23 | anjingggg
warning: aftercare scene, anjingggggggg
***
"Dari semua orang, kenapa harus dia?"
Hyena pernah menanyakan itu pada Jenar suatu kali, nggak lama setelah Jenar dan Rei berterus-terang ke kedua orang tuanya Jenar soal cicilan bayi yang sudah mulai jalan—yang bukannya bikin kedua orang tua Jenar murka, melainkan justru membuat mereka lega.
"Maksudnya?"
"Don't get me wrong. Kayak apa ya, jujur kalau dengerin cerita lo tentang gimana dulu lo berusaha caper ke Regina, dengerin ceritanya Jella, kadang gue suka nggak percaya, ternyata adek gue bisa sengotot itu untuk satu cewek." Hyena memiringkan wajah. "Dari semua orang, kenapa harus dia?"
"Nggak tau."
"Oh, come on."
"Cinta itu kan nggak mesti pakai alasan, Kak."
"Cinta memang nggak pakai alasan, tapi awal mula datangnya cinta, biasanya karena ada banyak alasan."
Jenar terkekeh. "Gue harus jujur?"
"Iyalah. Lagian it's not like gue bakal ember ke semua orang, kan?"
"She's pretty."
"Ada banyak orang yang cantik di dunia ini."
Jenar langsung membenarkan. "Indeed. Ada banyak orang yang cantik di dunia ini dan akan selalu ada orang yang lebih cantik dari Regina. Dari sana, gue menemukan alasan berikutnya."
"Apa?"
"Dia aneh."
"Kacau."
Jenar tertawa. "Nggak dalam konteks jelek. Sesuatu yang aneh kan biasanya mencolok. Stand out. Gampang tercirikan, karena dia berbeda sendiri dari yang ada di sekelilingnya. Menurut lo, kalau ada anak kucing kecil di pinggir jalan yang kehujanan, lebih normal mana, mindahin anak kucing itu ke tempat teduh atau justru ninggalin payung yang lagi lo pake buat anak kucing itu sampai-sampai lo sendiri kehujanan?"
"... oke, gue harus akui itu aneh."
"Kan!" Jenar berujar puas. "Sisanya... gue nggak tau. Mungkin karena dia sesulit itu diajak bicara. You know me. Dari kecil, gue nggak pernah punya problem dalam bergaul sama siapapun, nggak pernah merasa sulit mendapatkan sesuatu yang gue mau, even sometimes, gue harus mengeluarkan effort gede. Lalu tau-tau ada dia, yang seperti menganggap gue insignificant. Kayak menghindari gue, nggak mau ngomong sama gue. Rasanya ego gue kayak ditendang."
"Bisa dimengerti."
"Then I got to talk to her, and it feels nice. Ketika gue ngobrol sama dia, gue menebak dia bakal jawab A, tapi ternyata dia justru bilang B. It's exciting. Sama Regina... ngobrolin apa pun selalu seru. Dan gue rasa, itu yang gue butuhkan. Teman ngobrol yang nggak membosankan diajak ngomong, nggak peduli seberapa lama pun itu. Sama dia, walau kita nggak ngelakuin apa-apa, cuma duduk dan ngobrolin sesuatu yang sepele pun kerasa udah cukup." Jenar berkata lagi. "Then I learned something sad about her. Lo tau, Papa sama Mama nyaris nggak pernah berantem di depan kita. Mereka sayang sama kita dengan sebaik-baiknya orang tua bisa sayang sama anaknya. Saat gue tau dia nggak seberuntung itu... I don't think she deserves that. I want her to be happy. Gue mau dia juga ngerasa disayang, kayak gimana gue ngerasa disayang sama keluarga gue sendiri."
"..."
"And last, well, I think we're sexually compatible."
Hyena memutar bola matanya. "Bener-bener ya lo!"
"Can't help it, Kak!" Jenar ngakak. "Sex is important, mau lo akui atau nggak. Itu kan manusiawi, something that makes us human. Itu juga masuk salah satu kebutuhan, kali."
"It's not."
"Apanya?!"
