Wyterseen yang Terseok


"Jangan!" seru Andiane saat para bangsawan mulai meniru Stanislaw, tapi suaranya redam oleh lolongan sang vehemos yang meliputi ruangan bagaikan teror. Andiane sontak menoleh ke arah Mikhael dan menepis gelas itu dari tangannya. Gelas itu pecah begitu saja dan Mikhael menatap Andiane ketakutan.

"Jangan!" suara Andiane bergetar saat menggoyang bahu Mikhael. Pemuda itu menangis saat Andiane meraung. "Ini yang mereka lakukan pada kakekku!"

"Apa? Dia bilang apa?"

Seseorang di belakang Andiane memekik. Matanya melotot, dan jarinya menuding ke arah sang gadis dan Mikhael. "Dia bilang sesuatu!"

Namun, belum sempat dia melanjutkan kata-katanya, pintu kayu di sisi lain ruangan menjeblak terbuka. Dua orang pria tergesa-gesa masuk dengan wajah ketakutan setengah mati—peluh membasahi wajah yang merah padam.

"Bubar! Pulang semua!" seru salah seorang. "Diane dan Phil menghilang—para Lakar sedang dalam perjalanan untuk meminta saksi! Pulang kalian semua, jangan sampai ada yang tahu!"

Seisi ruangan berubah gagap gempita. Dua Dewan Tinggi yang dinanti-nanti ternyata takkan datang, karena mereka menjadi korban selanjutnya yang hilang secara misterius! Para bangsawan berhamburan keluar ruangan, sebagian langsung ber-Etad, meninggalkan vehemos itu terkapar lemas di jerujinya. Andiane spontan menarik tangan Mikhael dan meraih Nyonya Geneva. Wanita itu bersama Tuan Kastor, dan melihat kedatangan Andiane membuatnya buru-buru meraih suntik. Tetapi Andiane langsung memukul jauh suntik itu dengan Energinya. Nyonya Geneva kaget, terlebih-lebih Tuan Kastor, yang menatap Andiane dengan amarah.

"Jangan ikut campur!"

"Tidak!" Andiane berteriak. Masa bodoh dengan keberadaan para bangsawan lain, mereka pun sibuk menyelamatkan diri dan buru-buru meminum cairan sang vehemos. Andiane tidak tahan dengan raungannya yang menyakitkan. "Nyonya, jangan minum—"

"ENYAH, WESTON!!" Tuan Kastor melemparkan seberkas bola cahaya ke arah Andiane. Gadis itu mengerang karena terlampau silau, dan balas mengempaskan asap hitam. Bola cahaya itu lenyap, berikut gelas-gelas yang masih utuh, dan para bangsawan yang tersisa memilih untuk langsung ber-Etad. Tak ada yang mau terseret masalah lebih jauh.

Tuan Kastor mengumpat kesal. Ia melemparkan bilah-bilah metal. Nyonya Geneva menjerit, tapi Andiane dengan cepat menghindar dan bilah-bilah metal itu menancap pada dinding-dinding. Mereka lantas saling melempar Energi—metal yang dibalas terpaan angin, cahaya yang dibalas dengan asap hitam menyulur, dan pertarungan kilat itu membuat suasana makin mencekam. Andiane mulai kepayahan dan merasa lelah, tapi ia tidak menyerah untuk menarik Nyonya Geneva dengan sedotan udara yang keras. Nyonya Geneva nyaris terjungkal. Andiane buru-buru mengangkatnya dan berusaha mengempaskan Tuan Kastor ke dinding. Sang Lakar mampu menghalau serangan Andiane dan melemparkannya ke vehemos—yang meraung lagi—dan Andiane menangisi kelemahannya.

Oh, Franco, tolonglah!

"Jangan!" seru Andiane kesal. Sekali lagi ia melontarkan Energi udaranya, yang dengan sigap dilibas oleh Tuan Kastor, dan saat itu juga Andiane langsung membanjiri seisi ruangan dengan asap hitam yang begitu cepat. Tanpa menunggu lagi, gadis itu merengkuh kedua Wyterseen di tangannya, dan mereka pun menghilang dalam kobaran api misterius.



