Aku hanya bosan, Wyatt dan ini hal terasik yang bisa kulakukan…”

Wyatt, kepala pelayannya hanya bisa menghela nafas lelah. “Anda ditunggu untuk bergabung dalam acara makan malam dengan tamu yang diundang oleh His Lordship dan Anda punya waktu sekitar dua puluh menit untuk memantaskan diri…”

“Wyatt… kau bercanda!” Honora tertawa sambil mengangkat ujung roknya dan mulai berlari. “Aku butuh setidaknya sepuluh menit untuk memakai semua renda dan bulu-bulu itu di tubuhku.”
Wyatt hanya bisa mengelus dada mengamati kelakuan nonanya.

Honora selesai tepat dua menit sebelum waktu yang dijanjikan. Kakinya sedang menuruni anak tangga ketika nama sang tamu diumumkan. “Hugh Caesar Clarke, Viscount of Hambleton.”

Awalnya Honora hanya melihat sekelebat rambut berwarna coklat gelap. Tetapi, ketika pria itu mengangkat wajahnya dan pandangan mereka tepat bertemu, Honora merasakan nafasnya seakan tersangkut di tenggorokan. Mata pria itu tajam, dengan warna coklat chestnut yang membuat tatapan Honora seakan terkunci di sana.

Bibir pria itu tersenyum malas saat mereka berdua dikenalkan, namun anehnya sepanjang acara makan malam Honora merasa pria itu terus memandanginya lekat-lekat. Honora merasa serba salah. Ia merasa resah, seperti sudah melakukan kesalahan dan berbuat bodoh. Honora mengelap bibir karena takut ada sisa makanan tertinggal di sana, ia juga diam-diam membetulkan letak korsetnya karena merasa ada yang mungkin salah dengan penampilannya.

Sebenarnya tidak, pikir Honora muram sambil mengamati garpunya. Ketika Honora akhirnya mengangkat pandangannya dan sekilas mata mereka bertemu, Viscount Hambleton sudah membuang wajahnya dan berbicara dengan Paman Honora yang duduk di sebelahnya. Honora diam-diam menghela nafas lega.

“Ada apa sayang? Kau terlihat tidak bernafsu makan hari ini… Makanmu sedikit sekali…”

“Cuacanya agak panas, jadi aku kurang bernafsu makan…” kilah Honora sambil memaksakan senyum kepada Bibinya yang terlihat cemas.

“Pipimu juga agak merah. Apakah kau sakit sayangku? Apakah aku perlu memanggilkan dokter untuk memeriksamu?”

“Tidak perlu, Bibi… sungguh… udaranya saja yang terasa hangat…” jawab Honora sambil lalu. Honora mengipasi wajahnya, berharap setengah mati tatapan pria di depannya tidak membuatnya panas dingin seperti sekarang. Demi segala yang suci, mereka baru bertemu dan Honora sudah menciptakan kesan seolah dirinya gadis ingusan yang tidak pernah bertemu pria.

“Aku senang mendengarnya,” Bibinya meremas tangan Honora pelan. Honora dengan bingung mengamati pertukaran isyarat antara bibinya dengan pria di depannya. Belum sempat ia bertanya, Bibinya berdehem dan meremas tangannya lagi. “Sebenarnya, kedatangan Viscount Hambleton kemari ada hubungannya denganmu, sayang.”

“Ada hubungannya denganku?” ulang Honora. Ia terdengar sedikit bodoh karena hanya mampu membeokan kalimat bibinya.

“Viscount Hambleton melihatmu pada sebuah pesta dansa dan menaruh hati kepadamu. Aku dan pamanmu baru saja menerima lamarannya dan menyetujui niatnya untuk mendekatimu. Sekarang semuanya terserah kepadamu sayangku, apakah kau mau menerima lamarannya atau tidak…”

“Tapi… tapi… maksudku… kami baru saja diperkenalkan dan…” Honora terbata-bata.
“Menurutku, sebaiknya kami diberikan waktu kurang lebih sebulan untuk bisa mengenal satu sama lain lebih dekat. Setelah itu perundingan mengenai pernikahan bisa dilanjutkan…”

Honora ternganga mendengar betapa positifnya pemikiran pria di depannya. Betapa percaya dirinya! Seolah Honora akan jatuh hati kepadanya dalam waktu sebulan yang sudah ditetapkan.

“Itu usul yang bagus sekali,” sahut Baron Thurlow. “Istriku, bagaimana kalau kita memberikan waktu supaya mereka bisa bicara berduaan secara lebih pribadi?”

“Cerobohnya diriku! Tentu saja!” Baroness Thurlow menyambut gandingan tangan suaminya dan mereka berdua bergegas meninggalkan Honora dengan Hugh berdua saja, walaupun celah di pintu tetap disisakan dengan alasan sopan santun.

Honora masih memandang takjub dan kebingungan ketika tiba-tiba Hugh berujar santai, “Sungguh naif…”

Honora membuka mulutnya karena kaget, dan mengerjap. “Maaf, My Lord?” Ia tidak salah dengar bukan? pria ini barusan berkata… bahwa dirinya naif?

Pria itu berdehem dan memandang lurus ke arah Honora, seolah Honora anak kecil yang ketahuan berbuat salah. “Sungguh naif, kataku. Kau pikir kau bisa mempercayai semua hal yang diucapkan pria? Tidak heran sampai sekarang kau belum juga menikah…”

Honora membuka dan menutup mulutnya lagi. Viscount Hambleton menoleh ke samping seolah mencari sesuatu. “Sekarang… dimana kau menyimpan Heart sang pemenang Ascot?”

“Heart?” Pikiran Honora langsung berubah protektif saat mendengar nama kudanya disebut.

“Tentu saja, Heart. Aku sudah mengatakannya bukan? apakah sampai sekarang kau tidak menyadari bahwa kemungkinan memiliki Heart adalah alasanku untuk menikahimu?”

Wajah Viscount Hambleton mencerah saat melihat jalan keluar ke arah istal. “Apakah istalnya terletak di sana…” Tetapi, belum sempat pria itu bicara, tendangan kaki Honora sudah melayang ke arah tulang keringnya.

Honora sempat mendengar beberapa umpatan meluncur dari bibir pria kaku itu. “Rasakan!” pikir Honora sambil berlari secepat yang ia bisa, kabur dari pria itu dan dari lamaran pernikahan sialan yang menghancurkan moodnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top