8 - Menjadi Inti Tidak Menjamin Apa-apa

9 November, 14:52 pm

Sore ini Kao berkunjung lebih cepat dari jadwal pulang sekolah yang seharusnya. Bahkan, sangat cepat seperti ini bahkan belum bel terakhir.

Kao bukan tipe yang kabur-kaburan, meski aku yakin dia sebenarnya ingin melakukannya. Bertahun-tahun dia mempertahankan predikatnya sebagai siswa contoh, dan kali ini dia kabur baik dari kelasnya, maupun dari latihan sorenya.

Kao membawa bunga sebagai pengisi vas yang kosong. Jadi dia bukan hanya berhasil kabur dari paman penjaga gerbang, tapi juga berhasil berlari kabur dan entah bagaimana sampai ke toko bunga. Bukan tipe oleh-oleh yang kusuka sih, aku lebih senang jika dia membawa makanan.

"Menurutmu, aku melakukan hal yang benar?" tanyanya, setelah rampung mengisi air dan setangkai bunga pada vas.

Aku tidak mengerti dari mana pertanyaan itu berasal, atau apakah dia sudah mempertimbangkan bertanya itu padaku. Rasanya aku adalah orang paling terakhir yang seharusnya ia tanyakan soal kabur dari latihan. Aku selalu melakukannya sebisa mungkin, jika Kyo dan Aki tidak hadir. Latihan dengan senior selalu terasa buruk, apalagi jika kalian lebih hebat dari senior tersebut.

"Tentu tidak," ucapku, tentunya sejujurnya. "Sesekali tidak apa! Asal yah, jangan tumpul."

"Kamu enak! Sudah jadi inti padahal masih ada kelas tiga."

"Kata siapa? Satu-satunya alasan yang diterima supaya bisa kabur ya hanya saat seperti ini. Saat cedera. Dan kau tahu ...," aku mengulet—tapi tidak tertuntaskan berkat penyanggah pinggang sialan ini, "Kami inti tidak begitu mempercayai pengganti kami, jujur saja."

"Mungkin. Tapi aku hebat. Osawa-senpai lebih memilihku ketimbang Kaji-san."

"Kamu lebih dipilih karena Osawa-senpai tidak bisa bekerja sama dengan Kaji-san," ucapku sambil mengambil pisang dari nakas. "Maksudku, dia anggota timnas muda juga, kan?"

"Menjadi timnas muda bukan berarti lebih hebat juga!"

Emosi Kao mulai naik, dan sejujurnya aku sama sekali tidak nyaman dengan kenaikan nada tersebut. Tidak, aku tidak begitu peduli juga sih, aku hanya tidak senang dengan kenaikan emosi yang mendadak.

Rasanya tidak diperlukan.

"Oke—maaf." Kao menarik napasnya. Tidak ku sangka dia yang meminta maaf duluan. "Oke, bagaimana dengan penggantimu? Ku dengar dia anak kelas satu? Kamu mengenalinya?"

Ah. "Oh, ya! Astaga aku nyaris melupakannya! Banyak sekali pesan masuk, dan dia bukan prioritas sih jadi terkubur jauh."

Keputusanku membuka ponsel, terutama pesan masuk adalah satu lagi kejadian yang aku sesali. Ketika aplikasi pesan tersebut terbuka maka pertanda bahwa akunku online akan menyala, sehingga, pesan-pesan yang sengaja ku 'abaikan' akan mendapati bahwa aku baru saja mengabaikan pesan mereka. Yah, tidak semua orang begitu memperhatikan hal detail kecuali sungguhan urgensi, tapi—

Osawa Kain sungguh tidak berpikiran begitu.

Tepat ketika aku membuka aplikasi pesan, maka pesannya seketika baru saja masuk. Seakan baru beberapa detik yang lalu, dan seakan—seakan dia memang menunggu sampai statusku menjadi online.

Bagian paling menjengkelkannya adalah, "Kau merebut Onuma dariku."

Sekilas kubiarkan ponselku dalam mode membuka pesannya, tapi tidak berniat sedikitpun membalas. Oh, jika ini berlanjut lebih lama maka kejadian yang kemarin akan terjadi lagi. Dan apa yang terjadi kemarin?

DIA MENELPONKU.

Tepat ketika aku hendak mengabaikan dan tiba-tiba saja nada dering di ponselku berbunyi. Oke, akan ku abaikan. Akan ku abaikan. Dia tidak akan sekeras kepala itu kan menghubungiku hanya karena salah satu anggota kesayangannya menghilang?

