special | 17-an (bag. 1)
note: special episode akan terdiri dari dua bagian. dalam special episode, semua fakta dalam plot yang ada saat ini dikesampingkan. sekian beb.
***
pejantan tangguh (8)
kun: maaf...
kun: gais... mau nanya...
jenar: bayar
kun: serius ini ya Allah...
yuta: awokwkwkwkwk
tigra: kenapa nih?
tigra: jangan bilang lo lagi ribut sama istri
tigra: bisa gak ya, member grup ini tuh jangan lari kesini mulu tiap ribut sama istri
kun: alhamdulillah
milan: iya?
milan: WKWKWKWWK
kun: engga
kun: beneran mau nanya...
yuta: YA NANYA MAH NANYA AJA ANJIR
yuta: LAMA LAU
kun: ponakan gue ditawarin jadi robusta di kafe
kun: nah gue bingung
kun: robusta tuh kerjanya ngapain yah?
jenar: HAH ROBUSTA APAAN
kun: nah itu, gue nggak tau
kun: udah gue tanyain
kun: eh anaknya bingung
yuta: bentar, robusta tuh kayak pernah denger
tigra: ... robusta apaan
tigra: sama sih, gue kayak pernah denger
tigra: tapi apa ya...
milan: hah
milan: apaan
milan: ROBUSTA MAH JENIS KOPI ANJRIT
milan: PONAKAN LO DITAWARIN KERJA DI KAFE JADI KOPI?!! @kun
milan: BARISTA KALI YANG BENER
yuta: nah itu!!
yuta: BARISTA!!
tigra: ... oiya
jenar: jir baru inget
jenar: apa ini tandanya kita udah mulai jarang ngopi?
milan: KACAU LO SEMUA
milan: amit-amit, mentang-mentang udah pada jadi bapak-bapak
milan: jadi goblok
dhaka: apaan sih ribut-ribut
lanang: WOW RAME
lanang: pas-pas-an, aku ingin mengutarakan sesuatu
jenar: offline ah
tigra: offline ah
yuta: offline ah
milan: offline ah
kun: offline ah
dhaka: offline ah
lanang: DIH JAHAT BANGET!! 😩😥😔
johnny: tumben rame
lanang: emang cuma bang johnny doang yang baik 😥😔
johnny: wait
johnny: offline ah
lanang: BANG JANGAN GINI DONG!!! 😭😭😭😭
jenar: wkwkwkwkw
yuta: emang ngeledekin yang paling kecil tuh asyik
lanang: tega banget
lanang: serius nih
dhaka: apaan buruan
lanang: bentar lagi kan 17-an tuh
jenar: alah ajg bilang aja mau ngonten
lanang: bang, kasihanilah gue yang harus menafkahi seorang istri, dua anak manusia dan dua anak berbulu, bang
lanang: gak ngonten gak makan gueeeeee
yuta: BULLSHIT
lanang: lagian kita bikin konten 17-an kayaknya seru loh bang
lanang: kita bikin perlombaan yang mantul endul enyoy-enyoy
yuta: perlombaan merebut istri orang ada gak?
dhaka: menarik
jenar: DIAM @dhaka
tigra: menarik
jenar: monyet lo semua
yuta: gak mau ikut bilang menarik? @johnny
johnny: jangan gitu wkwk
johnny: kasian jenar
jenar: TAI
lanang: yuk
lanang: seru deh kayaknya
lanang: nanti hadiahnya kita bikin yang bombastis
jenar: oke, gue mau satu hektar kebon anggur di prancis
lanang: **syarat dan ketentuan berlaku
yuta: WKWKWWKWK
yuta: gak perlu kebon anggur prancis lah
yuta: urang mah kebon singkong ge jadi wkwkwkwk
milan: emang di perapatan ciamis ada kebon anggur gitu???
tigra: WKWKWKWK
jenar: dasar kampungan
kun: iya deh si yang paling gak kampungan @jenar
lanang: nanti hadiah mah gampang
lanang: kayak honeymoon sama istri ke bali gitu
lanang: atau apa kek
jenar: bali doang
yuta: BUNGKUS LAH KALO GITU
lanang: jadi mau nih ya?
yuta: SIP BUNGKUS
jenar: GUE BELOM BILANG MAU
yuta: suara yuta, suara rakyat
tigra: najis wkwkwk
tigra: tapi yaudahlah, kayaknya seru juga kumpul-kumpul
tigra: mumpung libur
kun: kalo jadi, mau lomba-lomba giniannya di mana?
