Oh, Ketegangan Tiada Henti!


Andiane menyeringai saat Mikhael melotot.

"Siapa?"

"Franco Cleventine."

"Cleventine! Tak kusangka kalian benar-benar ... dan, Unison sejati!" Mikhael terbengong-bengong. "Astaga, Archibald, kemari! Lihatlah tanda yang menakjubkan ini. Tetapi dia mengikatnya dengan Cleventine, demi Tuhan!"

Archibald merangsek mendekat, tak kalah terkejut saat mendengar nama Unison Andiane. Dia mengumpat. "Unison sejatimu orang yang paling sinting di Institut!"

Andiane sama sekali tak tersinggung, dan justru tertawa melihat respons kedua pemuda di hadapannya. "Sudah kuduga! Tetapi ternyata begitulah adanya. Dan mungkin kau perlu mempertimbangkan ini, Mike, sebab jika kau meminta pertolonganku, kemungkinan besar dia akan menjadi cadangan pertolongan bagimu pula."

"Oh, astaga, jika boleh menolak maka aku akan melakukannya, tetapi aku tahu persis betapa besar Energi Cleventine! Asal ada kau, Andiane, kukira... aku akan baik-baik saja. Yang jelas jauhkan dia dariku sebisa mungkin."

Tawa Andiane makin mengeras saat melihat ekspresi Mikhael. Dia menutup mulutnya dan membiarkan Archibald ikut menertawakan nasib sang tuan muda yang menggeleng-geleng heran. Namun, perhatian Mikhael teralihkan saat melihat jemari Andiane.

"Oh? Di mana cincin pernikahanmu?" dan, seolah menyadari pertanyaannya sendiri, raut wajah Mikhael berubah muram. "Apakah ...?"

"Oh, tidak, tidak." Andiane mengibaskan tangan. Ia tersenyum. "Aku mengenakannya di kalung, dan ... kau tahu, Mike? Aku merasa berbeda. Kau mau kuceritakan, atau sebaiknya lain kali?"

"Tidak, ceritakan padaku saat ini dan jangan menyiksaku dengan penantian." Mikhael membetulkan posisi duduknya. "Cepat!"

"Baiklah! Jadi, bagaimana aku harus memulainya? Kukira kau sudah tahu apa yang terjadi malam itu dan mengapa dia bisa terlibat masalah semacam ini, bukan? Jadi, ya, segalanya terselesaikan, kukira. Dia kini menjadi bagian dari Lakar, dan ...." Andiane terdiam sejenak untuk menghela napas. "Dan kami tidak pernah bertemu lagi saat itu. Menurut Fra—menurut seseorang—menjadi bagian dari Lakar adalah komitmen sangat besar, dan aku tak tahu kapan kami bisa bertemu lagi. Bisa saja tahun depan, atau tiga tahun lagi, atau bahkan sepuluh tahun lagi."

Andiane mendengus melihat Mikhael yang nampak kalut. "Apa yang kupikirkan, Mike? Ketika dia berjanji untuk berusaha membuat kami tetap berhubungan, kenyataannya tak ada satupun wujud yang kuterima sejak dia pergi. Mungkin aku terlalu tidak sabaran, tetapi sudah dua bulan berlalu sejak kami terakhir berjumpa, dan sugesti akan sepuluh tahun itu membuatku takut. Kami belum terikat apa-apa untuk saat ini selain ... ini." Andiane menyentuh cincin pernikahan palsunya.

Mikhael menghela napas. "Bagaimana seandainya jika ... kau tahu?"

Andiane menyeringai kecil. "Aku tidak tahu, Mike. Dia selalu bertanggung jawab dengan apa yang dijanjikannya kepadaku, dan dia berusaha keras untuk itu. Aku tidak punya alasan untuk meragukannya. Itulah salah satu alasan mengapa aku masih bertahan. Dan, walaupun komitmen ini tidak memiliki batas waktu, aku ...." Andiane sekali lagi terdiam, lantas terperanjat oleh omongannya sendiri. Dia tak bersuara cukup lama karena sibuk dengan pikirannya, dan itu membuat Mikhael kebingungan.

"Andy?"

Gadis itu tersentak. "Tidak. Aku hanya terpikir sesuatu yang terlupakan. Maksudku, mungkin aku kurang sabar. Maksudku, aku sedang membicarakan seorang Lakar baru, bukan begitu?"

Mikhael tersenyum melihat ekspresi Andiane yang kembali melunak. "Benar," katanya. "Dan aku pernah berharap akan cinta yang bahagia untukmu, Andiane. Cinta yang membahagiakan ... tidak perlu selalu berakhir dengan orang lain, bukan? Kadang-kadang, kau hanya perlu memulai sesuatu yang baru dengan orang yang sama."

Andiane tersenyum lebih lebar mendengar kebijakan Mikhael, dan berusaha mengabaikan ekspresi Archibald yang terperanjat dengan ucapan tuan muda yang biasa angkuh ini.

"Kau benar."

Setelahnya ketiga murid itu terlibat obrolan singkat. Mikhael menyatakan keinginannya untuk terus mencari Unison sejatinya sembari mengikat potensi-potensi Unison untuk mendampingi Archibald. Andiane dipersilakan untuk kembali ke asrama, karena gadis itu harus mempersiapkan semester baru. Bagi para pemuda yang sudah mencapai tahun kedua itu, mempersiapkan semester baru sudah terdengar basi.

