Ketegangan Malam
16, Bulan Tanam, 1820
Apa yang lebih buruk daripada kilas balik menjelang peristiwa yang besar?
Andiane tidak tahu apakah pantas baginya menyebutkan malam ini sebagai peristiwa biasa saja ketika banyak orang yang terlibat. Dia, Franco, para Aliansi, dan Lakar. Andiane berusaha menghibur diri bahwa pantas baginya untuk meminta tolong Niklaus, dan seandainya tidak, sang Dewan Tinggi takkan menyeret Lakar ke dalam masalah ini. Pun, menurut para Lakar yang terlibat, Viktor memang akan dibawa ke Medemire seperti kata Mikhael. Bagaimana mereka bisa tahu? Sungguh, ketika Andiane menanyakannya kepada Franco, dia hanya mengangkat bahu.
"Kita membicarakan Lakar, Andy Manisku, kita membicarakan polisi antar ras—agen dunia. Mereka tahu segala pergerakan."
Andiane gugup. Sangat gugup.
"Apa yang kau takutkan?" Franco bertanya lagi. Ia tersenyum sangat cerah malam ini, bagaikan sinar mentari yang menembus awan-awan kelabu tebal. Andiane tak menjawab. "Apakah karena kau belum pernah berada di atap sebelumnya, Andy?" tanyanya lagi, menegaskan posisi mereka berdua.
Andiane bingung. Dia mengedarkan pandangan, takut-takut jika ada anggota Aliansi yang melihat mereka. Kenyataannya, gadis itu takut berlebihan karena suasana yang sangat sunyi. Dia dan Franco sedang bertengger di atas atap seorang penduduk desa.
Rute menuju Medemire sendiri harus melewati hutan-hutan, perbukitan, beberapa pedesaan terpencil, hingga akhirnya mencapai suatu desa terbengkalai bernama Medemire. Sebenarnya, Medemier juga bukan desa. Medemire adalah sekelompok rumah megah yang ditelantarkan dan hanya digunakan ketika ada anggota Dinasti Cortess yang diasingkan. Rumah-rumah itu mengelilingi sebuah telaga kecil yang merupakan saksi bisu segala kekejian yang pernah terjadi di sana. Kabarnya beberapa anggota Cortess yang dihukum mati tidak dikubur, melainkan tubuhnya dibiarkan tenggelam di dasar telaga sebagai santapan ... kau tahu, entah vehemos apa yang berdiam di dalamnya.
"Tidak apa-apa," bisik Franco riang. "Kita hanya perlu mengambil Viktor. Tidak usah buat huru-hara, karena itu justru akan membuat mereka langsung siaga di sekitar Viktor. Langsung ambil saja."
Cara Franco berbicara mengingatkan Andiane pada dua anggota Aliansi yang semula mengawasi rumahnya sejak tadi pagi. Dua pria itu sudah berganti lokasi sekarang, dan mereka tidak lagi bernapas. Entah apa yang Franco lakukan. Semuanya terjadi begitu cepat dalam satu jentikan jari saja. Kedua pria itu mendadak terbakar, lenyap, dan Franco menatap Andiane dengan senyum amat lebar.
"Ke mana reputasi Aliansi yang mengerikan itu, eh?" kata Franco saat itu. Dia terkekeh geli.
"Kau bahkan tak memberikan mereka waktu untuk bereaksi, Frank." Andiane gemetaran melihat kejadian itu terjadi di depan matanya. Andiane memang tidak merasa memiliki ikatan, tetapi tetap saja, ia mengenal para Aliansi itu! Apakah ... apakah kejadian barusan termasuk pembunuhan?
"Para Lakar tidak menunggu, Andy. Tugas mereka sangat banyak! Dan, oh, aku berkata seolah-olah aku masih bagian dari mereka! Tidak, aku sudah keluar ...."
"Dan mengapa kau keluar dari Lakar, jika aku boleh tahu?"