lanang: lah, bang, bukannya udah jelas?
yuta: hehe
lanang: HALAMAN BELAKANGNYA BANG JENAR DONG
jenar: tai
lanang: setuju?
tigra: setuju
yuta: setuju
milan: setuju
kun: setuju
dhaka: setuju
johnny: setuju
lanang: tuh, bang
jenar: gue doain lo masuk surga dah @lanang
lanang: AAMIINNNNN
jenar: secepatnya
jenar: kalo bisa, besok udah otw
lanang: gapapa yang penting ngontennya jadi di tempat lo wkwkwk
*
Pada akhirnya, Lanang berhasil menuntaskan niatnya untuk bikin konten 17 Agustus-an di halaman belakang rumahnya Jenar.
Menurut Lanang, mumpung dia punya rekan yang halaman belakangnya bisa bersaing sama lapangan golf, ya kenapa nggak dimanfaatkan daripada mubazir, betul tidak?
Pada hari yang sudah ditetapkan, semua pihak-pihak yang bakal terlibat telah disiagakan di rumahnya Jenar, yang meliputi:
1. Delta selaku permaisurinya Lanang. Haha, nggak deng. Selaku istri yang suportif, sementara lakinya sibuk ngonten, Delta bakal mengawasi anak-anak (yang kalau disatuin, wah ternyata banyak juga, sudah kayak satu kelompok playgroup) terus ikutan jadi wasit. Kali saja ada kontestan yang berniat berbuat curang (biasanya sih Yuta, kalau nggak Dhaka).
2. Ucok dan Hendra, sebagai kru-nya Lanang yang telah menemani dari jaman Lanang masih nunggak IndiHome sampai Lanang bisa bikin konten ikoy-ikoy-an.
3. Deyang, katanya sih bukan nama sebenarnya. Tapi anak tongkrongannya sudah terlanjur ngasih dia nama itu, terus ya kebawa-bawa sampai sekarang. By the way, dia cowok. Ceritanya lagi magang di tim lelakijawa.
4. Para kontestan gratisan yang bakal memperebutkan hadiah perlombaan, yaitu; Kun, Tigra, Dhaka, Yuta, Johnny sama Milan disertai oleh para permaisuri masing-masing.
5. Ningning, pacarnya Deyang. Sengaja diterjunkan untuk jadi babysitter dadakan, karena mana sanggup Delta mengawasi para krucil sebanyak itu.
6. Kamera-kamera.
7. Untuk hadiah sih, nanti akan diserahkan seminggu setelah acara selesai, dan dilakukan langsung oleh Lanang selaku pemimpin tim lelakijawa.
Awalnya, Rei kaget banget karena rumahnya tiba-tiba didatangi banyak orang.
"Je, ini kenapa—"
"Loh, Regina, kamu belum tau?"
"Belum..."
"Lanang ama tuh orang-orang pada mau bikin konten 17 Agustus-an di halaman belakang."
"Hah?!"
"Nah, sekarang kamu tau."
"TAPI INI NGEDADAK BANGET, JE!! AKU BELUM SIAP-SIAPIN—"
Jenar malah nyengir. "Justru itu, aku sengaja kasih tau kamu dadakan, biar kamu nggak sempat siap-siapin apa-apa. Udah deh, Regina! Udah untung aku izinin mereka bikin konten di halaman belakang kita. Masa kamu harus repot juga?"
"Papa, 17 Agustus-an itu apa?" si Bocil yang dari tadi hanya menguping pun jadi terusik untuk turut bicara.
"Perayaan hari kemerdekaan, Je."
"Hari kemerdekaan itu apa?"
"Hari bebasnya negara kita dari penjajahan."
"Penjajahan itu apa?"
Jenar lumayan pusing juga ya meladeni bocil ini. Tapi kata Rei, kalau anak mereka nanya, jawabnya nggak boleh asal, walaupun terkesan ribet dan "apa banget sih" menurut pikiran orang dewasa. Soalnya ya... kalau nyeleneh, jawaban nyeleneh itu yang nantinya bakal diingat sama si Bocil.
"Nanti Mama ceritain, Je, sebelum bobo."
"Asyik, cerita baru nih, Ma?"
"Iya."
"Yippieeeee!!" Wuje bersorak, sementara Rei berpaling ke Jenar.
"Mereka mau bikin acara kayak gimana?"
"Lomba gitu katanya."
"Lomba apa? Makan kerupuk dan sejenisnya atau yang lain?"
"Nah itu, aku juga belum tau."