"It's not the sex that's important." Hyena mengoreksi seraya menyedot iced Americanonya. "It's intimacy. Bukan cuma kedekatan fisik, tapi juga kedekatan emosional. Keinginan buat disentuh, dilihat, dipuji dan jadi alasan seseorang tersenyum. Keinginan untuk merasa diinginkan, merasa kalau sebagai manusia, lo berharga bagi seseorang."
"Oh, mungkin begitu juga."
"Oke."
"Udah?"
"Udah. Sebagai kakak lo, gue hanya perlu memastikan, kalau lo mau nikah bukan karena terlanjur kebobolan, tapi karena kalian berdua emang saling sayang dan yakin sama satu sama lain. Soalnya, nikah itu kan maunya kita seumur hidup."
"Regina ditanyain juga nggak?"
"Nggak perlu."
"Dih, nggak adil!"
"Untuk seseorang dengan latar belakang kayak dia, dengan dia setuju mau nikah sama lo aja udah cukup menjelaskan semuanya."
"Menjelaskan apa?"
"She gave you her heart, her most prized posession. Means, she loves you that much."
*
It's the intimacy that's important to us.
Bukan cuma kedekatan fisik, tapi juga kedekatan emosional.
Keinginan untuk merasa diinginkan, merasa kalau sebagai manusia, lo berharga bagi seseorang.
Jenar nggak tau kenapa, kata-kata itu adalah yang pertama terlintas dalam benaknya ketika dia merasakan sentuhan jemari Rei di tengkuknya, diantara helai rambut halus yang tumbuh di sana.
Dia menghela napas dalam-dalam di ceruk leher perempuan yang tengah berbaring di bawahnya, memenuhi paru-parunya dengan perpaduan linen, sisa wangi sabun dan feromon pada keringatnya.
"Je?"
"Hmmm?" Jenar bergumam masih dengan wajah terbenam di lekuk leher Rei.
"It feels like I'm fighting for my life right now."
"Maksudnya?"
"Your weight is crushing me."
"Opppsss..." Jenar baru tersadar dan secepat kilat, dia mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada kedua lengan yang dia tekuk hingga menyiku. "Sori."
"Udah?"
"Apanya?"
"Udah cukup?"
"Oh." Jenar nyengir, mencetak senyum berlesung pipi yang jadi favorit Rei. "Buat malam ini, udah."
"Thank God. Aku nggak tau mau bereaksi apa kalau kamu bilang belom."
Jenar tertawa, lalu merunduk dan mencium pipi Rei. "Wait here, okay?"
"Mm-hm."
Jenar beranjak lebih dulu dari ranjangnya, berjalan menuju kamar mandi. Saat kembali, dia sudah mengenakan sweat pants hitamnya, lengkap dengan sebuah bowl besar di tangan dan sehelai wash cloth.
"Aftercare at your service, ma'am."
"You know I can wash myself, right?"
"Yes, but you're my wife. So expect an aftercare session." Jenar meraih lengan Rei dan menyekanya dengan wash cloth basah. Selesai dengan lengan, dia berlanjut pada bagian yang lain, memastikan setiap inchi kulit perempuan itu terseka dengan sempurna. Setelahnya, lelaki itu bangkit lagi untuk mengembalikan bowl beserta wash clothnya ke kamar mandi, diikuti membuka lemari dan menarik sehelai kaos miliknya. Bukan buatnya, tapi untuk dipakaikannya pada Rei.
"Udah comfortable?" Jenar bertanya setelah Rei mengenakan kaosnya yang jelas kebesaran di badan perempuan itu.
"Udah. Makasih ya."
"Hehe."
Rei berdecak, namun belum sempat menjawab ketika ponselnya yang tergeletak di atas nakas bergetar. Dia meraihnya, mengecek pesan yang masuk. Terus setelah membalas pesan itu, Rei kembali meletakkan ponselnya di tempat semula.
"Siapa?"
"Mamaku."
"Oh, kenapa?"
"Katanya lagi di Surabaya, makanya nggak bisa dateng ke acara ulang tahunnya Wuje. Dia bilang selamat ulang tahun sekaligus minta maaf."
"Oh... gitu." Jenar mengangguk seraya mengulurkan tangan, kode biar Rei bergeser lebih dekat padanya.
