4 | keracunan

Walau sempat menuai kekagetan dan diterpa isu miring, pernikahan Tigra sama Jella, syukurnya, berjalan dengan lancar.

Rei beserta anak-anak selantai dua kosan Sadewo yang lain kompak jadi bridesmaidnya Jella, sedangkan yang cowok-cowok, tentu saja didapuk menjadi groomsmen. Masing-masing mempelai punya sesi photoshoot sendiri dengan bridesmaid maupun groomsmen, dan jujur, Rei takju banget lihat hasil photoshootnya Tigra bareng anak-anak cowok. Nggak tau siapa yang mulai, anak-anak cowok pada berimprovisasi sendiri, jadi alih-alih kelihatan kayak photoshoot groom dan groomsmen, mereka justru kelihatan kayak boyband lagi pemotretan majalah.

Makanya, di hari pernikahan, ketika baik mempelai pria maupun mempelai wanita dipersilakkan berdansa dengan orang lain (diutamakan mantan) sebelum menutup resepsi dengan berdansa bersama pasangan yang baru saja dinikahi, Rei diam-diam bilang ke Tigra. "File hasil photoshootnya Jenar boleh gue minta nggak?"

"Photoshoot apaan?" Tigra menatap Rei, nggak langsung paham.

"Photoshoot lo sama anak-anak cowok."

"Oh. Mau buat apaan? Buat ngusir tikus?"

"Iya."

Tigra tertawa dengan tangan yanng masih melekat di pinggang Rei. "Jujur, mau buat apa?"

"Mau gue simpen."

"Kemajuan yang bagus, ternyata sekarang lo udah nggak denial lagi dan kelihatannya, mulai menikmati bucin life."

"Terserah deh."

"Nanti gue kirim. Send aja email lo via WhatsApp."

"Oke, and anyway, Tigra,"

"Mm-hm?"

"Happy wedding."

"Ingat sama kata-kata gue. Habis ini lo."

Rei tertawa saja. "Cincin yang lo kasihin ke gue waktu itu, masih mau tetap gue yang simpan atau gue hibahin ke Jella?"

"Nggak apa-apa, lo aja yang simpan."

"Serius?"

"Cincin itu adalah tanda kalau gue pernah sayang sama lo lebih dari teman, meski sekarang nggak lagi. Anggap aja kenang-kenangan."

"I wish you happiness."

"Me too, Regina. Me too. I wish you a lot of happiness."

Musik yang mengiringi dansa mereka berhenti setelah Tigra berkata begitu. Keduanya saling tersenyum sebelum sama-sama melepaskan diri. Lagu terakhir mulai mengalun, serupa pertanda bagi Tigra untuk memulai dansa pertamanya dengan Jella setelah mereka berdua resmi menikah. Dalam sekejap, pasangan-pasangan yang semula berada di lantai dansa menarik diri, memberikan spotlight sepenuhnya untuk sepasang pengantin yang sedang berbahagia.

Terus setelah itu, apa?

Semuanya kembali ke kenyataan. Pesta pernikahan, selayaknya pesta, adalah tempat orang-orang bergembira merayakan suatu momen. Tapi setelah pestanya selesai, yang tertinggal hanya pernikahan, sesuatu yang lalu bermuara pada apa yang dinamakan rumah tangga. Lembaran baru dalam hidup yang tak jauh beda dengan bagian-bagian hidup lainnya, tidak cuma sarat oleh bahagia dan kebersamaan, namun juga kesulitan dan pertentangan akibat perbedaan.

Tapi jelas, sebagai yang paling pertama menikah di circle pertemanan mereka dari jaman kuliah, pernikahan Jella dan Tigra meninggalkan kesan untuk yang lain.

Yumna makin getol ngode ke cowoknya kalau dia juga kepingin dilamar—tapi sayang, cowoknya nggak kunjung peka.

Jenar kian frustrasi bercampur envy, tapi tiap dilamar, Rei hanya nyengir sambil menyentuh pipinya—terus kalau Jenar mulai protes, Rei akan melancarkan jurus andalannya yang mampu membuat pacarnya bungkam lantas terdistraksi.

