Larut Malam


"Sebenarnya aku tidak akan menjelaskan apa-apa tentang sejarah dinasti, apalagi bercerita, karena itu semua bisa kau baca di sini. Aku hanya tidak ingin terkesan ... condong, mungkin, jika mengutarakannya sendiri. Barangkali aku memang bias, bahkan hingga saat ini."

Viktor menyapukan jemarinya pada punggung-punggung buku yang berjajar pada rak di sampingnya. Saat itu sudah malam. Waktu telah menunjukkan lewat pukul sembilan, bersamaan dengan kantuk Andiane yang mulai menguasai setelah perutnya terisi kentang rebus mentega dan daging panggang. Tirai bergoyang pelan dari jendela-jendela yang tidak ditutup rapat. Viktor mengambil dua judul yang tidak terlalu tebal, masing-masing dari rak yang berbeda, dan Andiane sigap menerimanya.

"Bias, Tuan?"

"Mm, ya. Kau akan tahu mengapa klan Ayah dan Ibu sering bertikai dan mengapa aku bisa berkata demikian. Bacalah. Satu-satunya komentar pengantar yang bisa kuberikan padamu adalah ... keduanya merupakan klan dengan ambisi yang berlawanan. Itu saja."

Andiane menyeringai. "Itulah mengapa kau tidak ingin terdengar bias."

Viktor mengangkat bahu. "Aku menyayangi Ayah dan Ibu secara adil."

"Kalau begitu kau termasuk ke dalam keluarga kedua klan ini, benar?"

"Ya, tetapi kedua klan itu tidak mau menerimaku karena 'pengkhianatan' kedua orang tuaku. Sudah kubilang jika mereka bertikai, kan? Jadi aku bekerja pada Erfallen sekarang. Kau tahu mereka, kan? Klan bangsawan yang merajai bisnis-bisnis furnitur." Andiane mengangguk membenarkan, sementara Viktor memerhatikan judul-judul lain sembari mengira-ngira mana yang dapat dibaca Andiane. "Apa yang ingin kau baca, Andy? Mungkin kau perlu mengenal bagaimana cara Energi bekerja, ya? Tetapi kukira itu akan lebih baik dipelajari secara praktek ... meski teori juga memiliki andil yang baik sebagai permulaan. Contohnya begini."

Viktor melambaikan tangannya secara ringan. Sepercik air keluar dari ujung jarinya, dan alih-alih jatuh membasahi lantai kayu, percikan itu membeku menjadi bilah panjang yang menyatu dengan ujung jarinya. Andiane terpana saat Viktor menarik sebuah buku di rak paling atas dengan ujung bilah es, tanpa perlu berjinjit.

Ketika Viktor memberikan buku tebal itu, Andy tak bisa menahan semangat yang membuncah di hatinya. "Bagaimana caranya?"

"Ini Energiku; berakar pada air dan suhu dingin." Viktor bersandar pada rak sembari memainkan bilah esnya. "Meski akhir-akhir ini aku juga meresapi Energi suhu panas pada tubuhku, sehingga aku bisa menguasai lebih banyak cabang Energi air—Energinya Klan Cortess." Mula-mula muncul asap dari bilah es itu hingga lama-kelamaan air mengalir turun ke jemari dan menghilang ke balik lengan pakaiannya. Sebagian air menetes ke lantai kayu. Andiane makin takjub menyaksikannya.

"Kau menguasai lebih dari satu jenis Energi, Tuan?"

"Karena kedua orang tuaku," jawab Viktor lugas. "Jadi, ya, siapa saja bisa menguasai lebih dari satu jenis Energi, Andy. Kecuali kalau vehemos sumber Energi mereka saling bertikai, seperti contoh paling mendasar adalah vehemos api dan vehemos air."

Andiane memeluk buku-buku barunya dengan penuh hasrat. "Bagaimana cara saya mengenal jenis Energi di tubuh saya? Saya bahkan tidak tahu Energi macam apa yang dibawa oleh kakek."

"Energi udara, Andy, dan Profesor Seans sangat mahir dalam memanipulasi oksigen—dia mampu bernapas dimana saja, menghilangkannya, dan hal-hal sederhana seperti levitasi. Tapi, oh, jangan salah, kekuatan sesederhana levitasi mampu membuat kakekmu memindahkan sebuah rumah."

Andiane membeliak, tetapi satu hal yang paling mengusiknya bukanlah kemampuan untuk mencabut sebuah rumah dari tanah. "Maaf, Tuan, menghilangkan oksigen?"

"Ah, ya." Viktor menyeringai. "Kau tahu sendiri."

Andiane mendesah. "Oh, baiklah! Kalau begitu satu lagi, apakah kau memiliki buku tentang Energi udara, atau semacamnya?"