"Je, gimana sih?! Masa kamu belom tau?!"
"Ya... Lanang belum infoin apa-apa..."
Rei mengembuskan napas. Dia masih clueless, namun ujung-ujungnya memutuskan untuk mempercayai Lanang. Semoga saja deh, ide Lanang untuk perlombaan ala acara 17 Agustus-an ini nggak akan aneh-aneh banget.
"Yak, apa semuanya sudah stand-by?"
Lanang bicara dari bolongan di atas mobil SUV-nya. Lagaknya kayak mahasiswa gadungan yang lagi menjiwai peran, karena ngomongnya pakai toa. Mana tuh orang memakai heavy tank top yang dilengkapi dengan kalung rantai. Nih kalau bukan karena cincin kawin yang melingkar di jari manis dan eksistensi sepasang anak kembar yang memanggilnya "Bapak", kayaknya nggak akan ada yang percaya kalau Lanang sudah nikah dan punya dua anak.
"Udah!!"
"Yak, baris yang rapi!!"
"Ngapain harus baris yang rapi sih?!" Jenar berkacak pinggang. Disuruh-suruh begini oleh orang termuda di grup Pejantan Tangguh membuat jiwa senioritasnya memberontak.
"Biar enak dikontenin, Bang!"
"Udah, baris aja yang rapi. Biar cepet!!" Milan berseru.
"Ngapain gue harus baris?! Udah mah syutingnya di rumah gue—heh, apa-apaan ini—" Jenar tercengang ketika Dhaka keluar dari barisan, terus memegangi sisi kiri-kanan lengan atasnya dan membuatnya bergeser, memaksanya baris. "Dhaka—lo—apa-apaan—"
"BA—" Dhaka mendelik, menepuk kedua lengan atas Jenar. "—RIS."
"WAH, KALAU GINI CARANYA, GUE NGGAK TERIMA—"
"Jenar,"
Jenar menoleh, ekspresi mukanya langsung manis. "Iya, Gina?"
"Baris yang bener."
"... oke."
"Emang beneran kayak singa lepas. Ketemu pawang dulu baru nurut." Dhaka berdecak sambil geleng-geleng kepala.
"Silakan diteruskan!!" Tigra berseru ke Lanang.
"Jadi, acara kita hari ini akan terdiri dari tiga babak!!"
Lanang mengumumkan dengan penuh semangat.
"GAIS, TEPUK TANGANNYA MANAAAA?!!"
Para hadirin pun bertepuk tangan.
"Oke, jadi tiga babak lomba yang dimaksud adalah... tretetetet tetetet... pertama, lomba makeup-in pasangan masing-masing, kedua lomba main futsal dan ketiga lomba tarik tambang!! Khusus untuk lomba yang terakhir, berhubung lomba tersebut merupakan penentuan, maka nantinya kita akan menerapkan sedikit twist di sana!!"
Hening lagi.
"GAIS, TEPUK TANGAN DONG!! TUNJUKKIN SEMANGATNYAAA!!"
Kayak tadi, baru deh pada bertepuk tangan.
"Oleh sebab itu, untuk kepentingan lomba, maka kalian akan dibagi ke dalam dua kelompok—"
"INTERUPSI!!" Yuta berteriak, rusuh banget. "Lo bakal ikut lomba apa nggak?!"
"Berhubung gue adalah host dari acara ini, maka untuk memastikan lombanya tetap adil, gue nggak ikutan!!"
"KALAU GITU, INI NGGAK ADIL!!" Yuta makin berapi-api, bikin Queensha yang menonton dari samping melongo. "JUMLAH KITA GANJIL!!"
"Gue nggak keberatan nggak ikut—" Dhaka yang sudah kebelet mau rebahan pun sok-sok-an berinisiatif memberikan ide.
"NGGAK BISA!!" Jenar nggak terima. "Kalau Dhaka nggak ikut, gue juga nggak ikut!!"
"Apaan sih lo?!" Dhaka bete.
"Gue nggak akan membiarkan lo bisa rebahan dengan tenang ya!!"
"Nggak apa-apa, bisa dibagi ke dalam dua kelompok. Tiga orang versus empat orang. Khusus untuk yang badannya gede dan banyak ototnya kayak Bang Jenar sama Bang Johnny, kalau kalian jadinya satu kelompok, kalian bakal berada dalam kelompok beranggotakan tiga orang!"
"Maksud lo, gue kecil gitu?!" Tigra menukas.
"Kalau dibandingin sama Bang Jenar atau Bang Johnny sih yah, Bang..." Lanang meringis.