Meski yah, kayaknya yang paling diingat adalah kenyataan kalau diantara Rossa, Wirya dan Jaka, nggak ada satupun dari mereka yang muncul di hari pernikahan Jella dan Tigra. Jella paham sih sama situasinya Rossa. Dia juga nggak mau memaksa. Tentang Wirya, cowok itu masih menyempatkan diri mengirim kado pernikahan berupa satu set arloji Rolex untuk couple, disertai kartu ucapan yang berbunyi;

May happiness find you in every corner of the globe, as you begin your new life together. Happy wedding, Jella & Tigra. Sori banget gue cuma bisa kasih ini, dan berhalangan untuk datang. Congratulations. —Wirya

Mau tau kira-kira berapa harga dua jam yang Wirya kirimkan itu?

Setelah Jella googling, buat dua jam, harganya hampir dua ratus juta.

"Cuma bisa kasih ini..." Jella sampai geleng-geleng kepala.

"Wirya emang gitu." Tigra tertawa. "Tapi kalau kamu keberatan dikasih kado semahal ini, aku bisa bilang Wirya kalo kadonya kemahalan kok."

"Nggak ada yang kemahalan, Ti. Adanya kita yang nggak mampu beli."

"Jadi mau diterima apa nggak?"

"Aku belum sinting ya, Ti."

"Jadi?"

"YA DITERIMA LAH."

Tawa Tigra pun pecah seketika.

Sehabis menikah, mereka nggak honeymoon. Selain karena jatah cuti mereka nggak banyak dan masih ada target perusahaan yang mesti dicapai oleh kacung-kacung korporat seperti mereka ini, juga karena Jella belum ada ide mau kemana. Soalnya, kalau perkara liburan, selera Jella dan Tigra rada berbeda. Jella suka jalan-jalan ke tempat di mana dia bisa shopping. Beneran jadi turis gitu deh. Sedangkan Tigra orangnya suka melihat aspek-aspek unik dari sebuah tempat yang dia kunjungi, mau itu dari sisi sejarahnya, atau bersinggungan sama budaya yang belum pernah dia tau sebelumnya.

"Pantesan dulu kamu sering staycation sama Rei. Ternyata satu genre."

"Satu genre gimana?"

"Gaya liburannya sama-sama aneh."

Lagi-lagi, Tigra hanya bisa ngakak.

Gara-gara nggak honeymoon, alhasil waktu luang mereka lebih banyak dihabiskan buat berduaan. Makanya nggak heran, kalau sebulan kemudian, mereka berdua sama-sama dibikin kaget oleh dua garis merah yang muncul di testpack. Mana yang nyadar duluan tuh Tigra.

Jadi ceritanya gini, Tigra paham banget kalau tiap sebulan sekali, moodnya Jella suka nggak jelas. Biasalah, namanya juga hari-hari merah. Meski sempat kaget, tapi lama-lama, Tigra jadi terbiasa. Terus dia jadi berinisiatif, tiap bulan, ketika hari-hari merah sedang berlangsung, dia suka membelikan Jella makanan-makanan manis yang memang Jella suka, juga menemaninya marathon film Netflix.

Bulan itu, seperti biasa, sebelum menjemput Jella di kantornya (soalnya kan mereka sudah serumah hehe), Tigra mampir di minimarket buat beli pembalut, es krim, cokelat dan segala macamnya yang suka jadi bahan ngemil Jella sambil movie marathon. Eh, ternyata dalam perjalanan dari minimarket menuju kantornya Jella sempat ada kemacetan yang cukup panjang. Otomatis, Tigra jadi telat sampai.

Tigra sudah siap lahir-batin kena omelan, makanya nggak lama setelah Jella masuk mobil, dia langsung minta maaf.

"Sayang, maaf. Tadi macet—"

"Iya, aku tau kok."

"Iya, maafin ya."

