Kebaikan Mikhael
Note: notice the date to avoid confusion. ^^
16, Bulan Tanam, 1820
"Aku tak menduga kau melakukannya pertama kali di depan Viktor." Niklaus menggeleng-geleng tak percaya. "Sungguh, aku tidak mengerti ikatan macam apa yang tercipta di antara kalian sehingga itu bisa terjadi, tetapi sepupuku tidak sepantasnya mendapatkanmu, Andiane. Sungguh. Kau terlalu baik untuknya."
Ketika Franco terkekeh pelan, Andiane memilih untuk tidak mendengar celotehan Niklaus. Sepertinya pria itu mengira sudah cukup dekat dengan Andiane sehingga pantas mengatakan hal itu. Andiane tidak mau memusingkannya karena sang Dewan Tinggilah yang berbicara. Kapan lagi Andiane mampu menjaga hubungan baik dengan orang seberkuasa Niklaus?
Karena rumah keluarganya masih dalam perlindungan, dan kenyataan bahwa beberapa anggota Aliansi ternyata mengikuti Andiane kali ini, maka Niklaus batal muncul secara utuh. Hanya Franco yang datang, dan dengan sangat cerdas dia menekan gejolak Energinya agar tidak terdeteksi. Sementara itu Niklaus tampil dalam tiruan yang tercipta dari benak Andiane, persis sebagaimana Andiane melakukannya pada Viktor, dan beruntunglah gadis itu karena Franco sempat memberinya sedikit Energi dari sisa hidupnya di Lakar.
Berkawan dengan para Cleventine memang tidak pernah sia-sia.
Meski begitu, Andiane pusing betul. Peristiwa tadi subuh masih menyisakan duka baginya, dan itu memengaruhi kesehatannya. Ditambah dengan keharusan menjaga kestabilan konsentrasi agar komunikasinya terus tersambung dengan Niklaus yang berada di Covac, Andiane yakin kepalanya bakal pecah jika tetap mempertahankan ini dalam satu jam.
"Ya, cepatlah." Desak Andiane kesal. "Aku rasanya ingin mati saja. Apa kau sudah selesai?"
Niklaus terhibur dengan situasi Andiane. Sosoknya melangkah bebas di kamar Andiane dan mengambil sebuah buku dari ruang kerjanya di kantor. Niklaus membuka-bukanya dan membaca. "Ya, Andiane, ya ... seperti dugaanmu di surat. Terdapat kejanggalan antara tiga orang ini—Viktor, Rod, dan Tuan Sean, tetapi ini sangat panjang. Akan lebih baik jika aku menjelaskannya saat kita bertemu nanti! Yang terpenting, apakah berita yang kau sampaikan benar? Jika demikian, aku bisa meminta tolong pada rekan-rekanku."
Andiane mengangguk, berusaha menyingkirkan keraguannya. "Mikhael mengatakannya kepadaku sebelum aku pulang. Dia merasa bersalah karena harus menyembunyikan ini dariku. Katanya, Viktor akan dibawa ke suatu tempat malam ini. Seharusnya Senin, karena Nyonya Geneva perlu menemuinya dahulu, tetapi Rod mempercepat waktu. Dia ingin melakukannya saat aku sedang pulang. Karena itulah aku diawasi sekarang."
Sang Dewan Tinggi mendengus. "Pemilihan waktu yang ... sempurna, bukan? Maaf, bukan maksudku untuk mengejek situasi, tetapi para Lakar tidak suka menunggu lama-lama."
Andiane menelan ludah. Lakar. Ketika Niklaus menyatakan bahwa Lakar akan dilibatkan dalam penelusuran lebih jauh tentang kematian kakeknya, Andiane tak tahu apakah dirinya telah memilih jalan yang tepat. Lakar mengerikan, dan takut seandainya mereka akan terendus oleh Aliansi. Ah, tetapi, apakah mungkin? Lakar berada jauh di atas Aliansi. Aliansi cuma pasukan sebuah klan, tetapi Lakar adalah agen dunia!
