[1s] HOSTAGE || YiZhan Ver.
Warning!
Mpreg, ManxMan, Gay Family, Hurt/Comfort, Angst
Setelah Baca Wajib Vote dan Komen
FF Remake. Judul Ambil dari lagunya dedek Billie Eilish
Xiao Zhan tidak menyangka, ketika dia sedang berbelanja di swalayan dekat kantornya, bertemu dengan orang yang sudah 1 bulan ini menghilang entah ke mana. Seseorang yang telah merebut dirinya yang paling berharga dan membuatnya frustasi hingga saat ini.
"Wang Yibo..."
Pria itu menoleh dan terlihat kaget bahwa Xiao Zhan berada di dekatnya. Ia segera mundur dan mencoba kabur dari sana.
"Wang Yibo!"
Beberapa orang melihat kedua pria itu yang saling kejar. Xiao Zhan tak peduli. Kini yang harus ia lakukan adalah mengejar Wang Yibo dan menangkapnya. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Dia harus mendapatkan apa yang ia cari sebulan ini.
"Wang Yibo!"
Karena memang Wang Yibo sedang membawa keranjang belanjaan, ia tak bisa kabur dengan barang belanjaan yang belum ia bayar. Jadi, saat berada di dekat kasir, akhirnya Xiao Zhan bisa mencapainya saat pria itu sedang kebingungan untuk mencari jalan kabur.
"Jangan kabur. Kita perlu bicara."
Wajah Wang Yibo pias. Ia tidak ingin menoleh ke arah Xiao Zhan dan memandangnya. Pria itu hanya memandang ke sekitar dan belum menjawab.
"Di mana kau sembunyikan Shizui."
Bukannya menjawab, Wang Yibo malah mendengus dan tersenyum miring. Ia tidak jua bersuara, malah bergerak maju untuk antre di depan kasir.
"Wang Yibo!"
Cukup sudah. Xiao Zhan sudah sangat marah kali ini. Ia tak ingin terus menerus didiamkan seperti ini. Apalagi oleh Wang Yibo, yang adalah mantan suaminya.
Ah, bukan mantan sebenarnya. Karena mereka belum sah bercerai di mata hukum. Jadi, dari pada mereka berdua membuat keributan, akhirnya Xiao Zhan mengikuti Wang Yibo untuk antre di belakang pria itu dan meninggalkan keranjang belanjaannya. Ia takut, jika ia membayar, maka Wang Yibo akan kabur lagi.
*****
3 tahun mereka menikah, dan selama 1 tahun, Xiao Zhan merasakan hidup bagaikan di neraka karena perangai Yibo yang tiba-tiba berubah keras dan sangat otoriter. Ia sejak sebelum menikah, sudah mandiri dengan bekerja dan menghasilkan uang sendiri.
Ketika Yibo tiba-tiba melarangnya berhenti bekerja, Xiao Zhan merasa kaget karena saat ia hamil Shizui pun, Wang Yibo masih mengijinkannya bekerja. 1 tahun belakangan ini memang Yibo menjadi suami yang sangat tidak Xiao Zhan inginkan.
Ia berubah jadi pemarah, melarang dirinya ini dan itu, dan terlebih membuatnya sakit hati, Wang Yibo tak ragu-ragu untuk menyakitinya secara fisik. Dulu Yibo bukanlah tipe pria seperti itu. Alasan Xiao Zhan mau menikah dengannya juga karena pria bermarga Wang itu sangat pengertian, baik dan menjaga dirinya.
Tentu saja, Xiao Zhan yang sudah tidak kuat lagi dengan tindakan Yibo, memintanya untuk berpisah. Namun, bukannya menyetujui, Yibo malah menolak dengan keras. Hingga pada akhirnya sang suami membawa Shizui pergi darinya dan menghilang selama sebulan.
Alasan Wang Yibo membawa Shizui tentu saja untuk mengancam Xiao Zhan. Dia masih ingat bagaimana suaminya mengancam jika perceraian itu tetap berlanjut, maka Xiao Zhan tak akan bisa bertemu dengan Shizui.
"Kembalikan Shizui." Xiao Zhan memandang pria berumur 29 tahun itu dengan gamang. Ia seperti ingin menangis, namun tak ingin pria di hadapannya ini melihat kelemahannya.