"Muka kamu melas banget deh, Ti. Cuma macet doang, tapi seolah-olah kayak baru ngapain aja. Tenang, aku nggak akan gorok kamu." Jella malah tertawa.

Terus Tigra kaget.

Apalagi, setelah mereka tiba di rumah, Jella tiba-tiba bilang, "Ti, mau mandi bareng nggak?"

"Yakin?"

"Kenapa mesti nggak yakin sih? Kan hemat waktu, juga hemat air."

"Kalau mandi bareng, pasti kita nggak akan cuma mandi doang."

"Justru itu yang aku tunggu-tunggu. Hehe."

Tigra mangap lagi, dalam hatinya sudah macam; HAH, ADA APA GERANGAN DENGAN NI ORANG?!

Ujung-ujungnya, mereka tetap mandi bareng sih, dan yaaa... memang nggak hanya mandi doang. Sehabis mandi, mereka makan malam bersama. Moodnya Jella kayaknya bagus banget, sedangkan Tigra... jadi overthinking hampir semalaman.

Akhirnya, keesokan harinya, sebelum jemput Jella di kantor, dia mampir lagi. Kali ini bukan di minimarket, melainkan di K-24—asli deh, tempat itu sepertinya akan selalu punya kesan tersendiri buat Tigra, soalnya dia ketemu Jella lagi kan di sana. Terus tak lama setelah keduanya sampai di rumah, Tigra gandeng tangan Jella, ajak istrinya duduk bersebelahan di sofa.

"Kenapa, Ti? Kayaknya serius banget..."

"Aku mau tanya deh, kamu belum dapet ya?"

"—dapet—oh!" Jella seperti baru tersadar. "... iya, sih. Belom. Harusnya udah ya?"

Tigra mengangguk. "Biasanya sih di tanggal-tanggal segini."

"Buset, aku aja nggak apal loh?!"

"Aku jadi kepikiran yang lain deh, La." Tigra berkata seraya membuka tas kerjanya, terus mengeluarkan bungkusan plastik berisi tiga testpack yang tadi dia beli. "Mungkin aku terlalu berlebihan. Tapi coba ya? Just in case."

Jella ternganga kaget. "... ini,"

"Coba aja dulu, oke Sayang? Aku tungguin."

"Apa nggak kecepetan?"

"Kalau emang iya, bisa dibilang yaaa... cepet..." Tigra menjawab sambil nyengir. "Tapi kan kita juga emang nggak ada niatan nunda."

"Iya sih..."

"Coba ya?"

Jella mengangguk, terus masuk ke kamar mandi sembari membawa bungkusan plastik yang Tigra berikan. Jujur banget, rada deg-deg-an sih. Padahal ya kalaupun positif juga nggak apa-apa banget. Toh dia punya suami dan nih anak bakal ada bapaknya. Cuma sensasinya yang tetap dag-dig-dug serrrr saja, nggak tau kenapa.

Tigra telah menunggu dengan wajah penuh harap ketika Jella membuka pintu.

"Gimana?"

Jella menghela napas, menunjukkan testpack bergaris dua. "... positif."

Tigra melongo sejenak, kemudian, tanpa ingin membuang lebih banyak waktu lagi, dia langsung merengkuh tubuh Jella, mendekapnya erat-erat dengan dada yang bergemuruh oleh gejolak beragam perasaan. Berkali-kali, dia mengucapkan terimakasih. Terus malam itu, Jella tertidur dalam dekapan Tigra, dengan tangan lelaki itu melekat di atas perutnya yang masih rata.

Kaget sih, tapi kalau Tigra se-happy itu... ya Jella juga ikut happy.

Walau nggak sampai sebulan setelahnya, Jella lagi-lagi ngomel. Posisinya waktu itu mereka lagi pacaran. Biasalah, namanya juga malam Minggu. Masa mereka yang sudah sah kalah sama yang masih pacaran? Tambahan lagi, Jella sedang kepingin makan bebek Peking. Bisa dibilang ngidam kali ya?

