Lima Bulan Kemudian
14, Bulan Padam, 1820
Satu bulan lagi sudah akhir tahun.
Niklaus Cleventine ingin mengakui bahwa agak sulit untuk memercayai ini ... tetapi semua telah terjadi, maka itu benar-benar nyata. Terkadang ia lebih memilih untuk menutup mata dan memercayai apa yang ada di belakang punggungnya, tetapi menghalangi matanya untuk memandang apapun saat ini juga sama saja. Yah, ia bisa tersenyum lega sekarang.
Awal tahun ini, setelah penolakan keseribu dari Viktor akan penawaran yang berubah menjadi ancaman, Niklaus memilih untuk menggunakan jalan lain. Sudah lama ia tidak melibatkan Franco, dan sejujurnya ia sangat tidak ingin. Semakin lama, adiknya itu semakin ... ah, sudahlah. Namun, Viktor tahu posisinya di ambang batas, dan janji-janji bodoh Franco yang ketinggian membuat Niklaus semakin tersenyum kecut. Meski begitu ia memercayainya, karena Franco adalah mantan anggota Lakar. Apakah itu tidak cukup menjelaskan?
Kemudian, kejutan-kejutan itu datang silih berganti bagaikan jawaban atas perjuangan Niklaus selama ini; Andiane Weston, misteri keluarga yang dibawanya, dan rahasia-rahasia Viktor yang berhubungan dengan gadis itu. Seandainya Niklaus tidak mempertaruhkan posisinya dengan menggandeng Andiane, entah bagaimana nasibnya tahun ini. Barangkali akan muncul nama lain untuk menggantikan kedudukan Niklaus. Mempertahankan nama kecil di kursi Dewan Tinggi itu susah betul, kau tahu? Apalagi ketika Cortess busuk itu menguasai hampir separuh dari empat ratus kursi Dewan Tinggi, apa yang bisa diperbuatnya?
Untungnya, taruhan Niklaus berbuah manis. Bibit yang telah ditanamnya kini tumbuh subur dan dipenuhi buah-buah ranum menggoda. Niklaus memetiknya satu-persatu dengan hati berdebar-debar. Beberapa buah sudah dipetiknya dahulu; kesanggupan Viktor bergabung dengan Lakar, kehancuran Wyterseen, pengikatan Unison Andiane Weston dan adiknya, serta menjadi Pelindung Saksi atas keluarga Weston untuk tuntutan mereka. Bagaimanapun juga keluarga Weston mesti menuntut Count Wyterseen dan sejumlah bangsawan, dan itu tidak mudah.
Buah terbaik pun dipetik kala Dewan Cleventine beserta keluarga Weston memenangkannya.
Niklaus berusaha menahan senyum ketika hukuman dijatuhkan kepada Count Wyterseen dan Dewan Fortier —masing-masing mendapat lima belas tahun penjara. Hukuman yang bodoh, mengingat mereka membunuh setidaknya empat profesor kebanggaan Institut Elentaire, tetapi itu lain soal. Dalam waktu cepat, akan muncul banyak pihak yang menyuarakan keengganan mereka, dan hukum kembali diproses.
Segera. Sungguh, semua akan segera terjadi lebih cepat daripada perkiraannya.
Ketika Count Wyterseen dan Dewan Fortier digiring keluar, Niklaus menanti dengan tenang di sisi pintu. Rekan-rekan sesama dewan yang mendukung Niklaus telah meninggalkan ruangan terlebih dahulu. Di pintu lain, William Weston dan Andiane ditemani para Lakar untuk meninggalkan ruang sidang. Niklaus tahu gadis itu mencuri pandang ke arahnya, barangkali ingin mengucapkan terima kasih, tetapi itu masih bisa menunggu.
Karena, oh, karena Dewan Fortier telah meliriknya penuh kebencian sejak hukuman itu dijatuhkan! Niklaus membalas tatapannya dengan amat kalem. Ketika pria tua mesum itu akhirnya mencapai sisi Niklaus, ia berhenti melangkah.
"Kau kira kau menang atasku, bocah tengil, dan merasa posisimu aman—tetapi kuperingatkan kau—kami selalu jauh di atasmu, dan kau takkan bisa naik semudah itu, bocah buangan."
Niklaus tersenyum. "Tidak apa-apa, Tuan, saya mengerti."
"Kau tidak tahu, kami lebih cepat daripadamu," Dewan Fortier kembali menekankan seolah Niklaus belum cukup mendengarnya. "Kepergianku mungkin mengguncang saudara-saudaraku, tetapi mereka telah mempersiapkan banyak hal. Banyak, dan dewan cunguk macam kau tidak akan bisa berkutik. Nikmati saja kemenangan semu ini, karena kau akan segera turun dari sana!"