Rei nggak membantah, soalnya tetap dekat sama Jenar adalah satu-satunya yang bisa bikin dia tetap hangat dalam kamar yang dingin. Lelaki itu merangkulnya, separuh mendekapnya. Jarak mereka amat dekat, sampai-sampai Rei bisa mendengar suara debar jantung Jenar di dekat telinganya.
"Does it bother you?"
"Apanya?"
"Mama kamu nggak datang hari ini."
"Nggak."
"Kamu bisa jujur sama aku, Regina."
"Nggak, kok." Rei menegaskan, tanpa sadar, jari tangan kanannya bermain di atas kulit dada Jenar. "Aku kan udah bilang, aku nggak lagi punya ekspektasi apa-apa."
"Mm-hm."
"Kalau mamaku mau datang, ya syukur. Kalau nggak, ya nggak apa-apa. Begitu juga dengan papaku. Kalau somehow beliau peduli sama aku atau sama Wuje, ya syukur. Kalau nggak, ya nggak apa-apa. Kita nggak bisa maksa seseorang untuk peduli atau sayang sama kita. Dan ketika mereka sayang pun, kita nggak bisa maksa mereka menyayangi kita dengan cara yang bisa kita pahami, atau cara yang kita mau."
"..."
"Nggak semua orang bisa sayang sama kita dengan cara yang kita inginkan, atau cara yang kita butuhkan."
"Tetap aja, rasanya pasti nggak enak."
"Aku udah punya banyak yang bikin aku happy. Kamu. Wuje. Hobiku. Kalau aku greedy dan lupa bersyukur sama apa yang kupunya sekarang, nanti Tuhan nggak suka."
Jenar nggak menjawab, tapi tanpa melihatnya pun, Rei tau lelaki itu sedang tersenyum sekarang.
"Oh ya, aku lupa."
"Lupa apa?"
Rei menengadah, bersamaan dengan Jenar yang merunduk agar mata mereka bisa saling menatap. Kemudian perlahan, Rei menarik senyum. "Hari ini kamu udah banyak bilang terimakasih sama aku. Tapi aku belum bilang makasih sama kamu."
"Kenapa juga harus makasih sama aku?"
"Soalnya kamu juga kan orang tuanya Wuje." Rei menyahut. "Makasih udah jadi papa yang baik buat Wuje, meski kadang kamu tuh kalau jahilin anaknya suka nggak kira-kira. Makasih udah sayang sama kita berdua."
"I plan to do that for the rest of my life."
"I know."
*
Milan bete banget ketika dia lihat update igstory-nya Jaka yang ternyata lagi karaokean sama Rossa dan Wirya. Mana lagunya tuh lagu ST12 yang judulnya Jangan Pernah Berubah. Milan speechless banget menyaksikan Wirya menyanyikan lirik sebagai berikut sembari melirik pada Rossa yang duduk di sebelahnya;
♫ Biarkan waktu teruslah berputar ♫
♫ Mencintai kamu penuh rasa sabar ♫
♫ Meski sakit hati ini kau tinggalkan ♫
♫ Ku ikhlas 'tuk bertahan ♫
Makanya dengan sepenuh napsu, dia langsung mengetik di kolom reply; ANJINGGGGGGGGG.
Eh, nggak berapa lama, dibalas sama Jaka.
jakatfitrah: KEMANA LU ANJINGGGGGG
jakatfitrah: KAGA DATENG KE ULTAH ANAKNYA JENAR ANJINGGGGG
milanzuzuzu: GUA KERJA ANJINGGGGGGG
jakatfitrah: WEEKEND MASIH KERJA AJA ANJINGGGGG
jakatfitrah: MENDING KALO JADI KAYA, INI MAH ENGGA ANJINGGGGG
jakatfitrah: KERJA APA DIKERJAIN ANJINGGGGG
milanzuzuzu: ANJINGGGGGGGGGG
jakatfitrah: rawwwwrrrr guuk guk rawwwwrrrrrr wooof woof
milanzuzuzu: sakit jiwa
jakatfitrah: elu
milanzuzuzu: ni gue mau nanya ye
milanzuzuzu: jawab serius
milanzuzuzu: gimana bisa lo karaoke-an sama wirya sama ros?
jakatfitrah: serius
milanzuzuzu: ANAK ANJING
jakatfitrah: wkwkwkwkwk
jakatfitrah: tadi katanya suruh jawab serius
jakatfitrah: gimana sih?
