15 | milan ngepel

Niatnya Milan tuh mau menempatkan diri sebagai penengah diantara Rossa sama Wirya yang kayaknya lagi panas, beneran deh.

Tapi bukannya berhasil menciptakan perdamaian, kata-kata Milan justru berbuah Jaka yang menepuk jidatnya sendiri. Tadinya dia mau protes sama Jaka. Namun, hanya sesaat kemudian, dia sadar bahwa reaksi Jaka itu sangat patut sebab dia baru saja melakukan kesalahan besar.

Bukannya diam, Rossa sama Wirya malah punya bahan debat baru.

"Kalau gue sih nggak akan sampai lempar kaleng kerupuk ya."

"Dengan lo ngelirik gue, apa artinya lo berasumsi gue bakal lempar kaleng kerupuk?"

"Nggak tau juga. Gue belum pernah lihat lo ngamuk." Rossa membalas, bikin Wirya menyipitkan matanya, menahan geram.

Jaka sama Milan saling pandang, agak kaget juga. Mereka sudah terbiasa menyaksikan pertengkaran macam ini kalau orangnya Yuta dan Yumna, atau bahkan Jenar dengan Rei—walau Jenar kelihatan bucin banget sama Rei, namun dia bisa sangat nasty dan menyebalkan jika dia mau. Tapi Wirya dan Rossa?

Kalau bertahun lampau ada yang bilang ke Milan kelak dia bakal menyaksikan Rossa dan Wirya bertengkar layaknya pasutri yang sudah jenuh menikah, niscaya dia akan ngaceng alias ngakak kenceng.

"Gue bilang juga apa, Sat." Jaka menggerutu pada Milan.

"Ye, lo belom bilang apa-apa ya—" Milan mendengus. "Gais, kalian nggak malu apa, ribut di warung nasi goreng?"

"Terus emangnya mesti ribut di mana?" Rossa balas melotot pada Milan yang sempat rada gentar dibuatnya. Dari cara Rossa mendelik, kentara banget, nggak ada lagi sisa-sisa rasa memuja yang pernah Rossa punya buat Milan dari masa kuliahnya dulu.

"Kita nggak ribut." Wirya menyahut tenang.

"Nggak ribut, my ass." Rossa memutar bola mata.

"Gue cuma mau dengar kejelasan dari lo! Itu aja! Lo bilang, lo berubah pikiran, lo nggak menginginkan gue ada dalam hidup lo. Lo mau cari bahagia lo sendiri. Fine, gue menghormati itu. Tapi kalau sekarang lo memutuskan hidup begini—"

"Hidup begini tuh apa maksudnya ya?"

"Hidup menyedihkan."

Rossa memandang Wirya nanar, sementara diam-diam, Jaka menjulurkan tangan buat menggeser teko plastik berisi air mineral di atas meja, diantara Wirya dan Rossa. Takut saja, Rossa emosi terus Wirya dilempar pakai teko air. Bersiaga kan nggak ada salahnya.

"Hidup gue nggak menyedihkan."

"Nggak. Lo menyedihkan."

"Thanks, Wirya, tapi gue nggak ingat gue nggak meminta penilaian lo." Rossa memutar bola matanya, lantas dia meneruskan. "Hidup gue baik-baik aja. I am financially stable. I have my own property. Gue punya pekerjaan yang gue suka, shopping like twice a month, gue punya highlight Instagram di sejumlah negara berbeda yang pernah gue datangi—"

"Instagram lo apa sih, btw? Belom follow-follow-an kan ya sama gue?" Milan menukas, membuat Rossa urung meneruskan kalimatnya.

"Ntar follow-follow-an." Begitu ujarnya, sebelum dia berdeham dan berpaling lagi pada Wirya. "Intinya, hidup gue baik-baik aja."

"Lo nggak datang waktu Jenar sama Rei nikah. Atau waktu Jella sama Tigra nikah."

"Kayak lo datang aja."

"Gue sibuk—wait, dari mana lo tau kalau gue nggak datang?" Wirya mengerutkan dahi.

"BODO AH!!" Jaka memotong sembari bangkit dari bangku plastik yang didudukinya secara dramatis. Dia menunjuk pada Wirya, Rossa dan Milan dengan sepenuh napsu—mungkin akibat efek lapar yang ditahan kelamaan kali ya. "Gue nggak tau ya soal elu—" tangannya menunjuk pada Wirya. "—elu—" tangannya berpindah pada Milan, dan terakhir... "—kamu—" ke Rossa. "tapi gue kesini tuh mau makan!!"

"LAH, EMANGNYA GUE KAGAK?!" Milan merespon.