Sambil nunggu pesanan mereka diantarkan, Jella chatting sama ciwi-ciwi di grup. Pada lagi malam mingguan juga, jadi saling kabar-kabari. Tapi nggak lama, Jella jadi bete. Dia berhenti texting, meletakkan ponselnya di atas meja dan itu membuat Tigra menoleh.

"Kenapa, hm?"

"Bete banget!"

"Iya, kelihatan kok di muka kamu. Bete kenapa, Sayang?"

"Pada bercandain aku, katanya kok cepet banget sih tau-tau udah bunting aja! Terus si Jinny ngeledek, katanya produk cicilan bukan nih?! Gitu. Aku jadi bete deh..."

"Bilang aja nggak."

"Udah, tapi tetap sebel! Emangnya salah yah kalau abis married cepet punya anak?! Nanti kalau lama nggak punya anak, ditanyain. Nah ini, cepet punya anak, dicurigain. Nggak habis pikir deh!!"

"Paling mereka cuma bercanda, Jella. Tau sendiri kan, emang pada suka ngeledek gitu. Tapi kalau kamu nggak suka, ya bilang dengan jujur kalau kamu nggak suka. Mereka pasti mau ngertiin."

"Udah."

"Terus?"

"Jinny udah minta maaf sih."

"Nah kan."

"Tapi masih kesel!"

"Yaudah, jangan lihatin handphone. Lihatin aku aja."

"Emangnya apa hubungannya?"

"Kalau lihatin aku, pasti keselnya cepet hilang."

Jella mau mendebat, tapi gimana ya... apa yang dibilang Tigra tuh memang benar. Anggap saja dia bucin tolol atau apalah itu istilah yang lagi nge-tren dipakai sama anak jaman sekarang. Nggak apa-apa. Justru karena dia bucin tolol, makanya dia rela melepas masa lajang dan berikrar bakal terus bareng-bareng sama Tigra, dalam setiap keadaan.

Iya apa iya?

*

Lima hari sebelum pemberkatan pernikahan mereka, Jenar memanggil Rei yang waktu itu lagi menyelesaikan sisa-sisa pekerjaan kantor sehabis makan malam.

"Regina, sini."

"Bentar, Je. Tanggung."

"Penting, Regina."

"Apaan? Paling juga lo mau ndusel. Bentarrrrrrr... ini dikit lagi..."

"Nggak. Ini soal pernikahan kita."

Dengar kata-kata Jenar yang terkesan nggak main-main, juga nadanya yang tergolong serius, Rei berhenti melarikan jarinya di atas keyboard laptop. Selama kenal (dan ehem, menjalin hubungan) dengan pensiunan pemilik rawa yang satu ini, Jenar tuh tipe orang yang santai. Dia jarang banget serius. Tau sendirilah, kata-katanya lebih banyak yang kurang berbobot daripada yang berbobot. Tapi sekalinya Jenar galak atau marah, Rei takut banget.

Benar kali ya, marahnya orang yang jarang serius tuh biasanya berkali-kali lipat jauh lebih menyeramkan daripada marahnya orang yang memang setelannya sudah lempeng dan serius dari sananya.

Makanya, Rei beranjak dari duduk dan mengikuti maunya Jenar. Dia duduk di tepi kasur, bersebelahan dengan Jenar yang sudah lebih dulu ada di sana.

"Ini lima hari lagi kan ya..." Jenar memulai.

Rei mengangguk. "Iya."

"Nah, waktu pemberkatan tuh, otomatis bakal ada wedding vow kan ya?"

"Nanti kan tinggal I do-I do aja. Tigra sama Jella kan juga gitu?"

"Gue nggak mau kita kayak Tigra sama Jella. Bedain yuk."

"Bedain gimana?"

"Bikin wedding vow sendiri."

"Hah?!"

"Serius." Jenar merasa idenya barusan adalah ide paling cemerlang di dunia. "Bebas kok. Intinya wedding vow kan kita berikrar untuk terus ada buat satu sama lain dalam setiap keadaan, mau itu susah dan senang, till death do us part. Kalau tinggal I do-I do aja tuh kayak nggak menghayati gitu..."