Semula Andiane mengira ini hanyalah tentang dirinya dan Viktor, tetapi dia salah. Ini adalah tentang Viktor, orang-orang besar yang terlibat ke dalam masalahnya, dan Andiane merupakan orang terakhir yang terseret ke dalam lingkar permasalahan Viktor.
Tuhan, Andiane bahkan tidak tahu kenapa berbuat demikian jauh untuk seorang pria yang hampir tak dikenalnya. Satu-satunya yang Andiane kenal secara baik hanyalah fisik Viktor, bukan isi pikiran dan hatinya!
"Aku ingin bertanya satu hal, Niklaus, semisal kau tidak keberatan," kata Andiane cepat, berusaha menghalau pikirannya yang mulai menggila lagi. "Perihal pertikaianmu dan Viktor sejak dulu yang pernah kau bahas ... tentang kau yang berulang kali menawarkannya sesuatu, tetapi ditolak Viktor; apa itu? Mengapa dia gigih sekali menolaknya?"
"Ah," kata Niklaus, ekspresinya menunjukkan seolah telah lama menanti pertanyaan itu dilontarkan. "Aku memintanya keluar dari Aliansi dan masuk ke Lakar saja."
Andiane melotot. "Lakar? Viktor?"
"Kenapa tidak? Seandainya dia mau, sungguh, Lakar akan langsung menjemputnya. Namun kenyataannya tidak, dan Lakar hanya mau memilih mereka dengan keinginan kuat di hati. Viktor telah memenuhi semua kriteria Lakar kecuali satu; kesanggupan, dan aku merasa sangat malu untuk mengakui bahwa kami bertikai hanya untuk sepatah kata kesanggupan selama bertahun-tahun."
"Kenapa kau sangat ingin dia berada di Lakar?"
"Kenapa dia ingin mempertahankan posisinya di Aliansi?" Niklaus bertanya balik, membuat Andiane terperanjat. "Hal apa yang dimiliki Aliansi tetapi tidak oleh Lakar, Andiane? Sejujurnya aku tidak mengetahui hal ini. Tetapi, kau kini berada di Aliansi, maka, barangkali ... barangkali saja."
Barangkali kau bisa mencari tahu.
Pertanyaan Niklaus membawa Andiane ke kejadian malam lalu yang sama sekali tak ingin diingatnya, tapi terpaksa. Niklaus benar, apa yang membuat Viktor kukuh bertahan di Aliansi? Sang Count telah mengucapkannya; orang tua Viktor memiliki hubungan kerabat dengan Wyterseen. Pernikahan mereka merupakan hinaan terbesar bagi masing-masing klan, dan logisnya, Viktor takkan betah berada di bawah naungan mana pun. Kata-kata Count mempertegas itu.
Jadi, mengapa Viktor memilih untuk berada di Aliansi?
Apa yang dimiliki Aliansi, tetapi tidak oleh Lakar?
Apa yang disembunyikan Viktor?
Niklaus mengawasi Andiane terpaku. Sadar gadis itu tenggelam dalam pikirannya sendiri, ia pun menoleh kepada adiknya yang sedari tadi bersandar di jendela kamar. "Kau membawa keluarga Andiane dalam bahaya kalau terus menampakkan dirimu di sana, Frank."
"Tidak," kata Franco. Matanya masih setia menatap keluar jendela. "Mereka yang menantang bahaya karena cuma mengirim dua anggota Aliansi untuk mengawasi. Mereka meremehkan kita; satu dehmos Murni, satu mantan Lakar, dan satu Dewan Tinggi."
Andiane tersentak, lantas bertatapan dengan Niklaus yang tersenyum mafhum. Niklaus memutuskan untuk keluar dari obrolan itu dan mengisyaratkan Andiane untuk melepaskannya. Andiane dengan senang hati memecah konsentrasi. Kepalanya seketika meringan, meski denyutannya tetap terasa hebat.
"Keberatan jika aku ikut campur, Andy? Pestanya memang baru dimulai nanti malam, tetapi aku tidak yakin dengan kemampuanku kalau tidak mengujinya dulu."