"Kembalikan bagaimana? Aku ayahnya. Bagaimana kau mengatakan itu, istriku sayang?"
Xiao Zhan benci seringaian itu. Untuk melampiaskan kemarahannya, ia meremas tissue cafe yang tadi ia genggam.
Ya, tadi saat keluar dari supermarket, Wang Yibo tak berkata apa-apa, ia seperti menyuruh Xiao Zhan untuk mengikutinya. Pada akhirnya, mereka memasuki sebuah cafe yang tidak jauh dari tempat mereka tadi.
"Wang Yibo, aku mohon padamu. Kembalikan Shizui sekarang juga. Apa kau gila? Dia masih 3 tahun! Dia masih butuh aku sebagai ibunya!"
"Well, nyatanya dia sepertinya sudah nyaman hanya dengan bersamaku saja." Jawab Wang Yibo dengan sangat santai. Ia mengeluarkan rokok dari kantung jeansnya. Beberapa detik berikutnya, ia sudah menyalakan rokoknya itu.
"Ini di cafe, jangan merokok!"
"Kita berada di area yang bebas merokok." Pria itu mengedikkan dagunya ke arah sebuah tanda yang artinya tempat untuk merokok.
Xiao Zhan mendengus kesal. Pria manis itu tak menyangka jika kebiasaan rokok sang suami kambuh lagi setelah sebulan menghilang. Entah ke mana ia membawa anaknya pergi, Xiao Zhan hampir gila mencari keberadaan mereka.
"Wang Yibo –"
"Gege. Kau lupa kalau aku lebih tua 2 tahun darimu?"
Xiao Zhan mendecih. Ia tak tahan berlama-lama dengan Wang Yibo saat ini. Tapi mau bagaimana lagi? Demi mengetahui keberadaan anaknya, Xiao Zhan rela berlama-lama bersama pria ini.
"Aku sudah bertanya dengan baik-baik." Pria bergigi kelinci itu mencoba menahan amarah dengan menarik napas, "di mana Shizui sekarang?"
"Dia ada. Di suatu tempat paling aman. Jauh dari ibunya yang tukang selingkuh."
Jika ini bukan di tempat umum, Xiao Zhan ingin berteriak di depan wajah Wang Yibo atas tuduhan yang membuat harga dirinya jatuh.
"Sudah kubilang, aku tidak berselingkuh dengan pria itu. Dia hanya juniorku di kantor, Wang Yibo. Please mengertilah!"
"Oh...junior yang membiarkan dirimu dicium olehnya?"
Xiao Zhan tidak ingin mengingat ini. Ia mengaku, ia salah karena telah terlena dengan ciuman Peng Chuyue waktu itu. Ia tidak tahu jika ada yang menangkap momen tersebut hingga suaminya marah besar setahun yang lalu. Dan itulah alasan Wang Yibo berubah kasar dan melarangnya untuk bekerja.
"Itu kecelakaan. Aku menolaknya. Kita tidak ada hubungan apapun kecuali senior dan junior. Sudah aku bilang setahun yang lalu. Kenapa kau masih mengungkitnya?!"
"Lalu, kenapa kau menggugat cerai aku kalau bukan ingin bersamanya?" Ia mengembuskan asap rokoknya lagi dan tertawa kaku, "ya...ya...aku tahu. Gajiku memang kecil dari pada kau dan pria itu. Tapi setidaknya aku bisa memenuhi kebutuhan kita selama sebulan, kan?"
Xiao Zhan tidak ingin membahas ini lagi. Padahal sudah jelas jika ia menggugat Wang Yibo karena sikap kasarnya yang setahun ini ia terima. Ia bahkan hampir kena pecat bosnya karena kedapatan Wang Yibo –yang notabene suaminya –membuat onar di kantor yang saat itu mengajak berkelahi dengan pria bernama Peng Chuyue.
Xiao Zhan sudah lelah. Ia ingin hidup damai. Tak apa jika ia mengurus Shizui sendirian, asal hidupnya tak ada beban seperti ini.
"Aku sudah tidak ingin membahas ini lagi."
"Kenapa? Apa si pacarmu itu sudah naik jabatan di kantor? Jadi, kau tidak membahas mengenai uang lagi karena dia sudah memberimu uang bulanan?"