Saat udara melonggar, Andiane langsung jatuh di atas tubuh Franco dan mereka berdua terguling. Franco mengerang kesakitan dan segera menendang Andiane menjauh. Ia mendapati Mikhael terjatuh, sementara Nyonya Geneva mampu menyeimbangkan diri saat terlempar dari udara bebas.

"Oh!" seru Franco kesal. "Siapa pun jelaskan padaku ada apa ini!"

Andiane batuk-batuk. Gadis itu dengan susah payah bangkit, mengutuk sikap Franco yang terlampau kasar saat mendorongnya, dan menepuk-nepuk rok gaunnya yang berdebu. Ia lantas menyadari posisi mereka saat ini—di lorong di depan ruang kerja Dekan Geneva, dan sang nyonya dengan cepat membuka pintunya. Ia menarik ketiga murid itu agar masuk dan mengunci pintu rapat-rapat, lantas ambruk di depan pintu dan menangis keras-keras.

Franco terpana melihat sikap sang dekan. Tanpa menjawab, Andiane menghampiri Nyonya Geneva dan merengkuhnya. Maka Franco menoleh kepada Mikhael yang hanya diam gemetaran, lantas menudingkan jarinya.

"Apalagi yang kalian perbuat, dasar Wyterseen!"

"Kau tidak tahu apa-apa!" Mikhael balas membentak. Suaranya pecah.

Franco menarik napas. "Aku memang tidak tahu, tapi aku tahu kalian sama tidak warasnya! Apa itu cairan menjijikkan di wajahmu? Dan apa yang membuatku harus menarik kalian dari entah-bahaya-apa-lagi?!"

"Maafkan kami!" Nyonya Geneva sesenggukan. Tangisannya makin kencang dan Andiane bersusah-payah menenangkan sang dekan. Ia menepuk-nepuk punggungnya dengan panik, dan wanita itu menggeleng frustasi. Jemarinya mencengkeram kerah gaunnya dengan erat. "Maafkan ... kami ...," katanya lagi, dengan suara yang tersendat-sendat, membuat para pemuda yang bertikai menjadi diam. Sang dekan kemudian menceracau tak karuan akan keputusannya yang bodoh, ketakutannya yang terlalu dalam, dan kepanikannya saat ditinggal Count Wyterseen.

Para Dewan Tinggi menghilang! Jika ini bukan awal mula kehancuran Cortess, lantas apa? Sang Dekan menangisi nasibnya, dan bagaimana dia harus menjalankan institut sebesar ini sendirian sementara saudara-saudaranya yang licik berusaha ikut campur. Depresinya itulah yang mendorongnya untuk mengajak Mikhael menuruti keinginan para bangsawan yang lain: menyuntikkan Energi ekstra ke tubuh sebagaimana yang dilakukan pada kakek Andiane. Apa yang dipikirkannya? Ia bisa saja mati. Ia telah mengkhianati vehemos sumber Energi Fortier yang kini tergeletak lemah jauh di dalam tanah. Penuturan sang dekan yang penuh tangisan dan duka itu membuat semuanya bungkam, dan pada akhirnya, Mikhael pun terisak ketakutan.


+ + +


28, Bulan Padam, 1820

Bersamaan dengan berakhirnya pekan ujian semester, perasaan lega menghambur di hati Andiane. Mengesampingkan serentetan peristiwa menegangkan yang terjadi minggu lalu, gadis itu mampu melewati ujiannya dengan baik, terlebih-lebih ketika yang diujikan adalah Energinya sendiri. Andiane tak menyangka, dia mengalami kesulitan untuk mengenali Energinya sendiri di awal tahun, sedangkan kini posisinya jauh melebihi ekspektasi! Andiane tak henti-hentinya berterima kasih kepada Alexandra yang sudah mau mendampinginya selama ujian, dan kepada Tuan Kastor, yang hanya dilakukannya dalam hati, sebab pria itu adalah sosok yang paling mengejutkannya akhir-akhir ini.

Teka-teki akan Tuan Kastor terjawab saat Andiane bertemu Mikhael lagi. Sang tuan muda, kendati tampak lebih kurus daripada biasanya, tersenyum cerah saat menghampiri Andiane di depan Aula Targiden, aula dan lapangan tempat pesta dansa akhir tahun biasanya diadakan. Mikhael sekali lagi bertugas mengatur keindahan lapangan itu, dan saat mereka bertemu, tak ada obrolan yang lebih penting daripada kejadian mencengangkan minggu lalu.