"Kenapa ke Rossa manggilnya dibedain sendiri?" Wirya turut menanggapi.

"Gue juga kesini mau makan yak—anjrit, udah dari tadi lapar banget nih!! Tau bakal ketemu lo-lo pada sih ya mending gue makan sayur asem buatan nyokap gue di rumah!! Lagian hari ini tuh hari istimewa buat gue!! Bisa-bisanya, gue malah dipaksa ketemu sama orang-orang yang—ahelah, whatever!!"

Milan batal ngomel lebih panjang begitu sadar kalau kerumunan yang diam-diam menatap mereka dengan mulut ternganga kini telah makin banyak. Dia membuang napas, mendekati ibu-ibu tukang nasgor buat mengambil empat porsi nasi goreng yang sudah siap dari tadi, terus memaksakan senyum dan balik membawa nampan berisi empat porsi nasi goreng tersebut ke meja tempat mereka duduk.

"NEH!! MAKAN!!" Milan nyolot sembari meletakkan piring-piring nasi goreng di depan Wirya, Rossa dan Jaka.

"Emang hari ini hari apa sih?" Wirya bertanya.

"Hari Sabtu nggak sih?" Jaka menyahut.

"Hari ulang tahun Milan." Rossa menukas, suaranya tenang dan terkontrol.

Tiga laki-laki di sekitar Rossa, termasuk Milan sendiri, kompak mangap.

"Nggak usah lebay gitu reaksinya. Gue pernah jadi fangirl berani mati Milan, jadi gue masih inget kalau hari ini ulang tahun dia."

"Ultah gue inget nggak?" Jaka bertanya penuh harap.

"Nggak."

"Kalau gue?" Wirya jadi ikut-ikutan ingin tahu.

"Ngapain juga?"

"See? Lo cuma jahat sama gue, Rossa!" Wirya jadi terdorong buat nyerocos lagi. "It feels so unfair for me, you know? Seenggaknya, kalaupun gue punya salah, kasih tahu gue salah apa! You said you can't stand me. Okay. What's the reason? Kalau lo bilang lo mau lupain masa lalu, bukannya semestinya lo juga putus kontak dari si Jaka? Kenyataannya nggak. Lo masih kontak-kontakan sama Jaka, tapi lo putus kontak sama temen-temen lo. You didn't attend their weddings. Waktu mereka punya anak juga lo nggak datang!"

"Gue kirim kado." Rossa membantah.

"Roshan, calm down. Dilihatin orang nih, sumpah gue nggak siap viral." Jaka menyela, sedangkan Milan memutar bola matanya sambil menyuapkan nasi goreng banyak-banyak ke mulut hingga pipinya menggembung gemuk.

"What's Roshan?" Wirya berpaling pada Jaka.

"Panggilan gue buat Rossa." Jaka menjawab polos.

"YOU TWO HAVE CUTE NAMES TO CALL EACH OTHER?!" Wirya melotot, tak percaya sekalian berburuk sangka.

"STOOOOOOOOOOPPPPPPPP!!!"

Kehilangan kesabaran, Milan akhirnya menggebrak meja. Gebrakannya bukan cuma pakai tangan, tapi juga pakai emosi, bikin gelas berisi es tehnya Milan terjungkir sebelum menggelindung dan prang!! jatuh ke lantai. Milan freezing, sementara Rossa tercekat kaget. Jaka melongo dengan mulut penuh nasi, sementara Wirya geleng-geleng kepala.

"Bu... maaf..."

Milan berpaling pada ibu-ibu pedagang nasi goreng yang tampak shock, begitupun dengan Aa-aa yang lagi masak. Si Aa sampai memasukkan telur sekalian sama kulitnya, yang buru-buru dia ambil lagi. Untung ya, kebanyakan pelanggan lagi pada fokus sama gelasnya Milan. Nggak apa-apa sih harusnya, hitung-hitung vitamin, kalau menurut si Aa-aa.

"Gelasnya..."

Milan memasang raut wajah penuh sesal sambil menelan sisa nasi di dalam mulutnya. "... pecah. Tapi jangan khawatir, bakal saya ganti kok, Bu! Saya bersihin juga yah?!" tergesa, Milan beranjak.

Tidak sampai semenit kemudian, Milan sudah dibikin sibuk ngepel genangan es teh yang dia tumpahkan di lantai. Wajahnya merengut. Monyongnya makin maju ketika dilihatnya, Wirya-Rossa-Jaka memakan nasi goreng dengan tenang.

"Gue kudu jadi babu dulu ya baru lo pada berhenti berantem?"