"Je, tumben banget deh lo begini?"

"Bikin wedding vow sendiri ya? Terus jangan kasih tau sampai kita ketemu di altar. Biar jadi surprise juga."

"Harus banget?"

Jenar memasang wajah memelas. "Please?"

Bukan Jenar namanya kalau nggak banyak maunya.

"Oke."

"Yey!"

Soal bikin wedding vow, bisa saja Jenar yang mengusulkan, tapi ternyata, pada akhirnya bukan hanya Rei yang dibikin mumet memeras otak, dia juga jadi kalang-kabut sendiri.

Saking bingungnya, dia sampai posting di grup anak-anak cowok.

pejantan tangguh (7)

jenar: bro

jenar: gue lagi bingung nih

johnny: kenapa?

jenar: kasih gue inspirasi buat wedding vow dong

tigra: tinggal bilang "I do" aja

jenar: gak, itu kurang menghayati

dhaka: kayak baca pancasila aja mesti dihayati

lanang: hayati bukannya yang tenggelem di rawa-rawa itu?

yuta: jayus anjir @lanang

jenar: lo sekali lagi becanda, gue kick ya, nang @lanang

lanang: :(

johnny: kenapa soal wedding vow?

jenar: mau bikin

jenar: gue sama rei udah sepakat bikin wedding vow sendiri

jenar: tapi kaga ada ide nih

dhaka: ribet

jenar: saran dong @dhaka

dhaka: beda server kita, nyet

dhaka: gue kaga pake vow-vow-an

dhaka: kecuali lo mau pake "saya terima nikahnya regina arunika binti bapaknya dengan seperangkat alat solat dibayar tunai", jangan tanya gue.

jenar: woiya, bisa digeret keluar dari katedral gue kalo pake ijab kabul

tigra: nih tipe-tipe manusia yang suka merepotkan diri sendiri

jenar: I do-I do gak kreatif.

tigra: ya emangnya lo kreatif?

jenar: kagak

tigra: hadehhhh

yuta: calon bapak mesti sabar @tigra

lanang: lancar banget bercocok tanamnya @tigra

yuta: btw mau curhat

yuta: bangsat ya cewe gue

yuta: masa masak tempe goreng aja keasinan

jenar: MASALAH GUE BELOM KELAR, JANGAN CURHAT DULU @yuta

milan: ada apa sih nih

milan: oh, mau nulis vow? @jenar

jenar: iya

milan: nonton film-film adaptasi karyanya shakespeare deh.

milan: banyak gombalan buat inspirasi

jenar: kaya romeo and juliet gitu?

milan: yoi.

jenar: nonton di mana?

milan: di IDLIX aja

tigra: itu apaan, njrit?

milan: LK21 reborn

milan: netflix jalur haram

johnny: ckck

milan: YA KAN ROMO AND JULIET GAK ADA DI NETFLIX @johnny

tigra: ROMO AND JULIET

lanang: typo satu huruf jadi ganti genre @milan

yuta: daddy and juliet

tigra: romo, forgive me, for I've sinned.

yuta: sama kayak

yuta: daddy, I am sorry, for I've been naughty.

jenar: speechless gue

milan: PIKIRAN LO SEMUA SAT @tigra @lanang @yuta

jenar: tapi okelah

jenar: gue coba tonton tuh romo and juliet

milan: ROMEO SAT ROMEO @jenar

jenar: iye wkwkwk romeo and juliet

Jenar menghilang dari grup selama beberapa jam. Para pria dalam grup mengiranya masalah sudah terselesaikan dong. Tapi ternyata nggak. Esok siangnya, Jenar nongol lagi di grup.

jenar: gue udah tonton tuh si romi ama si juli

dhaka: udah ada ide? @jenar

jenar: boro-boro satttttt

jenar: yang ada gue darah tinggi

jenar: anjinglah si romeo cupu banget

jenar: abis itu goblok pula

jenar: liat ceweknya mati, langsung nenggak racun

johnny: emangnya lo gak gitu?