"Cukup Wang Yibo. Aku bertahan dan mau duduk di sini hanya karena ingin tahu keberadaan anakku."
"Tenang. Dia aman. Aku memenuhi semua kebutuhannya termasuk susu dan juga kebutuhan lainnya."
"Ijinkan aku untuk melihatnya. Aku mohon." Pria 27 tahun itu tak merasa jika kedua pipinya sudah basah karena air matanya. Dia sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya yang ia lahirkan. Dirinya tak menyangka jika ia terpisah dengan anaknya, karena suaminya sendiri.
"Cabut gugatan cerai yang sudah kau ajukan di pengadilan. Kembalilah padaku, resign dari kantormu dan kau akan melihat Shizui."
Itu tidak mungkin. Harapannya memang ingin berpisah dengan Wang Yibo, memulai hidup baru dengan sang anak dengan damai. Bagaimana bisa ia kembali bersatu jika Wang Yibo belum mengubah perangainya?
Xiao Zhan tak menjawab, ia hanya menunduk sambil menghapus sisa air matanya yang malah kembali keluar.
"Kenapa diam?! Tidak mau?!" Bentak Wang Yibo dengan suara rendah dan menekan. Membuat pria manis itu mendongak dan menatapnya takut.
"Aku tidak ingin bersamamu lagi."
Xiao Zhan kaget saat Wang Yibo mulai memegang lengannya dengan cukup kuat. Ia sedikit merintih kesakitan karena tangan berotot sang suami telah memegang lengannya dengan sangat kasar. Terlebih lagi ada rokok yang masih ia pegang. Xiao Zhan takut, jika nanti rokok tersebut mengenai kulitnya.
"Dengar, Xiao Zhan. Kau tidak akan bertemu dengan Shizui jika keinginanku tidak kau kabulkan. Mengerti?!"
"Le-lepaskan. Sakit!"
Akhirnya Wang Yibo mau melepaskan lengannya yang kini memerah akibat remasan tadi.
"Dan ingat, jangan sekali-kali kau lapor orang tuamu akan hal ini. Atau kau tahu akibatnya." Setelah ancaman tersebut, Wang Yibo mematikan rokoknya dan berdiri. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia berbalik dan pergi.
*****
Dirinya memang hanya pencipta lagu yang belum sukses. Bisa dikatakan, karya-karyanya belum ada yang membeli dan ia hanya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Akan tetapi, Wang Yibo yakin, suatu saat karyanya akan booming oleh seorang penyanyi dan dirinya akan dikontrak oleh label musik di China.
Namun, sejak ia lulus kuliah, memang harapannya tak pernah terwujud. Wang Yibo sudah banyak menciptakan banyak lagu, menawarkan ke agensi-agensi musik, namun tak ada yang mau menerima.
Setelah ia menikah dengan kekasihnya, ia semakin bersemangat. Ia ingin memberikan kehidupan yang layak untuk orang yang ia cintai dengan menjadi pencipta lagu. Tapi pada kenyataannya, dirinya hanya membuat Xiao Zhan kekurangan dan menuntutnya untuk bekerja dan membantu perekonomian rumah tangganya ini.
Wang Yibo sebenarnya tidak enak, melihat Xiao Zhan yang hamil dan masih bekerja sementara dirinya di rumah. Menunggu Xiao Zhan pulang dan memasakannya sesuatu. Bukannya dirinya yang membelikan kebutuhan rumah tangga, malah Xiao Zhan yang memenuhi semuanya.
Ia malu, ia juga takut jika Xiao Zhan menganggap dirinya suami tak berguna. Hingga yang ditakutinya datang. Di siang hari ketika ia sedang membuat lagu, tiba-tiba ada sebuah pesan dari nomor asing yang mengirimkan sebuah foto.
Foto yang mengawali bencana, di mana Xiao Zhan telah berciuman dengan seorang pria yang tak ia kenal. Kesal, sedih dan takut bercampur jadi satu. Hingga ia melampiaskannya dengan berbuat kasar pada Xiao Zhan.
Dia menyesal, dia ingin berubah jika Xiao Zhan ingin memberinya kesempatan. Maka dari itulah, ia membawa Shizui bersamanya agar mencegah dirinya bercerai dengan Xiao Zhan. Anggap saja Wang Yibo sedang menyandera anaknya, tapi dia pun tak ingin disebut demikian.