Ketiga orang yang jadi sasaran pertanyaan Milan sibuk buang muka dan pura-pura nggak dengar barusan Milan ngomong apa.

*

pejantan tangguh (8)

kun:

kun: kok sepi sih?????

kun: ini kan malem minggu

kun: apa lagi quality time sama istri masing-masing?????

kun: yha gue dicuekkin

kun: yawes

kun:

milan: KACAUUUUUUUU

lanang: kenapa, bang?

lanang: btw, pengen curhat deh :(

milan: NTAR DULU ANJIR @lanang

yuta: cus apa @lanang

tigra: cus apa @lanang

jenar: cus apa @lanang

dhaka: cus apa @lanang

milan: BRENGSEK

kun: tadi gue dikacangin...

kun: :(

lanang: bini gue lagi ngambek

lanang: gara-gara pas tidur

lanang: btw ini ada pembukaannya dulu, bang

lanang: jadi lo tau kan kemarenan gue capek banget

lanang: abis syuting, terus nge-vlog, terus meeting juga bahas rencana po liquid gue yang baru

lanang: nah, balik-balik gue tuh mandi

lanang: PAS MASUK KAMAR BINI GUE, GUE KAGET

yuta: kaget ngapa?

lanang: ADA COWOK

tigra: HAH

jenar: WAH SKANDAL

yuta: tapi masa iya si delta kayak gitu?

yuta: kolor ijo kali tuh???? apa genderuwo????

jenar: NGAPA JADI GENDERUWO SIH

kun: eh yang kaya gitu tuh emang suka ada lhoooo

kun: anak gue aja pernah didatengin kuntilanak merah

jenar: kuntilanak ungu ada gak?

yuta: ada kali kalo kuntilanaknya janda

yuta: xixixi

yuta: tapi beneran loh, katanya kolor ijo sama genderuwo tuh suka nyamperin istri yang kesepian

jenar: untung gue beda server yah

tigra: iya, alhamdulillah beda server

jenar: TERUS GIMANA KELANJUTANNYA??? @lanang

lanang: gue samperin deh tuh laki kan

lanang: kok berani-beraninya ada di kamar bini gue

kun: bentukannya gimana tuh laki?

lanang: ganteng, bang

lanang: minder gue

jenar: EDAN

jenar: TERUSSS?

lanang: gue deketin kan tuh...

lanang: ternyata...

lanang: KACA BANG

lanang: WKWKWKWKWKWWKWKWKWK

yuta:

tigra:

Jenar removed Lanang from the group.

jenar: kijang satu ganti

jenar: lo tadi mau ngomong apa @milan

jenar: kalo sampah juga kaya si lanang, gue kick

milan: oh, ngerasa mau tau?

milan: tadi di warung nasgor ketemu orang dari masa lalu.

yuta: cek buru istri lo ilang gak @tigra

milan: bukan jella

jenar: siape?

milan: wirya

yuta: wah, apa kabar tuh sarang duwit

milan: jaka

yuta: LHO, DIA MASIH IDUP?

milan: masih

milan: tambah jamet, anjink wkwkwkwkwkwk

jenar: jamet jangan teriak jamet

jenar: udah?

milan: rossa

jenar:

yuta: VVADU

yuta: TERUS GMN

milan: lo gak akan percaya

milan: dia berantem sama wirya.

kun: kok iso toh...

milan: meneketehe anjir

milan: sampe hambar rasanya nasgor gue sama jaka

milan: terus dilihatin orang

milan: bete gila

milan: mana guenya lagi dekil

milan: terus si wirya yah lo tau dah orang banyak duit auranya gimana

milan: si jaka jamet-jamet gitu juga terawat

milan: kelar makan banyak yang minta foto

milan: katanya si jaka mirip member 875

jenar: apaan tuh

milan: boyben

milan: coba gue lagi cakep, niscaya pada minta foto tuh orang-orang

milan: eh tapi ada yang bilang gue mirip member seventeen

yuta: mirip siapanye???

yuta: drummernya, vokalisnya apa gitarisnya

yuta: apa tukang gulung kabelnya?

milan: SEVENTEEN BOYBEN

milan: TAU DAH SAPA

milan: kampretnya, dia bilang,

milan: "bang, kamu mirip member seventeen tapi versi gak keurus-nya."

milan: nusuk ampe ulu hati

jenar: terus rossa gimana?

tigra: rossa apa kabar?

tigra: lama gak liat

tigra: nikahan gue dia gak dateng

jenar: nikahan gue juga

milan: CAKEP BANGET EDYAN

milan: gue ampe speechless

milan: pembawaannya lebih dewasa gitu

milan: aseli lah cakep banget

kun: naksir gak nih?