Tigra cemberut, melipat tangan di dada.
Lanang memberitahu instruksi lanjutan, sehabis itu mempersilakkan para bapak-bapak untuk memilih bola dalam kantung hitam.
Ternyata benar sih prediksi Lanang. Jenar-Johnny-Dhaka sekelompok. Sisanya yaitu Tigra-Milan-Kun-Yuta masuk kelompok sisanya.
*
"Tante, Mama aku mau diapain? 😨😥😥😰."
Delta masih mengamati dari samping dengan tangan terlipat di dada sewaktu tahu-tahu, Wuje yang duduk di sisinya bertanya.
Para bocil memang sengaja ditempatkan di gazebo terus belakang rumah Jenar. Tak lupa, mereka disuguhi aneka makanan biar anteng—macam milkshake, macaron, takoyaki. Jadi deh, pada diam saja, sibuk nontonin orang tua mereka sambil mulut nggak henti menggiling makanan.
Tapi berbeda dengan bocil lainnya yang kelihatan santai, Wuje justru terlihat khawatir ketika ibunya duduk berhadapan dengan ayahnya, ditemani sebuah meja kecil sarat alat makeup yang asing baginya.
"Mau didandanin, Arga."
"Biar apa didandanin?"
"Biar cantik..."
"Tapi Mama aku udah cantik, Tante..."
Delta speechless sejenak.
"Tante, makeup tuh bisa bikin orang jadi cantik ya?" Queensha tau-tau ikut bicara.
"... iya, Queensha."
"Alhamdulillahhhhhhh!!" Queensha bertepuk tangan. "Akhirnya Mama aku bisa kelihatan cantik juga..."
"Tapi yang dandanin kan Papa kamu, Kwinsa!" Cherry berkata. "Emangnya Papa kamu jago dandan?"
"Papa aku jago kuncirin rambut aku!!"
"Tapi emang Papa kamu pernah dandanin kamu?" Lila turut nimbrung.
"Nggak, sih..."
"Wah, berarti bisa jadi nih ya, bukannya tambah cantik, Mama kamu malah tambah jelek, Kwinsa!" Wuje meledek.
"Idih, kayak Papa kamu jago dandanin orang aja!!"
"Aku nggak tau Papa aku jago apa nggak, tapi... Mama aku kan udah cantik, Kwinsa!"
Queensha bete. Rasanya dia pengen bilang kalau mamanya lebih cantik dari mamanya Wuje, tapi di sisi lain, Queensha ogah banget mengakui. Maka, dia diam saja dan menyumpal mulutnya dengan banyak gummy bear.
*
Perlombaan babak pertama pun dimulai.
Lanang berkeliling mengamati, sementara Ucok dan Hendra bergerilya dengan kamera masing-masing. Deyang juga memegang kamera sih, tapi khusus untuk nge-shoot Lanang saja, berhubung jam terbangnya belum tinggi. Ningning sudah enak-enakan duduk di gazebo, ngadem sekalian update igstory biar seisi dunia tau, dia lagi nongki-nongki di rumah orang sugih.
Tampaknya, selain Johnny, Tigra sama Kun, para bapak-bapak clueless banget dengan apa yang mesti mereka lakukan.
Contohnya... seperti yang terjadi di tempat Jenar...
"Regina..."
"Hm?"
"Perasaan tuh yah, makeup kamu tuh nggak sebanyak ini deh..." Jenar menggaruk pelipisnya yang nggak gatal. "Kenapa tiba-tiba jadi banyak banget?"
"Kalau makeup yang proper, emang mestinya begini, Je."
"... yang proper gimana yang enggak proper gimana?" Jenar makin bingung.
"Kalau yang proper tuh yang untuk kondangan, gitu-gitu."
"ASTAGA, SEBANYAK INI?!"
"Iya..."
"Bang, mohon maap sekedar mengingatkan, tapi waktu Abang terbatas loh ya..." Ucok berujar, membuat Jenar jadi rada panik.
"REGINA, INI APA DULU AKU HARUS NGAPAIN?!!"
Rei malah terkekeh geli lihat reaksi suaminya. "Coba foundation aja dulu deh."
"Foundation tuh yayasan? Kok tiba-tiba ke yayasan?"
"Maksudnya alas bedak, Je. Tuh yang botol itu."
"Oh..." Jenar meraih botol foundation, terus dibuka sama dia. Mukanya kelihatan nggak yakin, makanya ujung botol foundationnya sempat dia endus. "Baunya... kayak bedak."