Oke, ini mulai menjengkelkan....

"Tidak diangkat, Ain?"

Aku menahan napas, dan menatap Kao dengan wajah tidak percaya. "Kau mematikan koneksi di ponselmu?"

"Lebih tepatnya aku mematikan ponselku. Memang kenapa?"

Dengan lemas ku tunjukkan layar ponselku yang menampilkan kontak Osawa-senpai, masih berusaha menghubungi. Kao lantas berdecak.

"Jangan diangkat. Malahan, blokir saja dia. Seharusnya dia tidak punya urusan denganmu."

"Sebenarnya urusan dia denganku juga ada hubungannya denganmu."

"Itu menjengkelkan!"

Kao mengambil paksa ponselku dan segera menggulirkan pilihan merah untuk menolak panggilan tersebut. Aku yakin Osawa-senpai bukan tipe yang semudah itu diruntuhkan—dan benar saja. Ponselku kembali berdering dan lagi-lagi, Kao menggulirkan pilihan merah. Kejadian itu berulang hingga tujuh kali sampai-sampai sudah tiga pisang yang termakan selama menonton drama ini.

Panggilan ketujuh nampaknya Kao juga semakin bosan. Dia melakukan sesuatu dengan ponselku dan setelah itu, tidak ada lagi panggilan yang masuk.

"Kau mematikan ponselku?"

"Aku memblokirnya."

Dia ini—yah, aku pun tidak masalah. Sempat kaget, tapi tidak begitu terkejutnya. Melalui sikapnya terhadap Osawa-senpai, baru kusadari rupanya dia tipe yang bisa jahat juga ke senior. Kao jarang bertindak berlebihan seperti itu, mungkin dia hanya muak.

Karena hari semakin larut, ia putuskan untuk merapikan barangnya dan beranjak pulang.

...

Malam ini aku berhasil setidaknya memahami materi biologi hanya bersumber dari catatan Kao, beserta youtube tentunya. Karena Ibu sudah membawakan laptop, aku pun lebih leluasa melanjutkan belajarku—sekaligus hobi menonton—yang sulit dikerjakan hanya dengan ponsel. Tadinya aku hendak menghadiahi pencapaian kecil tadi dengan menonton serial romansa yang belakangan ramai. Tapi aku mengingat, ada Akana yang sewaktu-waktu bisa penasaran dan menengok ke apapun yang terpampang di layar. Sebagai kakak yang baik, tidak akan kubiarkan adik kecil manisku tumbuh terlalu cepat.

Alhasil, yang kulakukan adalah mengecek pesan masuk lagi.

Sore tadi aku melupakan membalas pesan dari gadis pengganti posisiku di turnamen nanti, dan sekarang adalah waktunya.

"Akina ..., Natsuya?" mendadak punggungku menjadi tegak. "Natsuya? Maksudnya Natsuya--Sumi-sensei?!"

Teriakanku bahkan sanggup membuat Ibu dan Nenek yang sedang sibuk bermain catur pun menoleh. Ibu hanya menoleh, tenang seperti biasa.

"Kenapa, Oin?"

"Ini, Kaa-san! Anu, masa penggantiku satu marga dengan Sumi-sensei!"

Karena sudah gilirannya kembali, Ibu kembali menoleh pada papan. "Bagus dong? Kaa-san tidak tahu Sumi-sensei punya anak."

"Jangan bodoh, Kayo." Nenek tidak berpaling dari papan, tapi ia jelas mendengarkan dengan baik. "Sumi terlalu muda untuk menikah, dan terlalu independen untuk berkeluarga."

"Wanita tidak perlu bersuami dan berkeluarga kan untuk memiliki anak?"

Seketika kedua mata wanita tua ini sama-sama menyorot padaku, tetapi dengan tatapan yang diberikan sungguh berbeda. Ibu, nampak sangat kecewa dengan perkataanku, sekaligus tidak percaya bahwa kalimat tadi sungguh keluar dari mulutku. Sementara Nenek, yah, dia lebih cocok terlihat akan melempar sendal berbulunya ke kepalaku lagi.

"Apapun pertanyaanmu Oin, Kaa-san yakin tidak seharusnya pembicaran ini berakhir begitu."

"Cara pikir apa itu? Kaum muda benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya!"