"Papa..."
Lamunan Wang Yibo pecah saat sebuah suara kecil mengintrupsinya. Shizui berjalan ke arahnya. Dan di belakangnya ada ibunya yang terlihat lelah.
"Shizui..." Ia segera menghampiri anaknya dan menggendongnya. Anak itu segera mengalungkan lengannya ke leher Wang Yibo dan bersandar ke dada bidangnya.
"Maaf Bu karena harus mengurus Shizui lagi."
"Tak apa. Ibu senang. Lagian restoran sedang diurus oleh kakakmu."
Pria 29 tahun itu tersenyum sedih. Ia tak tega melihat ibunya yang akhir-akhir ini dititipi Shizui. Mau bagaimana lagi? Uang untuk daycare sudah ia bayarkan untuk sewa flatnya.
"Nak, tidakkah kau cari pekerjaan lain? Kau itu pintar, tak apa mencari pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusan kuliahmu. Asal bisa memenuhi kebutuhanmu dan Shizui. Juga membuat kau bisa kembali dengan istrimu."
Wang Yibo menunduk untuk melihat Shizui, anak itu ternyata sudah tertidur. Mungkin balita itu lelah menunggu dirinya di restoran sang nenek hingga tak ada waktu baginya tidur siang.
"Aku..sedang membujuk Xiao Zhan dulu, Bu. Dia masih kekeh ingin bercerai denganku."
Sebenarnya sang ibu merasa kasihan dengan putera bungsunya itu. Ia sangat mencintai Xiao Zhan. Jika tidak, ia tak mungkin berbuat senekad ini dengan menyembunyikan Shizui dan mencegah Xiao Zhan menceraikannya.
"Apa perlu ibu membantumu?"
Wang Yibo tersenyum tipis, "tak usah, Bu. Masalah ini, biar aku saja yang selesaikan."
Wanita setengah abad itu menghela napas, "ya sudah. Jika nanti kau perlu apa-apa dari ibu, datang saja ke restoran. Kau tahu, kan, nak? Kau juga boleh memiliki restoran ibu bila kau masih belum ada pekerjaan tetap."
"Terimakasih, Bu. Hati-hati di jalan." Wang Yibo tak menanggapi ucapan sang ibu. Ia sudah sangat menyusahkan ibunya, bagaimana bisa ia menerima usaha kuliner yang memberi sang ibu penghasilan?
Setelah itu, wanita tersebut keluar dari flat kecil anaknya. Wang Yibo pun berbalik sambil menggendong buah hatinya yang tertidur dalam dekapannya. Dengan pelan, Wang Yibo berjalan menuju kamar satu-satunya yang ada di flat yang ia sewa.
Ia pun menaruh balita itu ke ranjang. Membelai kepalanya dengan rasa sayang dan dengan pandangan bersalah. Ia sebenarnya tidak tega melakukan ini. Setiap harinya, Shizui menanyakan Xiao Zhan.
Dirinya juga sering pergi untuk bekerja, membeli kebutuhan untuk Shizui agar anak itu betah tinggal dengannya. Minggu ini memang ia sama sekali tak bekerja, uang habis dan tak ada biaya untuk menitipkan Shizui ke Daycare, maka dari itulah 3 hari ia menitipkan Shizui pada ibunya.
Dari situlah ia bercerita mengenai hal yang sedang menimpanya. Ibunya menangis, ia langsung merasa berdosa.
Dan tadi, ia bertemu dengan Xiao Zhan. Pemuda yang ia cintai juga menangis, dan itu karenanya. Memang, dirinya adalah manusia tak berguna.
"Shizui, apakah Papa harus menyerah?"
Ia memandang anak semata wayangnya itu dengan tatapan sedih. Tangan kasarnya masih membelai kepala dan wajah sang anak dengan pelan. Ia lalu menghela napas panjang.
"Haruskah Papa menyerahkanmu dan mengakhiri semuanya? Aku tidak ingin membuatmu menderita lagi."