"Kan emang alas bedak, Je."
"Ini diapain?"
"Olesin ke muka aku. Boleh pake beauty blender—"
"HAH, MANA ADA BLENDER?! KITA KAN NGGAK MAU NGE-JUS!!"
"Maksudnya, spons itu, Je. Yang warna pink. Atau kamu bisa pake kuas foundation, tuh yang di gelas, yang gagangnya warna hitam."
"Oke..."
"Aku percaya kamu bisa, Je."
"Aku yang nggak percaya, Gina..."
Rei berusaha keras menahan tawa ketika dilihatnya Jenar menuang foundation langsung dari botol ke kuas, habis itu... dia menyapukan kuasnya ke wajah Rei dengan gerakan persis kayak orang lagi nge-cat tembok.
"Regina, kenapa ketawa!!?"
"Nggak apa-apa, Je."
"Aku beneran lagi berusaha keras nih!!"
"Iya, aku tau kok..."
"Kalau kamu ketawa, konsekuensi aku—eh kok malah konsekuensi kan duh jadi belibet gini, maksudnya konsentrasi aku hilang!"
Rei tersenyum geli, terus memejamkan mata. "Oke, aku diam sekarang."
"Nah... kalau gini kan aku bisa fokus—eh tapi Gina, kamu wangi deh. Hehe. Jadi pengen cium."
Sekali dedengkot rawa memang selamanya akan jadi dedengkot rawa.
Sementara itu... di tempat Yuta sama Yumna...
Yuta menghabiskan lima menit pertama hanya untuk menatapi alat-alat dan produk makeup yang berjajar sambil mengusap dagu, persis kayak Socrates lagi merenung.
"Tuy,"
"Gue lagi mikir ini, Ro. Jangan ganggu gue."
"Mikir lo nggak kelar-kelar, anjrit, yang ada nanti kita malah kalah!!"
Bertepatan dengan selesainya seruan Yumna, Hendra mendekat sambil membawa kamera. Disorot kamera seperti itu, jiwa selebritis Yuta memberontak. Dia pun beraksi.
"Hai, beauty people! Kembali lagi bersama saya, suaminya si Roro dan papanya Queensha yang lagi puyeng perkara makeup-in istri, tapi yah, demi hadiah endul mantulita untuk saya yang dulu sempat menang Alphard dari Bank BCA ini, saya akan berjuang. Kira-kira, produk apa dulu yah yang mesti saya gunakan?"
"Foundation, Tuy."
"Baiklah, karena Roro sudah berkata demikian, kita akan mulai dari eyeshadow."
Yumna seketika manyun. Beneran, sarannya nggak guna bangetdi mata Yuta. Dia masih tenang ketika Yuta membuka eyeshadow palette yang tersedia. Tapi ketenangannya terusik tatkala Yuta mengambil kuas berukuran kecil yang menurutnya oke buat mata dan menekankannya ke pan berisi... eyeshadow hijau.
"TUY!!"
"ANJING—ups, sori beauty people, agak kasar yah tadi, tapi nanti bakal disensor kok sama Lanang hehe—" Yuta melotot ke Yumna. "Lo kalau ngomong pake aba-aba dong, gue kan jadi kaget!!"
"Itu eyeshadow ijo."
"Ro, gue nggak buta warna."
"KENAPA PAKE EYESHADOW IJO KALAU GITU?!"
"Warnanya cakep. Gue suka."
"TUY, NGGAK IJO JUGA!!"
"Ro, ini ijo bukan sembarang ijo—"
"TERUS APA?!"
"Ini Ijo Nyi Roro Kidul, Ro..."
Yumna capek banget ngeladenin Yuta, sementara Hendra makin fokus merekam, walau kelihatan banget, tuh orang kesusahan menahan tawa.
"Tuy—"
"Percaya sama gue. Lo pasti bakal kelihatan cantik banget."
"Tuy!!"
"Ro—percaya sama gue." Yuta memukul-mukulkan sedikit kuasnya ke tepi eyeshadow palette, menunjukkan gestur layaknya MUA professional sekelas Bubah Alfian. "Sekarang, tutup matamu, wahai istriku."
Yumna kesal, tapi di saat yang sama, ya dia nggak berdaya. Tadi Lanang sudah bilang, dalam lomba ini, looknya suka-suka para bapak-bapak mau gimana. Dia cuma berharap, makeup hasil karya Yuta nggak akan membuatnya bertransformasi jadi goblin lahan gambut.