kun: kalo naksir, berarti karma lo on the way

yuta: bener, dulu kan lo nolak dia sampe segitunya

milan: mau bilang gak naksir, tapi gue takut kualat

milan: soalnya nih, something happened

jenar: apaan

milan: kita berempat makan nasgor kan tuh

milan: abis makan nasgor, gue pengennya beliin nyokap

milan: terus langsung balik

milan: nah si rossa nih ternyata gak bawa dompet

milan: eh bawa deng

milan: dia bawanya card holder

milan: KARTUNYA IRENG KABEH

milan: jujur, rada insekyur gua

jenar: kalo rossa sama wirya nikah, anaknya jadi kaya gimana ya...

yuta: jadi rafathar jilid dua

jenar: LAH RAFATHAR JILID DUA KAN ANAK GUE

jenar: gak deng, gantengan anak gue.

jenar: hehehehe

johnny: mamanya cantik, ya anaknya ganteng lah

jenar: ANAK GUE MIRIP GUE YE @johnny

tigra: semoga kelakuannya lebih mirip mamanya @jenar

jenar: udahlah, gak baik ngomongin istri orang @tigra @johnny

milan: terus yah, mana bisa tuh bayar nasgor si rossa

milan: dikasih kartu ireng, yang ada ibu-ibu nasgornya melongo

milan: wirya gercep bilang, "gue bayarin."

milan: rossa langsung nolak

milan: gila loh padahal dulu mereka sekamar udah kayak rapunzel ama pangerannya

milan: bisa jadi gitu banget

milan: gue nengok kan ke jaka

milan: jaka langsung bilang, "nih mumpung kiming ultah, suruh dia aja yang bayar nasgor kita semua."

milan: KERA DEPOK BANGET SI JAKA

jenar: setelah babi, terbitlah kera di depok

yuta: koped memang ada-ada saja

tigra: nasi goreng doang elah, paling berapa

milan: GUE BAWA DUIT GOCAP DOANG ANJIR

milan: nasgornya seporsi dua puluh rebu

milan: nyokap gue nitip

milan: balik kaga bawa, bisa abis gue dicabik-cabik

milan: lagian, takut dikira miskin sama nyokap sendiri

milan: parahnya, si rossa setuju

milan: "milan, traktir kita yah."

milan: ngomongnya terlihat manis di mata

milan: tapi pait di dompet gue

milan: gue bilang tuh, "duh ros, gue cuma bawa duit gocap."

milan: SI KERA DEPOK INI TERUS NGACAU LAGI DONG

milan: katanya, "pinjem duit aja dulu ke wirya."

milan: si bangsat

yuta: terus jadinya gimana, sahabatku?

milan: GUE PINJEM DUIT KE WIRYA

milan: KENAPA KAGAK DARI AWAL WIRYA AJA YANG BAYARIN COBA

milan: gak ada yang ngotak

jenar: terus?

milan: gue sama rossa follow-follow-an ige

milan: terus tukeran wassaf

milan: nah tadi tuh orang wassaf gue

jenar: dia bilang apa?

milan: "milan, makasih traktirannya ya."

milan: "next time, I'll return the favor."

milan: gue kaget tuh

milan: gue chat balik, "gue kan ngutang ke wirya, ros."

milan: katanya "gapapa, masih mending drpd biarin wirya bayarin nasgor gue."

milan: berasa kaya tumbal proyek gue

milan: terus pas gue belom bales, dia chat lagi

milan: "next time, gue yang traktir lo ya."

milan: gue iseng aja bales, "next time-nya kapan tuh? biasanya kalo gak pasti, jadi wacana doang."

milan: dibales, "besok mau gak?"

milan: ANJING GAK SIH

yuta: jomblo jangan banyak gaya

yuta: coba aja dulu

milan: nyet kalo gue sama dia

milan: kemungkinan 1) gue dipites sama wirya

milan: 2) gue dipites sama jaka

milan: 3) gue cuma dimanfaatin aja sama rossa karena gue gak tau soal dia sama wirya skrg tuh gimana

milan: galau bgt bgst ;(

jenar: lo tuh kenapa ya dimanfaatin cewe mulu

yuta: kualat, dulu dia jahat sama rossa

yuta: tapi yaudah sih, dicoba aja

tigra: bener, kalau gak lo coba, lo gak akan pernah tau

milan: masalahnya rossa sekarang cakep bgt :(

kun: terus opo problem'e?

milan: takut jatuh cinta :(

*

Dari Wuje masih ucrit dan baru bisa merangkak, Jenar sudah merasa, nih anak bakat cerewet dan berbacotnya gede banget.