****
Xiao Zhan tak pernah segembira ini sejak sebulan belakangan. Dia sudah meminta ijin kantornya tidak berangkat dengan alasan urusan keluarga. Ya, benar. Xiao Zhan tidak bohong. Dia memang ada urusan keluarga dan sangat penting.
Wang Yibo akhirnya mau menyerahkan Shizui padanya.
Entah mukjizat apa yang Tuhan berikan pada Wang Yibo sehingga hatinya luluh dan mau mengembalikan Shizui pada pelukannya. Tuhan telah mengabulkan semua doa malamnya. Ia bersyukur dan tak menghilangkan kesempatan ini.
Wang Yibo berjanji untuk menemuinya di sebuah restoran dekat dengan taman kota. Jam 10 pagi. Sekarang jam 9. Masih ada 1 jam. Meskipun dari apartemennya menuju tempat temu hanya berjarak 20 menit, Xiao Zhan ingin datang lebih awal.
Akhirnya, ia kini sudah sampai dan duduk di sebuah meja di restoran yang Wang Yibo sebut. Kedua pipinya tak berhenti mengembang karena ia terus-terusan tersenyum tanpa ragu.
Jam 10 lewat 15 menit. Wang Yibo tiba dengan membawa Shizui yang ia pegangi lengan mungilnya.
Tak bisa menyembunyikan perasaannya, Xiao Zhan pun berlari dan memeluk Shizui dengan kencang. Ada setitik air mata jatuh di kedua pipinya. Namun, pria 27 tahun itu mengabaikannya.
"Mama, Shizui kangen Mama." Dengan lengan kecilnya, balita itu memeluk ibunya dengan kerinduan.
"Mama juga kangen Shizui." Lalu, ia melepaskan pelukannya dan menghujani puteranya dengan ciuman di seluruh wajahnya.
Shizui terlihat lebih kurus –pikir Xiao Zhan. Ia ingin marah dengan Wang Yibo karena hal ini. Tapi tak ada waktu untuk melakuan hal itu. Ia bisa melakukannya nanti saat Shizui tak ada.
Wang Yibo yang sedari tadi berada di sana, hanya berdiri diam membeku. Pandangannya kosong dan tak berekspresi. Entah apa yang sedang ia rasakan, Wang Yibo sendiri saja tak tahu.
"Kita duduk dulu." Perintah Xiao Zhan. Lalu, ia membawa Shizui ke dalam rengkuhannya seakan-akan Yibo akan mengambil anaknya lagi.
"Terimakasih karena mau mempertemukanku dengan Shizui."
Wang Yibo tak menjawab. Ia hanya menunduk, dengan pandangan kosong dan duduk tanpa bergerak, berseberangan dengan Xiao Zhan.
"Aku tak menyangka, kau mau mengabulkan permintaanku."
"Berarti sekarang Shizui bisa tinggal dengan Mama dan Papa?"
Baik Wang Yibo dan Xiao Zhan langsung melihat satu sama lain. Seperti mengetahui apa yang akan Wang Yibo utarakan, Xiao Zhan beralih untuk melihat puteranya dan berkata,
"Shizui main ke tempat itu dulu, ya?" Xiao Zhan menunjuk tempat main untuk anak-anak yang ada di restoran itu. Kini, Xiao Zhan tahu tujuan Wang Yibo memilih tempat ini sebagai tempat pertemuan mereka.
Shizui yang memang anak penurut, segera turun dari gendongan Xiao Zhan dan berlari riang menuju tempat bermain yang dimaksud.
"Maafkan aku karena menjauhkanmu dari Shizui selama sebulan ini."
Wang Yibo yang sedari tadi diam, akhirnya bersuara dengan suara seraknya. Ia memang sedang kurang sehat karena 2 hari ia kurang tidur akibat memikirkan keputusannya ini.
"Tak apa. Yang paling penting, kini kau mau mempertemukanku padanya."
Sebenarnya, dibalik kebahagiaan bertemu dengan Shizui, Xiao Zhan juga memiliki rasa takut jikalau Wang Yibo memintanya untuk kembali bersama pria itu. Dalam hati Xiao Zhan, ia sungguh dan sudah membulatkan tekadnya untuk bercerai dengan Wang Yibo.
"Dan ini, hadiah dariku yang kau harapkan sejak lama." Wang Yibo mengeluarkan lipatan kertas dari dalam saku jaket denimnya. Pria itu pun meletakkan kertas tersebut di atas meja dan mendorongnya ke arah Xiao Zhan.