Andiane menatap Franco heran. Ia baru sadar jika pria itu tidak tertawa semenjak tadi, atau melontarkan lelucon-lelucon aneh. "Ternyata kau ragu dengan kemampuanmu juga, Franco?"
Franco menatap Andiane, dan gadis itu salah mengira. Senyum lebar terpatri di wajahnya yang bersemangat. "Aku ragu aku masih terlalu kuat, Sayang!"
+ + +
15, Bulan Tanam, 1820
Kembali pada sehari sebelumnya; pada waktu-waktu Andiane melenyapkan diri dari samping Jasper Price, pada saat-saat Andiane merasa dunianya hancur lebur di depan mata.
Andiane nyaris gila kala itu. Tidak, ia mungkin sudah gila. Ia tak peduli jika suaranya terdengar, karena telinganya berdenging. Mungkin siapa pun yang lewat di depan kamarnya dapat mendengar suara tangisan Andiane. Gadis itu tak peduli. Setelah menangis untuk waktu yang cukup lama, Andiane akhirnya tertidur. Kepalanya seperti mau pecah.
Andiane terbangun sekitar pukul dua belas ketika seorang pelayan menggoyangkan bahunya dengan lembut. Andiane tersentak. Mengapa ada pelayan memasuki kamarnya? Pelayan wanita itu memohon maaf, tetapi ia tidak bisa membuat Tuan Muda Mikhael menunggu lebih lama di depan kamar Andiane dalam keadaan selarut ini. Dia ingin menemui Andiane secepatnya, dan itu membuatnya kesal setengah mati. Tak adakah waktu yang lebih baik? Bukankah Mikhael adalah pemuda yang baik lagi berhati lembut saat di rumah?
Setelah membasuh muka dan berpikir masa bodoh terhadap wajahnya yang kusam, Andiane menemui Mikhael. Pemuda itu terperanjat melihat raut muka sang gadis, lantas menghela napas berat-berat.
"Oh, Andiane," katanya sendu. "Melihatmu membuatku semakin ragu-ragu, atau yakin—aku tidak tahu—untuk menyampaikan hal ini kepadamu. Tetapi waktuku tidak banyak, dan aku benar-benar mempertaruhkan posisiku dengan menemuimu di sini."
Andiane mengerjap. Ia hampir saja menyikapi Mikhael dengan sama menjengkelkannya, tetapi ucapan pemuda itu mengubah pikirannya. "Ada apa? Sebaiknya cepat kau katakan kalau itu membahayakanmu, Mike."
"Baiklah." Mikhael kembali menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan gugup. "Jadi ... aku mendengarnya ... maksudku, aku menguping. Maaf. Tetapi aku dengar, dan berani bersumpah atas telinga dan kaki-tanganku, bahwa Olliviare akan dibawa ke suatu tempat besok. Seharusnya Senin, kau tahu, karena Mamma harus menemuinya, tetapi Kapten Aliansi menghendaki besok ... tepatnya saat kau pulang. Ayah tidak mungkin mengabaikannya."
Darah Andiane berdesir. "Ke mana?"
"Tidak tahu. Suatu tempat, kata Ayah, dan aku tak ingin menduga-duga di waktu yang sangat genting bagimu begini. Aku tak ingin membuang waktumu, tapi seandainya kau masih membutuhkan pengalamanku yang pernah mendampingi Ayah ... kukira Olliviare akan dibawa ke Medemire. Di sanalah para Cortess yang melakukan kesalahan besar dihukum. Tapi, sekali lagi, aku tak tahu apakah ini benar."
Mikhael menyampaikannya dengan sangat cepat dan gugup. Suaranya pelan, amat takut kalau-kalau seseorang menguping, membalas perbuatannya tadi.
Andiane mendengarkan dengan saksama, lantas berkata, "Oh, Mike," ujarnya kebingungan. "Aku sangat berterima kasih atas keberanianmu, tetapi bagaimana jika seandainya aku menggunakan informasi ini untuk suatu hal lain? Kau tahu, aku bisa saja mengkhianati keluargamu."