Yuta membubuhkan eyeshadow di kelopak mata Yumna bolak-balik, menatap sejenak, terus ganti mengambil sebatang eyeliner warna biru metalik.
"Tuy, lo ngapain—"
"Ssshh, sabar, Ro. Gue lagi beraksi nih. Nah, tunggu kering tuh spidol mata, oke—yak, sekarang buka matamu."
Yumna membuka mata, menatap Yuta yang kini menggigit bibirnya kuat-kuat.
"Cakep nggak?"
Yuta nggak menjawab, malah ngakak puas sampai guling-guling di atas rumput. Yumna mendesis kesal. Queensha hanya mampu menyaksikan segalanya dari gazebo. Bocah itu menepuk dahinya, lelah sendiri menyaksikan tingkah-laku kedua orang tuanya, terus lanjut menyedot jelly dalam milkshakenya.
Orang berikutnya yang clueless juga... adalah Dhaka.
"Juno, aku harus ngapain, aku bingung—"
"Nggak tau ya, kan yang lomba tuh kamu." Juno menukas jahil.
"Juno, serius deh!"
"Aku tuh serius, Dhaka. Kan emang yang lomba tuh kamu."
"Ya tapi masalahnya ini tuh, aku nggak tau mana yang harus dipake duluan gitu loh... coba, gimana kalau nantinya aku malah makein yang buat di mata ke bibir? Atau sebaliknya? Yang ada nanti kamu malah keracunan!"
"Ya jangan sampai salah!!"
"Juno!!"
Juno ngakak. "Jangan ngamuk gitu, malu tau dilihatin Kakak sama Adek dari gazebo!"
Dhaka melirik ke arah gazebo dan mendapati anak-anaknya memang berada di sana. Tetapi, nggak seperti yang Juno katakan, Kakak sama Adek nggak sedang mengamati kedua orang tuanya. Adek malah sibuk nyanyi-nyanyi sama Ningning, sedangkan kakak lagi menuang sebungkus penuh permen chacha cokelat ke mulutnya yang terbuka, siap menadah persis kayak baskom.
"Mereka lagi sibuk sendiri."
"Wah, iya juga—ih tapi kok Kakak gitu amat makannya!!? Kalau keselek gimana?!"
"Nggak akan lah." Dhaka berdecak. "Ini gimana jadinya—waktu terus berjalan nih, aku nggak mau sampai kalah di perlombaan ini!!"
"Coba kamu inget-inget, aku kalau mau makeup tuh biasanya ngapain dulu?"
Dhaka berpikir sebentar. "Pake apa sih tuh yang buat bibir—pelembab bib—oh, aku ingat apa namanya! Lipbalm?"
"Correct."
"Tapi mana yang lipbalm..."
"Yang rasa stroberi."
"Ini?"
"Itu eyeshadow, Dhaka."
"Warnanya pink!"
"YA APA HUBUNGANNYA?!"
"Pink biasanya rasa stroberi!!" Dhaka ngeles.
"Bukan, yang itu."
Juno akhirnya agak kehilangan kesabaran, menunjuk pada satu wadah bulat produk lipbalm in jar. Semua produk hari ini tuh baru dan semua disediakan oleh Lanang selaku host sekaligus sponsor.
"Oh... oke..."
Dhaka mengambil lipbalm in jar yang ditunjuk oleh Juno, terus membukanya. Produk berwarna merah muda langsung terlihat, menguarkan harum stroberi yang enak ke udara. Dhaka memiringkan wajah, mendekatkan produk tersebut ke hidungnya untuk mencium baunya.
"Bau stroberi?"
"Mm-hm." Dhaka mengangguk.
Dengan tangan yang sudah dicuci sebelumnya, lelaki itu mencolek sedikit produk lipbalmnya. Tapi alih-alih mengoleskannya ke bibir Juno, Dhaka justru mengamati jarinya yang kini terlihat agak pink karena terkena produk lipbalm. Juno masih menunggu, namun sontak ternganga ketika Dhaka...
... memasukkan jarinya yang berlumur lipbalm ke dalam mulut.
"DHAKA!!"
"Juno,"
"APA?! KENAPA LIPBALMNYA MALAH DIMAK—"
"Bohong, ini nggak rasa stroberi..."
Juno puyeng banget sih, nggak bohong.
Lalu... tentu saja ada Milan yang masih berjuang...
Ternyata, skill Milan soal mendandani perempuan tuh nggak cetek-cetek amat.