johnny: I mean, kalo rei mati juga kayaknya lo bakal bunuh diri

jenar: YA GUE GAK AKAN LANGSUNG NENGGAK RACUN???

lanang: kalo gak nenggak racun, lo ngapain, bang?

jenar: NANGIS DULU LAH

tigra: nyerah gue sama lo @jenar

jenar: nih coba ya si romeo nangis dulu ya

jenar: pas dia udah capek nangis

jenar: si juliet pasti udah bangun

jenar: happy ending, gak ada yang mati

milan: yailah

milan: terus vow lo gimana?

jenar: gak taulah sat gue puyeng sama si romeo

jenar: si kampret romeo ini

lanang: btw

lanang: inisialnya romeo dan juliet tuh R sama J

lanang: inisialnya bang jenar sama kak rei juga R sama J

jenar: ya terus?

lanang: gapapa, bang

lanang: #WOWFAKTA aja ini mah

Untungnya, setelah melalui perjalanan berat yang nggak akan bisa Rei bayangkan, Jenar selesai juga menulis vownya. Terus dia latih deh tuh vownya di depan Johnny sama Tigra—berhubung cuma dua orang ini saja yang bisa dia paksa meladeni keluhan-keluhan nggak pentingnya.

"Kenapa juga harus latihan khusus gini sih? Kan tinggal diapalin..." Tigra sempat mengeluh.

"Gue mau intonasi gue se-perfect mungkin, Gra."

"Biar apa? Cuma vow doang..." Johnny mendukung.

"Gue mau Rei nangis abis dengar vow gue! Nah sekarang, gue ulang lagi nih ya! Lo berdua dengerin baik-baik!!"

Di hari pemberkatan, bukan cuma Jenar, tapi Tigra dan Johnny juga hapal wedding vow yang mau Jenar ucapkan.

"Bagus dong kalau gitu, jadi kalau Bang Jenar berhalangan, ada dua yang siap gantiin!" Lanang nyeletuk jahil, berujung kepalanya dijitak oleh dua wanita sekaligus; istrinya Tigra dan istrinya Johnny.

Pemberkatan pernikahan keduanya berjalan lancar. Jenar sudah mati-matian mewanti-wanti dirinya untuk nggak nangis di altar, tapi begitu lihat Rei muncul dalam balutan gaun pengantin sambil memegang lengan Dhaka yang setuju mengantarnya menuju altar, matanya Jenar langsung panas. Malu banget. Kesannya hati Jenar kayak selembek mentega. Tapi yah, dia masih berusaha menahannya.

Ketika bagian mengucap wedding vow yang dimulai dari Jenar, dia menarik napas dalam-dalam, menatap pada Rei yang berdiri di depannya, lalu mengucapkan kata-kata itu, dengan suara sarat kesungguhan...

"I vow to be the best for myself, for us, and for our future together. I stand before you as a man with no reservations, choosing to spend the rest of my life with a woman for whom I have the utmost respect and love. I long to grow with you in mind and in spirit, and to live together all the days of our lives.

Therefore, I, Jenardi Genta Suralaya, take you, Regina Arunika, to be my wedded wife, to have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish, 'til death do us part, according to God's ordinance; and thereto I pledge you my troth."

Meski wajah Rei diselubungi oleh wedding veil yang dia kenakan, Jenar bisa melihat jelas bagaimana mata perempuan itu berkaca-kaca, yang membuatnya tersenyum. Lesung pipi itu muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, bikin Rei mesti berdeham sebelum mulai mengucap wedding vownya sendiri.

"What is a husband? I must admit, I am not sure. Sometimes, I like to watch you just go about your normal activities and reflect on the joy you bring to my life. When you smile, I feel a level of accomplishment you wouldn't begin to understand. When you cry, I interpret it as a failure on my behalf. If that is what a husband means, then I am prepared to take you as mine.