"Seharusnya ada. Maksudku, kakekmu sering memberiku buku." Viktor menyusuri buku-buku dari rak terbawah hingga rak teratas. Ia menarik buku-buku dengan punggung polos, menyisirnya dengan cepat, mengembalikannya dengan hati-hati, kemudian berpindah ke rak lain.

Andiane memutuskan untuk membantu mencari di rak yang belum terjamah. "Kalian pasti dekat sekali."

"Yah ... aku sering membantu untuk banyak proyek penelitiannya," kata Viktor seraya menarik sebuah buku tak berjudul. Sampulnya sudah sobek-sobek, dan nampaknya bukan buku yang dimaksudnya. Ia menggeleng dan menghampiri rak yang sedang diteliti Andiane. "Oh, di sana!" Gadis itu terkejut saat Viktor tiba-tiba menjulurkan tangan ke atas kepalanya. Andiane berusaha menghindar, namun tumitnya tanpa sengaja menginjak bagian belakang rok. Andiane terjungkal, hampir saja terjatuh, kalau saja Viktor tidak langsung merengkuh punggungnya.

"Oh!"

Andiane menahan napas. Ia tersentak saat menyadari wajah Viktor berada tepat di depan mata. Ia tersihir begitu saja oleh kedua mata Viktor yang biru pucat, tetapi keberadaan tangan pria itu di pinggangnya membuat Andiane tersadar dan pipinya bersemu merah. Ia cepat-cepat berdeham saat Viktor tak kunjung bergerak.

"Maafkan aku." Viktor bergegas menariknya kembali berdiri. Ia melepaskan pelukannya pada pinggang Andiane dan tersenyum. "Aku sedang berusaha mengingat-ingat dan langsung menyadari bahwa ternyata ada di sana."

"Tidak—tidak masalah." Andiane tidak tahu ke mana harus menatap. Maka ia melangkah sedikit menjauh dari rak, membiarkan Viktor secara leluasa meraih buku yang dicarinya. Sang pria mengambil buku itu tanpa kesusahan dan meletakkannya di tumpukan buku Andiane.

"Nah, itu buku pemberian kakekmu ... kurasa. Semoga benar." Viktor mengangguk-angguk. Ia berkacak pinggang dan memerhatikan rak-rak sejenak. "Kupikir itu cukup sebagai awalan, Andy? Sekali lagi maafkan aku."

Andiane mampu membalas senyumnya. "Itu hanyalah ketidaksengajaan, Tuan."

Alih-alih merespon, Viktor menatapnya dengan saksama. Cara Viktor mengamati seolah-olah ingin menggodanya membuat Andiane makin salah tingkah, berikut kata-katanya yang mampu memerahkan telinga sang gadis.

"Kukira karena kau enggan menatapku, atau karena ini sudah terlalu larut bagi seorang pria dan wanita untuk mengobrol di dalam rumah, ya?"

"Oh, Tuan, aku tidak pernah mengalami ini! Tidak sepertimu yang memiliki banyak pengalaman sebanding dengan usiamu. Ini baru pertama kalinya saya ikut dengan pria asing."

"Apa maksudmu sebanding dengan usiaku? Aku masih belum berumur empat puluh tahun, kau tahu. Maksudku, wajahku memang berusia tiga puluh, tapi tubuhku baru mengalami penyempurnaan adaptasi Energi, sehingga baru lima tahun fisikku berhenti menua." Viktor menyeringai. Ada jeda sejenak sebelum ia kembali melanjutkan, kali ini dengan nada yang lebih tenang. "Pengalaman yang mungkin saja kau maksud, aku tidak memilikinya. Ini juga pertama kalinya aku tinggal satu rumah bersama seorang gadis."

Baru kali itu Andiane menatapnya, hanya saja dengan kebingungan. "Sungguh? Padahal kau mempesona, Tuan. Kalau begitu maafkan atas kelancanganku karena telah mengira kau memiliki banyak pengalaman dengan wanita."

"Mempesona?"

Andiane merasa kata-katanya semakin ngawur, maka rasa penasaran Viktor membuatnya kalang kabut. Andiane menahan napas, membuka mulut tanpa mengeluarkan suara, lantas cepat-cepat berbalik.

"Sepertinya saya terlalu banyak bicara, selamat malam!"

Viktor menyaksikan gadis itu menghilang ke kamarnya. Pintu ditutup sedikit keras, mungkin didorong oleh berat tubuhnya, dan Viktor selama sesaat berdiri di lorong itu dengan alis terangkat.


= = =

(Let me know if it's cheesy. I wrote this back in 2018 and I was reading [too much] historical fiction at that time, lmao)


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top