Seenggaknya, Milan boleh berbangga hati karena hasil makeupnya nggak sekacau para pria clueless yang lain, walau yah kalau dibandingkan sama skillnya Johnny, Kun dan Tigra, dia bukan apa-apa sih.
Tadi, Milan sempat melihat gimana Johnny, Kun dan Tigra mulai mendandani bini masing-masing. Johnny terlihat tenang. Dia memilih warna eyeshadow yang soft dan cenderung peach-y buat dipulaskan di kelopak mata Gia. Kun juga, jago banget mengaplikasikan blush on, bikin mukanya Sheza yang biasanya garang jadi gemas kayak ulzzang-ulzzang Korea. Terus Tigra begitu ahli bikin eyeliner, cuma dengan sat-set-sat-set sekali gambar, wing eyelinernya tercipta dengan sempurna. Ketiganya kelihatan tau akan apa yang mereka lakukan, dan Milan jadi minder.
Bagian alhamdulillahnya ditempatkan duduk di dekat mereka bertiga sih ya... Milan jadi bisa nyontek dikit-dikit.
Makanya, wajar kalau makeupnya Sakura tergolong cantik—dan terbantu karena memang pada dasarnya, yang didandanin juga sudah cantik.
Milan sempat kepikiran mau niru Tigra buat bikin eyeliner di matanya Sakura, tapi ampun deh, berbeda dengan tangan Tigra yang terlihat ahli banget, tangan Milan tremor.
Getar gitu, kayak handphone Nokia keluaran tahun 2000-an.
Sakura sampai ketawa, terus katanya. "Lan, nggak usah dipaksa."
"Hah?"
"Nggak usah dipaksa bikin eyeliner. Aku tau sampai di mana batas kemampuan kamu."
Milan manyun. "Tapi Tigra bisa bikinnya—"
"Kak Tigra kan emang jago gambar, Lan."
"Aku juga jago gambar!!"
"Gambar abstrak?"
"GAMBAR ABSTRAK AKU DIKASIH NILAI 80!!"
"Waktu SD kan?"
Milan mendengus. "Tapi emangnya nggak apa-apa kalau nggak pake spidol mata?"
"Namanya eyeliner, Lan."
"Iya, maksudnya elener."
"Nggak apa-apa. Langsung maskara aja."
"Maskara—hm maskara—di mana maskara—"
"Itu, Lan, yang wadah item."
"Ini?"
"Itu browcara, Lan."
"APA BEDANYA?! SAMA-SAMA KARA-KARA JUGA!!"
"Itu buat alis..."
"..."
"Kalau maskara, buat bulu mata."
"Anjrit, ribet banget jadi cewek!!"
"Baru tau? We have to deal with this kind of things, terutama kalau mau ada acara formal. Makanya, kalau aku dandannya rada lama pas mau kondangan, kamu jangan ngambek!!"
"All these products but..."
"Tapi apa?"
"... aku masih ngerasa kamu lebih cantik pas baru bangun tidur."
"PERES BANGET!!!" Sakura ngakak.
"Nggak, Kura. Ini beneran." Milan meraih botol maskara, tapi Sakura telah lebih dulu menahannya.
"Et, lupa. Jangan langsung maskara, Lan! Pake penjepit bulu mata dulu!"
Milan kaget bukan kepalang. "HAH, KOK BULU MATA DIJEPIT?! 😱😱😱."
"Iya, ada alatnya, Lan."
"MANA?!!"
"Ini—"
"Kura, aku nggak paham makeup, tapi jujur banget, alat itu terlihat mengerikan dan berbahaya..."
"Nggak apa-apa. Tinggal dijepit—sori, Lanang?"
Lanang yang berdiri nggak jauh dari mereka pun menoleh. "Oit, kenapa?"
"Ini kalau jepit bulu mata harus dijepitin juga?"
"Yoi. Pokoknya yang di-makeup-in nggak boleh ngapa-ngapain. Kalau nunjukkin dikit-dikit nggak apa-apa."
"Nah tuh, Lan."
Milan kelihatan gugup banget. "Ini gimana cara makenya?"
"Dijepitin gitu ke bulu mata, Lan."
Milan mengangkat alis, mengamati alat tersebut dan memutuskan untuk menguji alat tersebut pada dirinya sendiri. Dia membawa alat itu ke matanya, terdiam sebentar, terus menelan saliva dan akhirnya nekat... menjepit bulu matanya sendiri.
"ADAOWWWWWWW!!"
Sontak, semua orang mulai dari peserta lomba, para kameraman hingga mereka yang nongkrong di gazebo menoleh ke arah Milan.