I, Regina Arunika, choose you to be no other than yourself. To love what I know of you and trusting who you will become. I will respect and honor you always and in all ways. I take you, Jenardi Genta Suralaya, to be my husband, to have and to hold, in tears and in laughter, in sickness and in health, to love and to cherish, from this day forward, in this lifetime and the next."

Baik Tigra maupun Johnny hanya bisa geleng-geleng kepala akan apa yang terjadi setelahnya.

Kenapa?

Sebab bukannya Rei, malah Jenar yang nangis heboh di depan altar.

*

Pasca Rei sama Jenar ketok palu menyusul Tigra sama Jella, Yumna berasa kayak cacing kepanasan.

Iya, dia tau kok kalau yang namanya pernikahan tuh bukan lomba. Dia paham banget, semua orang punya momen bahagia pada waktunya masing-masing. Tapi masalahnya, cowoknya ini kayak nggak peka banget. Padahal Yumna sudah suka ngode. Seenggaknya tuh ya mulai dong memandang masa depan, merencanakan, kira-kira nantinya mereka bakal gimana.

Sebagai manusia dan gadis yang meski barbar tapi punya perasaan, Yumna ingin memastikan, apakah benar ada dia dalam rencana masa depan cowoknya?

"Ngode melulu. Bilang aja, biar cepat kelar!" responnya Jella begitu usai mendengar curhatan Yumna.

"Gengsi, anjrit. Disangka gue ngebet sama dia."

"Lah, bukannya emang ngebet?!"

"Gue nih takut kalau dia tuh tipe cowok yang semakin kau kejar semakin kau jauh, La."

"Yaudah, gini aja..."

"Gini aja gimana?"

"Kan ada mitos tuh, katanya kalau cewek masaknya keasinan, tandanya dia minta dikawinin."

"Iya?"

"Iya, njrit. Gimana pula lo Raden Roro, masa nggak paham sama kayak gituan?!"

"Oh, oke. Gue coba deh."

Jella manggut-manggut, terus menepuk punggung Yumna buat menyemangati. Edan banget sih memang teman-temannya ini. Nggak Jenar, nggak Yumna, masih pada demen ngerepotin dia. Padahal perutnya Jella sudah kayak balon banget. Bukannya perhatian apa kek gitu, malah Jella disuruh ngedengerin curhat mereka melulu.

Tapi yah... walau rada ngomel, Jella tetap selalu berusaha ada buat teman-temannya sih. Apalagi Jenar, yang kayaknya se-clueless itu menghadapi Rei di awal-awal kehamilan. Katanya, Rei jadi gampang banget nangis, jadi cengeng, jadi manja, Jenar pun bingung tiada terkira.

Jella menyangka, urusan Yumna yang pengen juga dilamar sama cowoknya ini bakal selesai seketika kan... hingga... dua hari kemudian, Yumna ngechat di grup.

teh tumpah ☕ (6)

yumna: mitos yang lo bilang itu nggak guna @jella

jella: maksudnya?

yumna: gue udah bikinin dia sesuatu

yumna: orangnya ngga nyadar, malah seneng

yumna: katanya enak @jella

jinny: ????

yumna: panjang ceritanya @jinny

jinny: potong atuh teh, biar pendek

yumna: kalo lo belom nikah, udah gue jodohin lo sama si lanang @jinny

yumna: sama-sama jayus

jella: emang lo bikinin apa?

yumna: asinan

jella: YEU GOBLOK

Ternyata Yumna salah mengerti.

Dengan segenap kesabaran yang telah menipis, Jella pun menjelaskan maksudnya mitos keasinan pada Yumna. Yumna mendengarkan baik-baik, terus setelah dia bilang dia paham, dia bakal memberi update berikutnya di grup. Jella sih ngarepnya nggak usah ada update apa-apa juga nggak apa-apa. Heran deh nih sama teman-temannya, makin tua bukannya makin benar, malah makin ada-ada saja kelakuannya.