Nenek mulai bersungut dan itu berarti dia akan sepuluh kali lebih fokus di permainannya. Sekarang, mari kita balas pesan Akina dari marga Natsuya yang terkenal di dunia senam lantai. Sebenarnya aku yakin 100% bahwa gadis ini sama sekali tidak punya hubungan apa-apa dengan pelatih gimnastikku itu, aku hanya senang mendengar reaksi dari dua wanita independen di hadapanku ini. Jika benar gadis ini adalah Natsuya dari keluarga senam lantai itu, maka seharusnya dia sudah bergabung dengan tim gimnastik kami sejak awal. Tapi tidak! Aku tidak mengenali nama itu! Aku bahkan tidak tahu gadis ini sungguhan ada.

Atau mungkin ini hanya kesalahanku karena sering bolos latihan?

Akinatsu

Halo, selamat siang Katagiri-senpai!

Namaku Akina Natsuya. Aku yang kebetulan ditunjuk sebagai pengganti senpai untuk turnamen prefektur

Karena aku masih sangat baru, dan sudah lama tidak bertanding, aku minta mohon bantuannya ya!

Oh ya, semoga senpai cepat sembuh! Aku ingin mengunjungi senpai kapan-kapan. Apa senpai berkenan?


⑅ ┅ ⑅ ┅ ⑅ ┅ ⑅

Wah. anak ini sopan! Terlanjur sopan malahan. Dari foto profilnya bisa ku nilai dia bukan tipe yang berada di lingkaran gadis populer. Jarang sekali terjadi, terutama di area anak gimnastik tentunya.

⑅ ┅ ⑅ ┅ ⑅ ┅ ⑅


Aine Katagiri

Halo, Natsuya. Maaf baru membalas, agak sibuk dengan diri sendiri hehe

Ya! Mohon kerja samanya juga ya! Aku harap tidak begitu membebanimu

Meski sebenarnya sangat membebani :( bukan masalah kalau kamu menyukai olahraga ini sih.

Boleh, tentunya boleh! Nanti aku jadwalkan juga, sekalian membicarakan untuk turnamen. Bagaimana?


Aku menghela napas setelah mengirim pesan terakhir. Ini sudah terlanjur larut, tidak mungkin menunggu pesan dari seseorang yang bahkan sudah ku abaikan selama 4 hari. Aku putuskan untuk kembali ke menu pesan awal dan ..., merasa ada yang aneh.

Ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang seharusnya berkicau ribut pada tengah malam begini, tapi tidak terpikirkan. Grup kelas ada, grup gimnastik ada, grup ballet ada, grup sahabat juga ada. Apa yang salah? Rasanya seperti aku baru saja meninggalkan sebuah grup, atau menghapus chat terakhir dari kontak penting-

Ah, oke.

Aku memilih pilihan kontak diblokir dan akhirnya mendapat jawaban tersebut.

Osawa Kain: blocked

Hmm entahlah, rasanya aneh entah kenapa. Mungkin aku hanya bosan, atau simpelnya hanya kesepian. Dia pasti sudah ribut di pesan, tapi melihat pesannya yang tak kunjung terkirim ia pasti kebingungan. Mungkin sekarang dia sudah menyadari bahwa kontaknya telah diblokir, dan kini akan berbalik mengganggu Kao secara langsung.

Kalau begitu skenarionya maka bebas saja kan, jika aku melepas status blokirnya dari daftar orang-orang menjengkelkan ini? Yah, maksudku, daftar kontak terblokir ku sungguh berisi orang-orang dengan tingkat kurang ajarnya tidak tertolong. Berurusan dengan daftar nama ini hanya akan membuatku terus-terusan emosi, dan emosi menyebabkan darah tinggi, darah tinggi menyebabkan penuaan dini dan finalnya, mati muda. Tidak juga sih, aku hanya berpikir asal yang tadi tapi intinya-aku benci sekali melihat daftar ini.

Dan menurutku, mungkin ..., Osawa-senpai belum separah itu sampai harus masuk ke daftar palung nerakanya Aine Katagiri. Sebagai sesama inti dari olahraga masing-masing, aku tentu memahami sikapnya yang berlebihan

Mungkin?

Ah, entahlah! Aku terus-terusan mencari alasan padahal sebenarnya, diri ini hanya penasaran!

Dan begitu saja, aku melepaskan kontaknya dari status terblokir.

Dan seketika--

Osawa Kain: 47 unread message!

Mungkin seharusnya aku kembalikan dia ke daftar palung neraka milikku. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top