milanzuzuzu: YA MAKSUDNYA JAWAB YANG BENER
jakatfitrah: yang bener
milanzuzuzu: tai
jakatfitrah: wkwkwkwk
jakatfitrah: kenapa sih kayak kaget banget gue karaoke-an sama ros sama wirya?
milanzuzuzu: kayak heran aja gitu
milanzuzuzu: main lead sama second lead bisa akur
jakatfitrah: gue main lead?
milanzuzuzu: wirya
milanzuzuzu: main lead biasanya lebih tajir dari second lead
jakatfitrah: kagak tuh buktinya jipyong kalah sama dosan
milanzuzuzu: anjing malah bahas korea
milanzuzuzu: jawab pertanyaan gue
jakatfitrah: ya abis dari ultah anaknya jenar
jakatfitrah: ros ngajak karaoke-an
jakatfitrah: ya gak ada salahnya
jakatfitrah: wirya ikut, terus ros gak ngelarang
jakatfitrah: yaudah
milanzuzuzu: anjingggggggggg
jakatfitrah: anjing mulu lo anjing
jakatfitrah: eh, ros nanyain lo nih
milanzuzuzu: APA KATANYA
jakatfitrah: jangan lupa beliin bakpia tugu
milanzuzuzu: terus?
jakatfitrah: udah, gitu doang
milanzuzuzu: ANJINGGGGGGGGGG
*
Gara-gara pidato Jenar di ulang tahunnya Wuje yang memicu sindiran sadis Yumna, Yuta jadi overthinking.
Sebenarnya, bukan berarti Yuta nggak sayang Yumna. Kalau Yuta nggak sayang, nggak mungkin kan Yuta menikahi dia meski sudah diracun sampai masuk rumah sakit segala? Ditambah lagi, Yuta juga nekat menghamili perempuan itu sampai-sampai orang ketiga hadir di tengah-tengah mereka.
Cuma jujur ya, mencintai dengan cara kayak Jenar tuh bukan Yuta banget.
Yuta adalah lelaki sejati, yang memberi bukti bukan janji. Cewek-cewek saja tuh yang pada sukanya lelaki yang banyak bacot. Apalagi yang kayak Jenar.
Cuih, kalau Yuta boleh bilang.
Seenggaknya dulu, ketika mereka berdua baru punya orang ketiga, Yuta bisa jadi suami yang lebih pengertian daripada Jenar tuh. Padahal kan orang tuanya Yuta bukan orang tua tajir melintir kayak orang tuanya Jenar. Boro-boro mau cuti sebulan, weekend saja WhatsAppnya Yuta suka kagak berhenti disatroni perkara kerjaan.
Tapi Yuta sama Yumna nggak berantem.
Meski susah, Yuta bersedia belajar banyak hal dari awal untuk Yumna sama orang ketiga, mulai dari sibuk ngubek-ngubek pasar buat nyariin daun katuk karena di awal, ASI-nya Yumna sempat nggak lancar, sampai latihan mengganti popok pakai boneka biar kalau orang ketiga boker, Yuta nggak perlu bingung membersihkannya.
Terus bisa-bisanya Yumna masih bilang, "Noh, jadi laki tuh gitu, Yut!" ke Yuta.
Yang ada, malah mestinya Jenar yang Yuta ospek.
Tapi dunia ini memang tidak adil.
Dunia hanya baik pada yang kaya dan good looking saja.
Damn.
"Lo kenapa dah, dari tadi makanannya nggak dimakan?" Yumna menyentak ketika dilihatnya Yuta justru bengong, sementara di belakangnya, Queensha mulai berulah. Anak itu memanjat bahu bapaknya macam anak karung taruna lagi ikut lomba panjat pinang ketika momen tujuh belasan. Yuta membiarkan saja, malah kayaknya happy bahunya jadi pijakan kaki Queensha.
"Heh, Kwin! Kwin! Bapak kamu lagi makan itu, jangan dipanjat-panjat! Kalau mau manjat, mending panjat tuh pohon mangga tetangga seberang rumah!" Yumna mengomel seraya beranjak dari duduk, terus langsung meraup badan mungil Queensha. "Aduh si Kuin ini! Nama kamu tuh Kuin loh! Mana ada Kuin manjat-manjat cowok!?"