Pertama-tama, Mikhael meminta maaf lagi, meski dia sudah melakukannya berulang kali bahkan lewat surat tertulis dari Nyonya Geneva. Mereka berdua sungguh-sungguh menyesal, dan beruntunglah pengakuan mereka membawa keberuntungan. Para Lakar membebaskan karena tidak ditemukan tambahan Energi di tubuh keduanya, sementara sebagian bangsawan telah tertangkap, termasuk Stanislaw Fortier. Ini menambah daftar bangsawan Cortess dan Fortier yang ditarik dari peradaban, baik menghilang secara misterius atau ditahan oleh Lakar, dan ini memengaruhi kursi Dewan Tinggi. Tuan Kastor sendiri masih dalam perburuan. Menurut Mikhael, Tuan Kastorlah yang sesungguhnya membujuk Nyonya Geneva agar ikut pertemuan itu. Masih belum ada yang tahu persis apa keinginan sang guru, tetapi yang jelas, dia adalah Lakar yang berkhianat.

"Vehemos itu juga kabur," kata Mikhael. Ada gurat kelegaan dan kepanikan sekaligus di wajahnya. "Pokoknya, ruang kumpul waktu itu benar-benar kosong saat didatangi kembali. Jerujinya sudah rusak; cairannya hilang semua dan tak menyisakan satu tetespun...."

"Oh, syukurlah. Dia sangat kesakitan."

"Ya, aku juga mendengarnya waktu itu."

Andiane mengangguk, meski tak dipungkiri kecemasan juga meliputinya. Sang vehemos kabur, dan itu seharusnya adalah hal yang baik. Dia masih kuat untuk menyelamatkan diri sendiri dan merenggut sisa cairan Energinya yang disia-siakan. Namun, vehemos itu bisa saja kembali lagi suatu saat, ketika sudah cukup kuat, dan ini berarti petaka bagi Fortier yang telah mengkhianati induk mereka. Jika itu terjadi, maka Demania Raya bakal ... yah, sebaiknya tak usah dibayangkan.

Andiane telah menguatkan tekad. Serangkaian kejadian ini menjadi awal dari titik kejatuhan dua dinasti, dan sebagaimana yang telah dikatakan Niklaus sebelumnya, bahwa tak ada harapan bagi Cortess untuk bangkit lagi seperti dulu. Klan-klan tunggal dengan segera akan mengambil posisi kosong, dan bakal banyak pemberontakan dari rakyat yang dirugikan. Tekad Andiane sederhana: melindungi Mikhael dan Nyonya Geneva selama menjalankan institut. Tentu saja selama mereka juga berada di jalan yang baik. Ia juga tidak ingin Mikhael dan ibunya berakhir seperti keluarga Olliviare, meninggalkan Viktor yang mesti berjuang dengan susah payah sendirian di tengah-tengah tekanan keluarga besarnya.

"Tapi masalah sudah selesai," kata Mikhael, menyentak Andiane dari lamunan. "Dan ... dan apa yang belum terselesaikan, akan kupikirkan nanti. Ada masalah yang lebih genting di sini, Andiane! Aku harus memetakan rencana pesta dansa untuk terakhir kali. Aku hanya datang sendirian kemari bersamamu dan mereka"—Mikhael mengedikkan dagu pada dua Lakar yang membuntutinya dari tadi—"karena aku ingin semuanya segera selesai dan tidak diinterupsi dengan obrolan tak penting!"

"Aku menurut saja," komentar Andiane, dan mereka berdua terkekeh geli. Mereka menaiki tangga melingkar yang melayang menuju Aula Targiden. Di lapangan, terlihat satu Lakar sedang berkeliling. Ia menyambut mereka dengan anggukan ramah, lantas menyingkir dari pandangan.

Cuaca hari ini cukup mendung, tetapi untunglah salju belum turun. Menurut perkiraan cuaca, hari ini justru badai akan datang di luar Elentaire.

Yah, belum ....


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top