Mikhael tersentak mendengar ucapan Andiane, walau dia dengan cepat menenangkan diri. "Aku ... aku sadar sepenuhnya," katanya, makin gugup. "Aku telah memikirkannya sepanjang kemari, kau tahu? Dan ... ya, aku sangat menikmati waktu kita latihan bersama, Andiane. Selama ini aku hanya bersama Tuan Kastor, dan kemunculanmu membuatku gembira! Aku tak menyangka bakal punya kawan untuk bercanda bersama, dan mungkin terkadang aku menjengkelkan bagimu, tetapi ketahuilah bahwa aku menyayangimu, Andiane. Kau teman yang cukup berharga bagiku di rumah ini. Sehingga, aku juga sedih melihatmu kadang tidak bisa tertawa bersamaku. Jiwamu seolah tak ada di sini ... terikat pada entah siapa nun jauh di luar ...."
Andiane membuka mulut, kendati tak ada suara yang keluar. Duh, dia ingin menangis lagi! Pemuda ini begitu bijak, bukankah begitu? Andiane pun meraih tangan Mikhael dan menggenggamnya erat. Mikhael membalasnya dengan seutas senyum sedih.
Sang tuan muda menambahkan lagi. "Mamma ... Mamma sering bilang padaku untuk mengikuti kata hati, Andiane, dan meski ini terdengar klasik bagiku, tetapi benar adanya! Ketika aku beranjak dewasa dan lebih sering mengikuti Ayah berbisnis, aku merasa hatiku tersayat-sayat. Mungkin itulah mengapa berteman dengan gadis-gadis lebih baik bagiku daripada membicarakan perang dan kekerasan. Jadi, Andiane, karena kau adalah wanita dan kau sedang memiliki posisi strategis saat ini, maka lakukanlah apa yang benar bagimu. Aku percaya padamu, Andiane, bahwa kau takkan menyakiti hatiku. Kau boleh saja mengkhianatiku, karena apa yang kulakukan sekarang sesungguhnya juga mengkhianati ayahku sendiri, tetapi jangan sakiti hatiku!"
"Mike, aku sungguh-sungguh menghargai dan menghormatimu." Andiane meremas tangan Mikhael. "Aku berutang banyak padamu, Mike. Aku akan menolongmu saat kau membutuhkan bantuanku, dan aku akan berbahagia untukmu saat kau mencapai kegemilangan. Kalau kau membutuhkan teman belajar atau berlatih di Institut, aku selalu siap sedia untukmu, Mike. Sungguh."
Senyum Mikhael mencerah. Ia menepuk-nepuk punggung tangan Andiane. "Aku berharap lebih dari itu, Andiane. Aku berpikir jauh; suatu saat, ketika aku menggantikan Ayah, dan kau telah menjadi orang yang lebih hebat daripada ini, dan bahkan mungkin lebih hebat daripadaku karena kau bisa, aku berharap kita menjalin pertemanan yang sangat baik. Kita saling membantu dengan begitu lumrah!"
Andiane mengangguk mantap. "Aku akan selalu mengingatnya."
Mikhael melepaskan genggaman. "Jadi? Apa kau tetap akan pulang?"
"Bukankah itu keinginan Rod agar rencananya tetap berjalan dengan baik?" Andiane pasrah. "Dan aku bahkan tidak tahu apa yang sesungguhnya akan kulakukan, Mike. Jika kau mengira aku melakukan semua ini demi pria itu ... kukatakan kepadamu, cinta tidak seindah itu! Apa yang sedang kulakukan, nah, kuanggap aku hanya meluruskan apa yang perlu diluruskan."
Mikhael menghela napas. "Cinta tidak seindah itu," gumamnya mengulang. "Aku sangat berharap kau akan menemukan cinta yang membahagiakanmu, Andiane, dan semoga Tuhan senantiasa memandumu untuk meluruskan masalah ini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top