Sesuai dengan apa yang telah dipelajarinya dari Jella, keesokan harinya, Yumna pun lagi-lagi bikinin makanan buat cowoknya. Sebagai webtoon artist, jam kerja Yumna lebih fleksibel. Makanya, di jam makan siang, dia sengaja datang ke kantor cowoknya, bawa makanan.

Pokoknya hari ini, cowoknya mesti berhasil menangkap kodenya perkara lamar-dilamar dan merencanakan masa depan!

Lihat Yumna datang, cowoknya Yumna pun memilih buat makan bareng di kafetaria kantor. Berduaan saja gitu. Romantis banget deh, apalagi dengan manisnya, Yumna menyajikan makanan dalam kotak-kotak Tupperware dengan rapi.

"Tumben banget lo."

"Kan buat sayangku."

"Lo lagi ada maunya ya?"

"Kagak, anjrit! Udah, makan buruan!"

"Oke."

*

pejantan tangguh (7)

johnny: yuta masuk rumah sakit

milan: innalillahi

yuta: MASUK RUMAH SAKIT, BUKAN MENINGGAL @milan

milan: wohhhh, maap

milan: kirain

yuta: ditinggal kawin ama jella, makin kebalik aja otak lo @milan

tigra: excuse me

yuta: nah pawangnya keluar

jenar: kenapa bisa masuk rumah sakit? @yuta

yuta: DIRACUN

jenar: siape yang mau racun lo????

johnny: yumna

dhaka: nanggung tuh yumna ngeracunnya

dhaka: gak sampe mati

yuta: ASEM EMANG

jenar: mau ditengok lu? @yuta

yuta: gak usah, w udah balik

jenar: oh

jenar: kenapa bisa diracun sih?

jenar: lo salah apa?

yuta: tuh orang bikinin gue makan siang

yuta: dateng tuh ke kantor

yuta: anjing, makanannya keliatan enak-enak

yuta: pas gue makan

yuta: JEDUAR

jenar: kaya apa?

yuta: ingus buto ijo

dhaka: udah pernah nyicip?????

lanang: gimana tuh bang rasanya???

lanang: kok delta gak pernah ngeracun gue ya

lanang: kan lumayan kalo dikontenin

johnny: konten mulu jir @lanang

lanang: demi sesuap nasi sepiring berlian, bang @johnny

yuta: asin banget nyet

yuta: kayak semua sari penduduk twitter dimasukkin kesitu

yuta: lo pernah gak kelolodan tapi gak kelolodan????

yuta: saking asinnya, kerongkongan gue kayak dicekek

dhaka: terus?????

yuta: muntah-muntah gue gak berhenti

yuta: dehidrasi

yuta: daripada gue pingsan, dibawa tuh ke rumah sakit

yuta: diinfus

yuta: cewe gila si yumna

jenar: putus dong lo?

yuta: kagak

yuta: bulan depan nikah kayanya nih

lanang: PPA MMKKST??????

yuta: jadi dia tuh sengaja bikin makanan keasinan

yuta: biar gue paham kalo dia udah mau dinikahin

yuta: YA MANA GUA TAU ANJING

yuta: NGOMONG KEK

lanang: kenapa jg lo gak lamar, bang?

yuta: tengsin lah kalo ditolak

yuta: gue gak kayak jenardi yang kuat lamarannya ditolak 17 kali

jenar: ENAM BELAS KALI DOANG

jenar: YANG KETUJUH BELAS GOL @yuta

yuta: sama aja

yuta: intinya gitu

yuta: gue nikah bulan depan kali ya.

yuta: gak usah sebar undangan lah, pake postingan feeds ige sama twitter aja

yuta: ngirit

jenar: di atas lo bilang si yumna cewe gila

yuta: gak cuma gila, dia juga suka gak jelas

jenar: masih mau dinikahin?

yuta: ya kan gue bulok

lanang: bulok beras?

yuta: bucin goblok. 

to be continued

*

a.n: 

untung gak meninggal --yuta

tebak anak jella-tigra cwk apa cwk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top