"Akan kunikmati baik-baik, Tuan, terima kasih." Niklaus melambaikan tangan dengan manis, membuat dewan tua itu melotot kesal. Para Lakar penggiring mendorongnya agar segera pergi menyusul Count Wyterseen yang sama sekali tidak cerewet. Niklaus memandang sosok-sosok berseragam putih itu berlalu dengan cepat, lantas memutar bola mata.
Bahkan tanpa diperingatkan pun, Niklaus tahu kalau para bangsawan itu selalu memiliki ribuan rencana cadangan dan banyak langkah lebih maju daripada yang lain. Jika tidak begitu, bagaimana bisa mereka saling berebut kekuasaan atas Demania Raya?
Niklaus menjamu William Weston dan Andiane di ruang kerjanya setelah itu. Ia mendatangkan tiga kereta makanan, membuat gadis itu membeliak senang seperti anak kecil, dan Niklaus yakin bahkan tanpa bersinergi dengan adiknya, Andiane memiliki sedikit jiwa liar seperti Franco sejak dahulu. Franco sendiri yang menemani kedua tamu itu sedari tadi, dan kini Niklaus mengambil perannya. Mereka menikmati obrolan sepanjang makan; kompensasi yang diterima keluarga Weston, dan rencana Papa untuk mengadakan jamuan makan besar bersama bersaudara Cleventine. Beliau hampir menyebutkan satu nama lagi, tetapi tentu saja itu mustahil, dan dengan bijak tidak melakukannya, karena Papa masih takut dengan kemungkinan reaksi putri bungsunya.
+ + +
"Kapan? Kita? Pulang?"
Malam telah lama turun, dan langitnya cukup cerah kendati beberapa hari terakhir salju mengguyur Kota Covac dengan deras. Di ruangan kerja Niklaus yang hangat dan kecil, Franco melolong untuk kesekian kalinya. Niklaus telah mengabaikannya sejak tadi, terutama setelah William Weston dan Andiane diantar pulang ke stasiun. Meski Andiane sudah tahu gelagat dua kakak beradik itu, tetapi tidak dengan ayahnya. Niklaus harus berbaik-baik pada Franco, dan setelah pria tua itu meninggalkan ruang kantor, ekspresi riang dan elegannya pun terlepas.
Franco berguling di sofa, lalu mengambil sebuah bantal dan melemparkannya ke arah Niklaus. Belum sempat lemparan empuk itu mencapainya, bantal itu meledak dan bulu-bulunya bertebaran ke seluruh penjuru ruangan, menghujani Franco yang terpana.
"Ayo pulang, Nikey!"
"Bersihkan dulu, nanti kita baru pulang."
Franco mendesis. Ia seharusnya tahu inilah yang diinginkan sang abang! Franco dengan malas-malasan menjatuhkan diri ke lantai, menggapai bulu-bulu terdekat, dan mengumpat saat bulu-bulu itu tahu-tahu terbang lagi. Ia melotot ke arah Niklaus, tetapi sang Dewan Tinggi sibuk menandatangani berkas-berkas yang baru saja diajukan sekretarisnya.
"Heh, lihatlah wajah itu," Franco sengaja mengeraskan suaranya. "Lihatlah wajah yang akan mempertahankan kursinya satu tahun lagi itu!"
Alih-alih tersenyum, Niklaus melirik Franco, lantas melanjutkan pengecekan pada berkas terakhir di sisi kanannya.
"Tadi siang Fortier berbicara padaku."
"Ah, ye, si mesum busuk. Dia selalu saja mengganggu kita para Cortess ... omong-omong, ada apa lagi?"
"Rencana-rencana untuk mendorong para dewan kecil sepertiku untuk mundur, sepertinya," kata Niklaus. "Keinginannya adalah kami tidak bertahan sampai satu tahun. Dan, selama masih ada bangsawan Fortier di kursi Dewan Tinggi, mereka akan meneruskan cita-cita kakek mesum itu."
Franco memutar bola mata. "Apa kau kepikiran? Coba kau keluarkan Osbonard dari Orfus."
"Ya, nikahkan aku dengan seorang Lakar wanita maka itu mungkin saja." Kedua pria itu pun terkekeh. Puas tertawa, Niklaus melanjutkan, "Lagipula hukuman Osbonard tidak lama—hanya tiga tahun. Jika dia bertahan di Orfus selama itu, yang sebenarnya sangat meragukan, dia bisa berbuat huru-hara lagi. Aku yakin dia tak menarget Wyterseen saja, asal ada daftar nama yang jelas."
"Mau tiga tahun atau satu bulan sekalipun, hukuman lebih dari satu minggu di Orfus sama saja seperti hukuman mati."
"Siapa yang dipenjara hanya untuk satu minggu, dungu?"
"Apa kau tahu siapa nama-nama yang diajukan?"
"Belum, tetapi Dewan Dante sedang berusaha mencari tahu."