Andiane menyusuri lorong utama lantai bawah tanpa arah seusai meninggalkan ruangan. Apa yang perlu dilakukannya hari ini selain meminta persetujuan Wali Angkatan untuk jadwal barunya? Tidak ada. Kawan-kawan sekamar Andiane; Aliss, Meredith, dan dua gadis lainnya, baru datang nanti sore. Andiane pun tidak mungkin kembali ke pondok Alexandra karena sang profesor juga mulai menyibukkan diri untuk menulis laporan penelitian.

Di saat seperti ini, andai tidak ada permasalahan apa pun yang mengubah segalanya, Andiane pasti akan menghabiskan waktunya bersama Viktor.

Namun, ahhh, segalanya berubah ...

"Oh, lihatlah wajah sedih itu."

Andiane tidak heran, dan lebih terkejut pada kenyataan bahwa dia tidak lagi melonjak kaget jika disentak seperti itu. Andiane menoleh malas ke arah Franco yang membuntutinya entah sejak kapan.

"Percuma, Frank," tukas Andiane. "Kau Unisonku; mudah sekali buatku untuk merasakan kehadiranmu."

Franco mencibir. "Tidak seru!" katanya. "Oh, barangkali aku akan mencoba mengganggu teman-temanku lagi. Mereka kutinggalkan sejak kau muncul."

"Memang kau punya teman?"

"Tidak sopan!" Franco melolong, sementara Andiane terkekeh di sampingnya. Gadis itu tidak lagi mengindahkan tatapan syok para senior yang telah mengetahui reputasi Franco. Percuma saja! Cepat atau lambat, orang-orang akan tahu siapa yang telah menemukan Unison sejati, sebab nama-nama itu akan diumumkan pada awal semester. Bagaimanapun juga pengikatan Unison adalah bentuk pencapaian yang berbeda pagi para murid, dan siapa pun yang berhasil menemukan Unison sejati setidaknya satu saat masih berada di Institut, maka mereka patut dimasukkan ke Komite Murid. Andiane tak bisa membayangkan saat Franco kelak diresmikan menjadi anggota komite. Institut pasti bakal gempar.

"Jadi, apa yang Mikey Wytersaw katakan padamu?"

Andiane mengernyit mendengarnya. "Um, kupikir kau harus mulai menjaga sikapmu di dekat Mike karena dia sedang membutuhkan pertolonganku untuk melindunginya. Yang, itu berarti, kau juga akan terseret. Dia meminta tolong karena masih canggung dengan kehadiran Lakar."

"Bagaimana kalau dia tahu aku pernah menjadi anggota Lakar?"

"Bagian mana dari 'menjaga sikap' yang tidak kau mengerti, Frank?" Andiane memutar bola mata. Mereka berdua menaiki tangga dan Franco secara otomatis mengarahkan mereka menuju salah satu paviliun terbuka yang sedang kosong. Paviliun-paviliun terbuka itu memiliki pemandangan yang indah, tetapi selalu penuh setiap kalinya di hari aktif, sehingga Franco dengan cepat memanfaatkan kesempatan ini.

Pria itu menjatuhkan diri di sebuah kursi goyang dan berayun-ayun keras. Tawanya mulai membahana, mengejutkan dua orang murid yang melintas di depan paviliun. Andiane mengusap wajah lelah. Ah, semester dua nampaknya akan berat baginya.

Gadis itu pun melanjutkan seraya berbisik. "Dengarkan aku, Frank! Intinya, karena aku juga berutang budi padanya atas informasi waktu itu, kita harus membantunya dengan baik."

"Yeeeh!"

"Kau sungguh-sungguh? Kalau aku memanggilmu karena keadaan genting, kau harus benar-benar datang." Hardik Andiane, dan pria itu merespons dengan cibiran.

"Aku akan datang kalau keadaan genting yang dimaksud adalah Osbonard, misalnya," ujar Franco setelah cukup lama mereka diam. "Kalau cuma untuk menyelamatkannya dari kebodohan tidak jelas, aku tidak mau! Urus saja sendiri, kau dan rasa utang budimu itu."

Andiane mengabaikan semua ucapan Franco kecuali satu topik. "Osbonard sudah ditangkap," tegasnya, dan itu tak lain karena membuat Andiane tegang. Franco memang ahli sekali membuat gadis itu takut akan hal-hal yang tak mungkin terjadi. Osbonard telah dijebloskan ke Orfus, seperti Rod! Demi Tuhan, siapa pun yang dijebloskan ke Orfus maka secara langsung juga ditetapkan dengan hukuman mati. Hanya segelintir dari ribuan narapidana ekstrim yang mampu bertahan hidup hingga masa hukuman mereka selesai. Osbonard, Andiane berharap, tidak termasuk ke dalamnya. Pun, jika Osbonard berhasil selamat setelah masa hukumannya jatuh tempo, Mikhael takkan membutuhkan perlindungan Andiane lagi saat itu.

"Yeh," kata Franco. "Tapi Nik bilang penangkapan itu sesungguhnya menimbulkan kontra juga. Siapa tahu keajaiban akan terjadi!"

"Dan apa maksudmu?"

Franco menegakkan tubuhnya. Matanya memancarkan semangat karena Andiane telah melontarkan pertanyaan yang tepat. Dia sudah menanti-nantikan waktu untuk mengatakan hal ini.

"Karena, Andy, bahkan masih ada orang-orang semacam Niklaus yang berpikir kalau Osbonard tidak sepenuhnya salah, dan mereka sama-sama Dewan Tinggi."


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top