"Tentu saja boleh. Kau akan menjadi Unisonku sebentar lagi!" kata Franco, menambah satu alasan lagi mengapa Andiane harus waswas dengan pria sinting itu. Viktor tidak salah mewanti-wantinya mengenai Franco. "Aku keluar karena tak bisa mengendalikan Energiku, bahkan setelah dilatih berulang kali! Seniorku kesal padaku, jadi aku didepak, dan sungguh sebenarnya itu akibat ketidakdisiplinanku saja! Aku bisa kembali ke Lakar, tetapi aku sudah melihat semuanya di sana dan aku tak mau kembali lagi. Pekerjaannya terlalu mengerikan! Lebih baik bagiku menjadi pelayan rumah Nik sementara dia bekerja."
Saat Andiane tak merespons, Franco mengulum senyum maklum. "Tetapi Viktor berbeda denganku. Dia bisa. Dia akan bertahan di sana."
"Oh, datang!"
Franco menyentak lamunan Andiane. Gadis itu sontak menoleh ke arah Franco menatap. Andiane semula tak melihat apa-apa selain jalan pedesaan yang lengang. Namun, ia salah. Ketika Franco menggenggam pundaknya, Energinya bereaksi, dan pada saat itulah Andiane merasakan gelenyar di sekujur tubuhnya.
Ada beberapa anggota Aliansi yang telah bergerak dalam bayangan. Tubuh mereka sedikit terdistorsi oleh asap hitam yang meleburkan tepian garis tubuh. Dua orang melayang di udara, dua lagi sedang berpindah dari satu atap ke atap lain. Tak ada yang menyentuh jalan pedesaan sama sekali, dan nampaknya memang tidak akan.
Andiane sontak menegang, tetapi goyangan ringan di bahunya mengingatkannya. "Jangan buat kegaduhan," bisik Franco lagi. "Dan acuhkan yang lain. Tugasmu satu saja; Viktor. Oke?"
Andiane mengangguk, meski keraguan masih menguasai betul. Kenapa ia menjadi semakin takut? Franco membuat para anggota Aliansi tampak remeh. Dia dengan mudah membakar dan melenyapkan para anggota yang menguntitnya dan tak memberikan mereka kesempatan melawan. Lakar tidak menunggu.
Yah, Andiane bukan Lakar! Apakah dia bisa merebut Viktor di antara kekacauan yang bakal tercipta?
Kenapa pula harus dirinya yang mengurus Viktor? Andiane ingin sekali bersikap egois, berkata bahwa sebaiknya Franco atau para Lakar saja yang mengambil pria itu, karena hatinya masih hancur betul. Namun, Andiane tentu tidak bisa bersikap demikian! Memangnya Andiane seyakin apa dirinya mampu menahan banyak Aliansi sekaligus? Ia yakin para Aliansi yang pernah dipermalukannya dahulu sengaja menahan Energi mereka demi latihan Andiane. Pasti begitu.
Yah, kepala Andiane terasa berputar-putar.
"Tenangkan Energimu, Andy," kata Franco lagi. "Jaga emosimu ... dan ketika waktunya sudah tepat, terjang! Oke, terjang!"
Andiane tak menjawab, matanya terus mengawasi para Aliansi yang mendekat. Franco kemudian menarik Andiane mundur ke pohon oak di samping rumah yang mereka hinggapi. Franco mendorong Andiane untuk naik ke dahan yang cukup besar, lalu menarik syal yang melilit leher untuk menutupi hingga ke hidung.
"Pakaian musim dingin untuk musim panas—itulah aku!" kata Franco bangga. "Ini akan mempercepat tubuhku untuk membakar Energi ...."
Andiane membeliak. Dia hampir saja memekik saat seorang Aliansi muncul dengan cepat di belakang Franco. Namun, Andiane ingat perannya, sehingga dia menahan napas, dan menyaksikan Franco menghindar dengan cepat. Ia nyaris saja terkena bilah tajam yang padat dari asap hitam Aliansi itu.