"Apa ini?" ia pun menerimanya dan membuka lipatan kertas tersebut. Kedua matanya membulat saat melihat kertas yang ia genggam adalah surat perceraian yang 5 bulan lalu Xiao Zhan ajukan padanya.
Proses perceraian memang tidak dapat dilangsungkan karena belum ada persetujuan dari Wang Yibo dengan mendatangani surat tersebut. Tapi kini, surat itu sudah terisi dengan nama, tanda tangannya serta stempel sah.
"I-ini –"
"Aku telah memikirkan ini semalaman. Ya, mungkin kau benar. Aku bukan suami yang bisa diharapkan. Aku juga bukan ayah yang baik untuk Shizui."
"Aku tidak akan menerima pernikahan ini jika kau tidak baik, Yibo."
"Tapi nyatanya sekarang kau meminta berpisah denganku, kan?"
Tenggorokan Xiao Zhan kering. Ia tidak tahu harus menjawab apa dengan pertanyaan Wang Yibo ini.
Pria 29 tahun itu tersenyum getir dan memandang nyalang ke arah jendela kaca yang ada di dekatnya.
"Aku ingin untuk terus membangun keluarga denganmu, Zhan. Aku ingin jadi suami dan ayah yang baik untuk kau dan Shizui."
Pria manis tersebut menunduk, ia tak boleh menangis begitu mudah. Ia kuat dan ingin menunjukkan padanya bahwa selepas perpisahan ini, ia tak membutuhkan Wang Yibo sebagai pendampingnya.
"Tapi sepertinya perasaanmu sudah banyak berubah. Aku mencoba setia, dan kamu menampik itu."
"Wang Yibo –"
"Datangi aku seminggu kemudian." Potong Wang Yibo segera, ia memandang Xiao Zhan kali ini dengan intens, "surat itu, hakmu. Mau kau ajukan ke pengadilan atau tidak, terserah. Tapi jika kau memberiku kesempatan kedua, aku sangat berharap, kertas itu tak akan kau serahkan ke Pengadilan."
Setelah mengatakan itu, Wang Yibo berdiri dan berjalan ke arah playground tempat Shizui sedang main. Xiao Zhan tidak tahu apa yang Wang Yibo katakan pada puteranya. Tapi Shizui terlihat merengek dan tidak rela melepaskan Wang Yibo.
Pria itu segera keluar dan meninggalkan Shizui di tempat bermain. Saat di depan pintu, kepalanya menoleh kearah Xiao Zhan dan menatapnya dengan tatapan sedih.
Xiao Zhan melihatnya. Wang Yibo menatapnya dengan tatapan sedih.
*****
Wang Yibo telah diterima di sebuah agensi artis yang masih berkembang. Impiannya terkabul. Ia akan bekerja di tempat yang ia inginkan meskipun perusahaan yang ia masuki belum besar.
Sudah 2 hari ia bekerja di perusahaan itu. Dan hari ini semakin membuatnya bersemangat karena akan bertemu dengan Xiao Zhan. Ia akan memberikan kabar ini padanya. Ia akan membuktikan, jika dirinya bisa menjadi suami yang baik dan bisa menafkahi keluarga kecilnya dengan cukup.
Xiao Zhan menginginkannya bertemu di restoran sama seperti seminggu yang lalu. Ia menyanggupinya.
Dan di sinilah ia, berhadapan dengan sang istri yang menatapnya dengan wajah datar. Wang Yibo berharap, ini akan berakhir bahagia.
"Apakah Shizui sehat?" Pertanyaan Wang Yibo pertama pada Xiao Zhan untuk mengurangi kecanggungan.
"Sehat. Sekarang aku sudah tinggal di rumah orang tuaku. Jadi, sekarang Shizui sedang bersama neneknya."
Wang Yibo tersenyum, "syukurlah." Wang Yibo kembali menatap Xiao Zhan dan tersenyum padanya, "bagaimana keputusanmu soal yang Minggu lalu?"
Xiao Zhan tak menjawab, justru ia mengeluarkan sebuah amplop coklat yang ia sodorkan pada Wang Yibo di atas meja.