Franco mendesah keras-keras. Nampaknya ia lebih frustasi daripada sang kakak yang kini menumpuk berkas dan membunyikan denting bel. Sembari menunggu sekretarisnya untuk mengetuk pintu, Franco berkata, "Oh ayolah, masa tidak ada yang bisa mengeluarkan Osbonard? Jika tak ada yang berusaha, maka mereka sama saja mengizinkan Cortess untuk melanjutkan otoriternya. Atau, jangan-jangan Cortess sudah menancap terlalu dalam di sini, seperti sebagian Cortess di Corteland—dan jika dicabut, maka Demania Raya akan terpecah belah? Hah?"
"Bukan Corteland lagi, Franky. Cortessor saat ini sudah mengganti namanya menjadi Nordale."
"Ah, pemberontakan penduduknya berhasil?"
"Hanya pergantian nama saja."
"Nah, itu maksudku!" Franco menudingkan jarinya. "Cortess tidak akan pernah bisa ditumbangkan di Nordale, tak peduli siapapun yang menduduki posisi rajanya sekarang. Bagaimana jika—astaga, oh, astaga—Demania Raya ternyata bernasib sama seperti itu? Bukankah karena itu pula Cortess akhirnya memilih untuk memperluas tanah mereka daripada menyaingi Fortier di sini? Dan, kayaknya persaingan itu juga sudah berubah menjadi kerja sama! Maksudku, Count Wyterseen dan Dewan Fortier mesum itu melakukan kejahatan bersama!"
"Aku ingin sekali berpendapat atas dugaanmu yang sebenarnya ngawur tetapi meyakinkan itu, namun orang lain akan masuk ke sini, jadi hentikan obrolanmu." Niklaus kembali mendetingkan bel. "Di mana dia?"
Tepat saat itu pintu diketuk cepat dan mengayun terbuka. Niklaus sudah memasang tampang jengkel kepada sekretarisnya, tapi gadis itu menghampiri dengan tergopoh-gopoh. "Saya minta maaf atas keterlambatan saya, tuan."
"Ya, kalau kau punya alasan bagus untuk ini ...."
"Saya punya, sebenarnya," kata gadis itu, masih terengah-engah. Niklaus mengernyit, sebuah syarat agar sang sekretaris melanjutkan ucapannya. "Situasi sedang ramai di luar—saya mendengar dari sekretaris Dewan Dante bahwa Dewan Polly Wyterseen baru saja menghilang! Nyonya Dewan seharusnya dijadwalkan untuk menjamu tamu saat ini, tetapi beliau tak keluar sama sekali dari ruangannya sejak tadi sore. Ketika pintu dipaksa dibuka—karena selalu dikunci—ternyata kosong!"
Franco mengerjap. "Barangkali dia pulang karena, uh, perjamuan bukannya selalu membosankan?"
"Tidak, Tuan!" sekretaris itu menyahut dengan berapi-api. "Nyonya Dewan tidak ditemukan berada di rumahnya, di vilanya, di butiknya, atau di manapun tempat dia biasanya berada. Semua barangnya juga tertinggal di kantor; tas, mantel, topi ... segalanya. Dengan ruang kantor masih terkunci dari dalam!"
Franco dan Niklaus saling bertatapan sementara sang sekretaris memohon diri untuk mengumpulkan berkas. Franco sudah mengirimkan sinyal-sinyal permohonan, tapi Niklaus tak punya pilihan. Dia memutar bola mata dan beranjak.
"Pulanglah sendiri, Frank."
Franco tersenyum masam. "Jika ini bukan karena Os—entahlah, aku tak peduli. Dan, yeh, seharusnya aku bisa pulang dari tadi!"
Note:
Kalau masih bingung dengan sistem kalender Imaniverse, bisa cek work "Imanindex" tentang sistem kalender, ya!
Note, tambahan untuk para pembaca ANTI series:
1. Bab ini sedikit menyambung pada Nordale, negeri latar di ANTI series. Untuk kamu yang kebingungan dan tidak membaca ANTI series, biar kujelaskan secara singkat. Nordale di zaman ini masih dipimpin oleh Cortessor, kaisar Dinasti Cortess. Nama negerinya semula adalah Corteland, lalu diganti menjadi Nordale baru-baru ini. Kelak, di era ANTI series, Cortessor sudah turun tahta dan pemerintahan dipimpin seorang raja.
2. Dinasti Cortess bermula di Demania Raya, dan selalu bersaing dengan Dinasti Fortier. Di sini--di ABOD--diketahui bahwa sebagian Cortess telah pindah menjajah Corteland (Nordale) untuk ekspansi wilayah. Itulah bagaimana ANTI series akhirnya bermula.
Aku tidak menyinggung ini di ANTI series, tapi ini sedikit fakta yang barangkali bisa mempermudah kamu! :)
Tq, loves!
Andy
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top