Franco berguling, dan alih-alih jatuh merosot dari atap, dia melompat dan melemparkan bola-bola api pertamanya. Anggota Aliansi itu menangkis serangan, kemudian melemparkan tombak-tombak panjang yang menghunjam ke arah Franco. Pria sinting itu tertawa saat menjentikkan jari dan semua tombak hangus di udara. Sang Aliansi mengumpat, lantas kedua pria itu mulai bergulat di atap.
Andiane terkagum-kagum dengan kemampuan Franco menguasai keadaan. Dia baru saja salto di udara, mengangkat tangan, dan udara dalam sekejap menjadi sangat panas. Andiane terkesiap mendapati tubuhnya berkeringat dengan cepat, sementara anggota Aliansi lain yang baru saja akan menerjangnya memekik marah. Tubuhnya berasap! Franco kemudian memanfaatkan waktu itu untuk menendang kepala si Aliansi kedua, mengungkungnya dalam kobaran api besar dan melenyapkannya. Pria Aliansi pertama yang dilawannya menerjang dengan cepat, tetapi suhu udara terlalu panas di sekitar Franco, sehingga serangan macam apapun sontak melebur memperkuat Energi Franco. Sang musuh mengumpat lagi, lantas mengangkat tangan dan tanah berderak di bawahnya.
Andiane nyaris menjerit saat Franco dilahap tanah yang merekah di jalan pedesaan. Franco berseru kesal saat tanah itu memendamnya rapat-rapat, dan suasana seketika menghening. Udara mendingin, dan Andiane mampu mendengar jantungnya berdegup keras.
APA YANG HARUS IA LAKUKAN SEKARANG?
Sementara itu Andiane baru sadar bahwa gerombolan Aliansi yang membawa Viktor akhirnya terlihat. Kereta tertutup rapat dan ditutupi kain hitam. Dua orang menunggang kuda di depan, seseorang duduk dengan santai di atas kereta, dan dua lagi berada di kursi belakang, sementara ada tiga yang mengekor tanpa lelah. Andiane tidak menduga banyaknya jumlah pria Aliansi yang mengawal. Ia melihat gejolak Energi mereka yang menggelora, seolah siap dengan bahaya apapun yang menghadang. Apa mereka sudah menduga? Atau memang beginilah persiapan Rod?
Anggota Aliansi yang menyerang Franco lantas menghampiri kereta kuda itu. Ia mengabarkan apa yang terjadi dan mereka berdiskusi sambil memperlambat langkah. Pria yang duduk di atas kereta lantas berdiri, mengangkat tangan, dan Andiane mendadak merasakan Energinya merespons.
Oh, sial. Jangan!
Andiane berusaha kuat menahan Energinya. Dia sempat berpikir untuk meminum ramuan Alexandra yang masih dibawanya, tetapi itu hanya akan mempersulitnya saat menculik Viktor nanti. Maka Andiane menarik napas dalam-dalam, menetralkan emosi dan detak jantungnya, sembari memikirkan rencana cadangan seandainya dia ketahuan.
Pria di atas kereta itu lantas melihat ke segala arah. Andiane mengintip, dan jantungnya berdentam-dentam saat pria itu melihat ke arah pohon oak tempatnya bertengger. Andiane berdoa dalam hati. Pria itu memandang cukup lama, membuat waktu berlalu dengan sangat lambat, hingga akhirnya dia memberikan isyarat agar laju kereta kembali dipercepat. Dia masih mengawasi ke arah pohon oak, demikian pula kawan-kawannya yang lain.
Oh Tuhan, Tuhan ... tolonglah!
Kereta itu berderak semakin dekat. Suara tapak kuda bersahut-sahutan dengan degup jantung Andiane. Napasnya memburu, nyaris gagal dalam menguasai kondisi saat kuda-kuda itu meringkik gelisah di dekat pohon oak.