Tangan pria bermarga Wang itu langsung bergetar, saat melihat amplop tersebut, memiliki lambang Pengadilan Seoul dengan jelas. Ia takut untuk menerimanya.
"Zhan, ini apa?"
"Buka saja."
Dengan ragu dan tangan yang tiba-tiba terkena tremor, Wang Yibo membuka isi dari amplop tersebut. Kedua matanya membaca rentetan huruf yang ada pada surat itu, dan membuatnya ingin menitikkan air mata.
"Aku memutuskan untuk menyerahkan surat itu kepada Pengadilan. 3 hari lagi, kita akan melakukan mediasi, dan itu surat pemanggilanmu."
Wang Yibo segera menutup surat itu. Ia tak kuat lagi untuk membacanya. Matanya sudah memerah, namun tak ada air mata yang menetes. Dirinya terlalu banyak berharap, hingga fakta ini membuatnya sakit hati dengan cukup parah detik ini.
"Jadi, kau tak memberiku kesempatan?"
Xiao Zhan tak ingin melihat wajah Wang Yibo, jadi ia menunduk sambil memainkan jarinya. "Maaf."
Wang Yibo tersenyum getir, ia pun sedikit meremas surat itu di bawah meja.
"Kau masih bisa bertemu dengan Shizui. Hak asuhnya akan jatuh padaku karena dia masih di bawah umur."
Pria 29 tahun itu tak ingin berkata apa-apa lagi, ia pun tak ingin mendengar ucapan Xiao Zhan yan menjelaskan prosedur perceraian.
"Tapi, aku akan pindah ke Jepang."
Pernyataan itu sukses membuat jantung Wang Yibo berhenti.
"Apa?"
"Kantor pusat ingin mempromosikanku. Tapi, dengan syarat aku harus bekerja di kantor Jepang."
"La-lalu, bagaimana aku bertemu dengan Shizui?"
"Kau bisa datang ke Jepang. Nanti akan aku kasih alamatnya. Kau pun tak perlu membayar tunjangan anak. Aku bisa memenuhi kebutuhan Shizui."
Ini kiamat. Wang Yibo merasakan nyawanya seperti hilang separuh setelah mendengar ini. Ternyata benar, terlalu membayangkan hal-hal yang indah justru akan jatuh sakit bila bayangan indah itu tak jadi nyata. Namun, Wang Yibo tak tahu bisa sesakit ini.
"Tak bisakah kau sesekali datang ke China, menemui keluargamu mungkin?"
Xiao Zhan tidak langsung menjawab, ia hanya tersenyum kaku dan berkata, "mereka juga ikut denganku. Adikku diterima di universitas sana. Dan ayah pun sudah pensiun."
Benar, Wang Yibo mungkin sudah setengah mati. Nyatanya, kini seluruh anggota tubuhnya tak bisa ia gerakan.
"Kau tidak apa 'kan jika datang ke Jepang? Kalaupun tak ada uang untuk ke sana, aku bisa membelikanmu tiket."
Sebenarnya, ini menghancurkan harga dirinya. Namun, Wang Yibo diam saja dan mengangguk dengan kaku atas usul Xiao Zhan tadi.
"O iya. Kau bilang, akan mengatakan apa padaku?"
Oh, benar. Wang Yibo ingin mengatakan kalau dirinya sudah bekerja di agensi artis dan Idol sebagai produser musik. Ia juga akan bilang bahwa gajinya nanti akan lebih besar dari yang dulu dan mampu memenuhi kebutuhan mereka berdua.
Tapi....
Apakah ini penting untuk dikatakan setelah semua yang Xiao Zhan mengatakan apa yang akan terjadi di masa depan?
Wang Yibo kira, ini tak penting sama sekali.
Ia pun tersenyum, menghela napas keras dan memperbaiki posisi duduknya, "tidak. Itu tidak penting."
"Benarkah?"
"Iya. Aku pamit. Aku janji akan datang ke Pengadilan 3 hari lagi."
END
Sudah. Tamat. Sekarang, saya minta VOTE dan KOMENTAR!
Arigatchu~ :*
P.s. Peng Chuyue adalah salah satu anggota X NINE Bareng Mama Zhan. Dan moment mereka berdua gk kalah sweet dari YiZhan XD
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top