"Lepassss!! Lepassss!!" Queensha mulai meronta-ronta. "Papa... huhu... Papa... tolong..."
"Mulai dah dramanya nih anak."
Queensha mendelik pada mamaknya. "Nakal!"
"Kamu yang nakal!"
"Kamu!"
"MAMA, BUKAN KAMU!!"
"Kamu!"
"Mama!"
"Kamu!"
Yumna melotot, lanjut mengomeli Queensha tapi tetap menggendong anak itu menuju ruangan lain. Yuta tau, Yumna sengaja begitu biar dia bisa makan dengan tenang. Dia juga mulai paham, kalau maksudnya Yumna bilang begitu tuh bercanda doang.
Tapi kalau nggak ada tindakan, rasanya kayak ada yang kurang gitu.
Makanya, keesokan harinya, Yuta bikinin surat buat Yumna. Sengaja dia letakkan di tempat paling rahasia. Begitu dia sudah tiba di kantor, baru deh dia chat bininya lewat WhatsApp.
bapaknya kuin:
oy, ro.
raden roro:
apaan?
bapaknya kuin:
laci meja rias lo yang kedua di sebelah kanan.
ada surat dari gue buat lo.
raden roro:
hah?
bapaknya kuin:
katanya pengen dibikinin surat.
raden roro:
woiya.
bentar, gan. dicek dulu.
Tentu saja, Yumna jadi deg-deg-an.
Buru-buru, dia mengecek laci yang Yuta maksud. Ternyata, memang ada surat yang terlipat di sana. Dengan sepenuh rasa, Yumna membuka lipatannya. Perlahan, dia mulai membaca.
Ytc (Yang Tercinta) Istriku
Di Rumah
Ro,
Tadi pagi gue nonton berita, katanya bulan depan, diprediksi harga bahan-bahan pokok bakal naik.
Tapi Ro, jangan khawatir.
Jangan galau.
Sebagai suami yang baik, walaupun nantinya harga bahan-bahan pokok naik...
Percayalah, Sayang...
Suami lo ini berani menjamin kalau uang belanja nggak akan ikut-ikutan naik.
Penuh Cinta,
Bapaknya Queensha.
***
pejantan tangguh (8)
yuta: misi
yuta: ada yang rumahnya kebuka gak malam ini
jenar: kenapa?
yuta: gue gak dibolehin masuk sama bini gue :(
yuta: abis ngisengin dia :(
yuta: tolong siapapun tampung gue :(
yuta: ANJING DI-READ DOANG
lanang: maap bang, bini gue lagi bunting
lanang: jadi gak bisa nampung
yuta: APA HUBUNGANNYA
lanang: dia alergi orang jelek
lanang: kalo ada orang jelek, bawaannya pengen muntah melulu
yuta: MAKSUD LO APA
lanang: hehe
milan: gais
milan: karma tuh emang semenyedihkan ini apa ya
tigra: kenapa lagi nih orang @milan
kun: sabar @milan
jenar: karma apa nih?
milan: soal ros
jenar: WKWKWKWKWK MAMPOS
milan: bangsat, dengerin dulu
milan: kemarenan ros karaoke-an sama wirya sama jaka
jenar: iya tau kok
jenar: WKWKWKWWK
milan: GUENYA GAK DIAJAK, BANGSAT
jenar: SURUH SIAPA GAK DATENG KE ULTAHNYA ANAK GUE
jenar: mamam tuh
milan: YA GUE ADA KERJAAN KE JOGJA
lanang: tapi kenapa juga kak ocha harus ngajak lo, bang?
lanang: emang lo siapa?
lanang: mohon maap, tapi posisinya bang wirya sama bang jaka kayanya jelas
lanang: nah lo?
johnny: nahloh...
yuta: GUE GIMANA INI
yuta: MASA GUE MAU TIDUR DI JALAN
Jenar removed Yuta from the group.
jenar: lanjut
lanang: kalo ibarat kata drama nih
lanang: suka ada cinta segitiga
lanang: bang wirya-bang jaka-kak ocha
lanang: lo siapa? @milan
dhaka: tukang pegangin mic yang gak sengaja ketangkap kamera
milan: anjing
milan: bete banget gue
milan: jadi korban bakpia-zone
milan: mana pas gue nganter bakpia ke apartemennya, dianya lagi gak di rumah
milan: disuruh titipin ke resepsionis
milan: mau tau gak kampretnya apa?