"Maju saja!" pria di atas kereta berseru. Dia melemaskan otot-otot tangannya, sangat yakin dengan keberadaan seseorang mencurigakan di pohon oak tempat Andiane bersembunyi. Gadis itu menelan ludah. Matanya terasa berkunang-kunang! Oh, Franco, apa yang kau lakukan!
Tepat pada saat itu, para kuda meringkik lebih keras, dan tahu-tahu tanah di bawah mereka amblas. Api berkobar cepat, melahap kuda-kuda yang malang itu, dan para Aliansi penunggang langsung melompat panik. Mereka melepas tali kekang dengan Energi mereka sementara beberapa mengangkat kereta itu ke udara dengan cepat. Terdengar tawa Franco, tapi tidak dengan sosoknya, dan sebelum para anggota Aliansi menerjangnya di lubang neraka itu, sosok-sosok putih melesat dari berbagai arah, bersamaan dengan turunnya kabut yang memutihkan sekeliling.
Lakar!
Andiane melongo menyaksikan pertikaian tanpa suara itu. Ia bahkan tak bisa melihat apapun selain lapisan putih yang menghalangi pandangannya! Selang sedetik kemudian, asap hitam menyembur, bercampur dengan kabut untuk memperebutkan daerah kekuasaannya. Kabut-kabut kemudian menyibak, menampakkan percikan-percikan api dan gempuran asap yang saling menghantam satu sama lain.
Andiane nyaris tenggelam dalam pertempuran itu ketika dia menyadari bahwa perannya hampir tiba. Andiane lantas memanaskan Energi, melayang ke udara dengan sedikit terhuyung-huyung, kemudian menyadari ada dua anggota Aliansi yang mengawasi dalam diam di udara. Mereka terkejut melihat Andiane dan langsung menyerukan namanya. Panik, Andiane mengangkat tangan dan dua pria itu sontak terempas. Gadis itu cepat-cepat menerjang kereta, menghindari setiap serangan yang hampir menimpanya, dan meraih kain hitam yang menutup kereta.
Kosong.
Yah, seharusnya sudah menduganya, bukan?
Kau melawan Rod, Andy. Dia tahu kau, dia tahu Viktor, dan di atas itu semua—dia tidak menjadi Kapten Aliansi tanpa alasan.
Andiane terkaget-kaget, tak menyadari ada sosok di atasnya yang telah menanti kedatangannya. Andiane tersentak saat sebuah tangan mencengkeram kepalanya dengan kuat, dan ubun-ubunnya memanas. Andiane menjerit. Ia meronta-ronta saat tubuhnya diangkat ke udara dan wajahnya dipaksa bertatapan dengan sosok yang sangat familiar baginya itu.
"ROD!" Andiane berseru, kemudian suaranya meninggi ketika Rod membakar kulit pelipis Andiane dengan kesal.
"Melibatkan Lakar—kau keparat, Andy!"
"Kau menjebak!" Andiane berseru. "Di mana Viktor!?"
Rod menyeringai. Amarah menggelegak di matanya yang menyala-nyala. "Entahlah, Andy, mengapa kau tidak memunculkan dirimu sekali lagi di hadapannya? Tak ada lapisan yang melindunginya lagi sekarang!"
Andiane terkesiap. Rod tahu! Rod selalu tahu dengan apa yang dia lakukan! Maka Andiane tak punya pilihan lagi. Rod pasti sudah mempersiapkan pula kemungkinan Andiane memberontak. Gadis itu pun mencengkeram pergelangan tangan Rod yang menyiksa ubun-ubunnya. Rod mengumpat saat tekanan udara menekan nadi di pergelangan hingga pecah. Rod menjerit dan menjatuhkan Andiane, tetapi sebelum tubuh gadis itu menghantam pintu kereta, ia melebur.
"Andiane!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top