"Lan?!"
"SUMPAH INI BULU MATA GUE NYANGKUT ANJRIT GIMANA CARA NGELEPASINNYA—ADAOWW—NGGAK BISA LEPAS—WOY JANGAN PADA BENGONG AJA!! TOLONGIN GUE!!"
*
Lomba merias pasangan masing-masing sempat terhenti gara-gara kehebohan dadakan yang Milan timbulkan.
Tapi memang benar sih, bulu matanya Milan terjepit secara lebay, jadi otomatis, ketika penjepitnya berhasil dilepaskan dengan bantuan Tigra dan Kun, Milan harus merelakan salah satu matanya botak sebelah.
Iya, bulu matanya Milan banyak yang rontok.
Sakura hanya bisa memandang prihatin, meski dalam hati ingin ketawa juga. Berbeda dengan Jenar sama Yuta yang sudah sempurna ngakak sampai sakit perut. Dhaka hanya mendelik, menebar garam dan sesumbar, bahwasannya meski makeup hasil karya Milan terlihat lebih soft, tapi dia lebih jago menjepit bulu mata.
Perlombaan yang tadinya tertunda pun diteruskan, berhasil mengukuhkan tim Tigra sebagai pemenang. Soalnya, di tim Johnny, cuma Johnny doang yang hasil makeupnya bagus, sedangkan Jenar sama Dhaka ancur-ancuran. Kalau di tim Tigra, selain Tigra, ada Kun yang bagus. Yuta sih santai-santai saja. Waktu penilaian hasil makeup, tuh orang dengan bangganya memperkenalkan hasil karyanya sambil bilang, "makeup ini terinspirasi dari sayur pakcoy dan kaleng pepsi, makanya nuansanya ijo-ijo biru-biru gitu."
Jenar sempat protes sih. "Hasil makeup gue bagus ye! Lihat tuh! Nggak adil banget nih, masa timnya Tigra yang menang?!"
"Mohon maaf banget, Bang, tapi hasil makeup lo ancur. Lo beruntung aja, Kak Rei emang udah cakep, jadi rada kebantu." Lanang memberitahu.
Jenar mendengus, kayaknya akan tetap ngotot nggak menerima keputusan juri kalau saja Wuje nggak berlari menghampiri Rei dari arah gazebo. Matanya kelihatan berkaca-kaca. Suaranya dramatis banget ketika dia memanggil Rei sambil berlari.
"Mamaaaaaa!!"
Rei berjongkok, merentangkan kedua tangan dan menyambut Wuje ke dalam pelukan. "Iya, Sayang?"
"Mama kenapa? Mukanya Mama diapain Papa?"
"Didandanin."
"Jelek banget..." Wuje menyentuh pipi Rei pakai salah satu tangannya. "Mama, ayo cuci muka!"
Jenar melotot. "NGGAK SEPARAH ITU DEH, JE!"
"Nah kan, anak lo aja udah mengakui!" Yuta mencibir. "Hasil makeup lo ancur—urgh, Ro, sakit tau!!" Yuta protes karena barusan, dia kena sikut Yumna.
"Hasil makeup lo juga ancur, Tuy."
"Nggak apa-apa, yang penting tim gue tetap menang!!" Yuta ngakak lagi.
Perlombaan sesi pertama ditutup, dilanjutkan ke sisi kedua. Kali ini, lombanya digelar dengan seimbang. Tiga lawan tiga. Milan masih syok karena salah satu matanya dipaksa botak mendadak, jadi dia memilih beristirahat saja.
"Apa nih?! Futsal kan?!" Yuta terlihat semangat. "Kalau gini caranya, tim gue pasti menang lagi!!"
Jiwa kompetitif Jenar semakin berkobar. "Nggak akan gue biarkan!!"
"Iya, betul Abang-abang sekalian! Perlombaan berikutnya adalah futsal! Tapi ada ketentuan khusus dalam perlombaan futsal kali ini!"
"Apaan tuh?"
"Para abang sekalian... diharuskan memakai daster ketika main futsal!!"
Enam-enamnya kompak memasang wajah shock.
to be continued.
***
sumber inspirasi special episode ini:
KUKUBIMA ENERGY!! ROSO!!!!!
suaminya sapa sih nih
***
a/n:
yak karena panjang, jadi dipecah menjadi dua wkwkwkwkwkwkwwk
dah gitu aja beb
merdeka untuk kita semua, yang hatinya masih dijajah pria koreya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top