kun: apa?
milan: gue kan pake jaket ada ijo-ijonya.
milan: pas nerima bakpia yang gue bawain, resepsionisnya nanya
milan: "atas nama siapa ya, mas?"
milan: gue jawab, "milan, untuk rossa."
milan: SI MONYET BILANG KE TEMENNYA YANG JAGA LOKER PENITIPAN BARANG
milan: "paket gosend untuk bu roseanne, atas nama driver milan."
milan: ANJINKKKKK
jenar: AWOKWKWKWKWKWWK
milan: tapi jujur, sedih gue
tigra: kenapa sedih?
milan: pengen ketemu rossa
lanang: lo naksir sama kak ocha, bang?
milan: iya kayanya
johnny: ini namanya karma dibayar lunas
lanang: iyalah
dhaka: soalnya kalau urusan nyicil, jenar jagonya
jenar: lo cucu Neptunus apa gimana dah? @dhaka
jenar: tiap muncul, kerjaannya nebar garem doang
dhaka: daripada nebar dosa
jenar: eh tapi lo tau gak
jenar: alfa sama sierra cerai
milan: DEMI APA?!
jenar: beneran
jenar: pas mampir beliin bini gue parfum, gue ketemu sierra
jenar: katanya udah cerai
jenar: tinggal finalized paper dan segala macemnya gitu sih
jenar: gak tau jelas, belom pernah cerai soalnya.
dhaka: emang mau?
jenar: gue katolik
jenar: gak kenal sama yang namanya cerai
jenar: cos what God has put together, let no man put asunder~
tigra: rasanya kayak menabur garam ke luka kalo lo ngomong gitu ke dhaka @jenar
jenar: biarin mampus
milan: pantesan...
jenar: pantesan apa?
milan: kemarenan pas nonton sendirian, gue ketemu sakura
milan: brengsek banget anjrit
milan: kebetulan yang kaya tai
lanang: kebetulan gimana?
milan: kursi gue sama sakura sebelahan
milan: pas nonton
milan: GAK TERENCANA
milan: GUE AJA KAGET PAS LAMPU NYALA
milan: PANTESAN KOK KAYA KENAL
lanang: anjrit, terus gimana, bang?
milan: sempat diam
milan: terus sakura minta maap
milan: masih soal niatannya dia ganjil-genapan sama gue waktu itu
milan: gue bilang gue udah maafin
milan: terus gue keluar kan
milan: sakura ngikutin gue
milan: DI LUAR BIOSKOP, ADA SI ALFA
milan: kayak udah nungguin gitu tuh orang
milan: dia langsung bilang ke sakura kalau dia mau ngomong
milan: sakura gak mau
milan: alfa maksa
milan: gak tau kenapa, gue impulsif aja.
milan: gue gandeng sakura
milan: gue bilang, "gue laper, ayo makan."
milan: alfa kaget
milan: sakura lebih kaget
tigra: TERUS GIMANA?
milan: ujung-ujungnya gue makan sih sama sakura
milan: terus gue anter pulang
kun: jadi kesimpulannya, lo tuh kena karma sama ros
kun: apa mau penjajakan sama sakura?
milan: gak tau, anjing
milan: pusing banget gue
lanang: ada cewek pusing
lanang: gak ada cewek pusing
milan: masalahnya, nih cewek dua-duanya kaga ada yang beneran punya gue
tigra: usaha makanya
milan: ngomong doang gampang, nyet
milan: bertindaknya susah
lanang: menurut gue, bang milan cuma perlu sedikit dorongan
tigra: dorongan macam apa?
lanang: bentar gue pikirin dulu
jenar: awas salah dorong
jenar: bukannya bener, malah jatoh
lanang: ya jatoh juga paling ke bawah, bang.
*
Dorongan yang sempat Lanang bahas itu akhirnya terealisasikan dua minggu kemudian, ketika Lanang mengumpulkan para anggota grup WhatsApp Pejantan di Marugame. Katanya sih, dia yang traktir. Nih para bapak-bapak sudah curiga, kalau Lanang begini, pasti ada maunya.
Ternyata betulan, ujung-ujungnya bahas konten juga.
Akan tetapi, berhubung Lanang adalah maknae yang tengah memiliki tanggung jawab menafkahi satu istri—dan soon, sepaket Monas beserta Gedung MPR, maka para bapak-bapak pun bersedia datang, termasuk Johnny yang katanya akhir-akhir ini lagi suka sibuk.
"Jangan banyak basa-basi. Mau lo apa nih?"
"Gue mau membahas soal dorongan yang gue usulkan untuk Bang Milan, Bang."
"Yaudah, silakan!" Tigra memberikan waktu dan tempat.
"Bang, tau sendiri kan kalau bentar lagi tuh Valentine?"
"Setahu gue sih, bentar lagi ultah gue." Jenar menyambar.
"Ultah Regina juga." Dhaka tidak mau kalah.
"Iya. Makanya nih lagi mikir, ngado apa ya buat bini gue. Masa bayi lagi—"
"Ultah lo juga, anjir." Tigra bicara pada Dhaka.
"Johnny juga Februari nggak sih?" Kun berpaling pada Johnny.
Lanang menjentikkan jarinya. "Hey, Bang! Bang! Fokus! Jangan malah pada bahas ultah masing-masing! Ini serius!"
"Oiya. Apa?"
"Gue mau bikin konten di Youtube. Disebabkan ini bulan Februari alias bulan kasih sayang, gue mau bikin featuring lo beserta bini masing-masing untuk jawab sejumlah pertanyaan secara jujur gitu, Bang."
"Pertanyaan apa?" Kun mengangkat alis.
"Macem-macem sih. Ada yang uwu, ada yang kayak diskusi, terus ada juga yang seksi. Hehe."
"Oke, sip. Gue mau ikutan, asal banyakkin pertanyaan seksi buat gue sama bini gue!" Jenar menyambar.
"BIAR APA COBA?!" justru Dhaka yang sewot.
"Gue kan mau tau isi hati bini gue perkara yang seksi-seksi secara lebih jelas!" Jenar merengut. "Kenapa malah jadi lo yang sewot?!"
"Hm..." Johnny tampak berpikir. "Gue nggak tau Gia bakal mau ikut apa nggak, tapi bakal gue coba."
"Khusus buat Johnny, kasih pertanyaan yang mengharukan." Yuta berkata, yang bikin Johnny menarik senyum tipis.
"Plis ya, Bang. Diusahain. Gue yakin sih kebanyakan nggak keberatan, kecuali Kak Sheza sama Kak Giana, soalnya yang lain udah pada gue WhatsApp. Kalau Kak Sheza sama Kak Giana, jujur gue nggak berani, euy. Pada serem-serem..."
Bapak-bapak pun pada setuju.
Tapi Milan justru protes.
"KATANYA BAHAS DORONGAN BUAT GUE?!"
"Iya, Bang."
"TERUS GUENYA GIMANA?!"
"Gimana apanya?"
"GUE KAN JOMBLO!!"
"Woiya." Yuta ngakak.
"Nah, inilah dorongan yang gue maksud!" Lanang berseru antusias, merasa seperti dia baru saja menelurkan ide paling cemerlang sedunia. "Gue udah ajakin Kak Ocha buat jadi partner lo! Ini random aja sih. Gue WhatsApp Kak Ocha sama Sakura. Gue lihat mana nih yang balas duluan. Ternyata Kak Ocha."
"HAH?!"
"Kak Ocha setuju, soalnya gue bilang just for fun aja, Bang."
"..."
"Berhubung gue belom pernah jadi Pak Comblang sebelumnya, makanya di sini gue sekalian mau nanyain kalian, kira-kira pertanyaan buat Bang Milan sama Kak Ocha enaknya yang kayak gimana yah?"
to be continued
***
Bapak-bapak kalo lagi jalan bareng tanpa para istri.
*
a/n:
jalinan tali kasih antara milan dan rossa akan terlihat di chapter berikutnya (kayaknya) wkwkwk
hm soal johnny dan gia, mari kita saksikan sajah nanti.
terus apa ya.
udah kali yak.
wkwkwkwkwk met malem.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top