Kelihatan saja, soalnya Wuje hobi banget nyerocos, walau ketika dia baru bisa merangkak, kata-katanya nggak jelas dan lebih mirip racauan. Kirain Jenar, semua bayi tuh kayak gitu. Tapi ketika dia cross-check ke anak teman-temannya yang lain, ternyata pada beda-beda.

"Lila sih bawel ya, cuma dia anaknya masih tergolong kalem. Rajin senyum juga. Kalau dikasih tau sama gue, nurut banget dan cepat dengarnya. Tapi dia paling nggak bisa lihat gue solat." Kun bercerita ketika suatu kali, Jenar bertanya dalam acara kumpul-kumpul bulanan bapak-bapak. Kali itu, sama kayak kejadian di Kintan Buffet, yang jadi sponsor utama adalah Lanang. Yah, walau hitungannya Lanang nggak merasa diporotin sih, karena mereka nongkrongnya di Starbucks.

"Kalau lihat lo solat, dia kepanasan gitu?" Yuta menanggapi.

"Kagak, njir. Lo kira anak gue setan?!" Kun mendelik. "Kalau lihat gue solat, dia suka nggak bisa diam. Kayak suka ngerangkak ngedeket, terus meluk kaki gue. Pas udah bisa jalan, lebih parah, suka manjat-manjat punggung waktu gue sujud. Nggak apa-apa sih sebenernya, cuma gue takut aja dia kesundul pantat gue terus jatuh, atau dia jatuh waktu gue ganti posisi."

"Oh..." Jenar manggut-manggut. "Kalau anak lo?"

Jadi yang ditatap, Tigra cepat menanggapi. "So far udah bisa manggil Mommy sama Daddy, tapi kayaknya Cherry memang anaknya kalem. Baru ngomel kalau dipaksa dipisahin dari Lanang. Apalagi kemaren tuh, pas bikin vlog bareng Lanang, buset dah, kagak mau pisah dia. Pegangan sama Lanang udah kayak nyawanya ada di tuh orang."

"Gue emang mudah disayangi tau, Bang." Lanang cengar-cengir.

"Berdoa aja anak lo bukan cewek ye." Yuta berujar. "Sampai anak lo cewek nantinya, bisa-bisa si Cherry cemburu buta tuh."

"Hah, emang bocil bisa cemburu?!" Lanang mengerjap kaget.

"Jelas, anjir. Nih si Queensha, suka anti banget sama mamaknya."

"Anti gimana?"

"Gue pernah tuh lagi tiduran di sofa teras belakang. Nah, si Roro dateng bawain minum. Terus gue ganti posisi jadi duduk. Otomatis, duduk sebelahan tuh gue sama si Roro. Namanya suasananya lagi mendukung yah, bini gue ndusel-ndusel sama gue."

"Idih."

"Nggak usah adah-idih, lo juga doyan!" Yuta melotot pada Jenar yang sibuk bergidik. "Tau-tau si Queensha muncul dari pintu belakang. Jalan gitu, tapi gimana sih bayi ya, masih oglek-oglek kagak jelas jalannya. Kayak dewa mabuk gitu deh."

"Anjrit, anak lo sendiri lo samain ama dewa mabuk!!" Milan menyambar, sedangkan Johnny hanya duduk tenang seraya menyesap iced Americano yang dia pesan.

"Lah, emang, abis jalannya sempoyongan." Yuta membela diri, terus melanjutkan ceritanya. "Tapi pas lihat si Roro deket sama gue, Queensha kayak orang kesurupan. Lari dong dia! Larinya bayi gimana sih! Yang panik malah gue, takut anaknya nyusruk. Walau nggak nyusruk sih. Dia nyampe di deket gue, terus langsung manjat buat duduk di pangkuan gue. Habis itu dia nyerocos nggak jelas, ngomel ke si Roro."

"Anjir, emaknya sendiri padahal..." Lanang geleng-geleng kepala.

"Kan udah gue bilang, ratu di rumah tuh Queensha. Si Roro mah dayang-dayang doang."

"Nggak cuma anak cewek sih, anak cowok juga suka cemburuan."

"Lah emang si Wuje juga gitu?"

"Iya, anjrit! Gue udah kenyang di-ayah-tirikan sama dia dari dia masih dalem perut!! Tiap gue mau yayang-yayangan sama bini gue tuh yah, dia selalu berulah!! Nendang sana, nendang sini! Capek deh gue!" Jenar bercerita dengan menggebu-gebu. "Kalau dipanggil 'Anak Papa', nggak pernah mau nengok. Tapi kalau dipanggil 'Anak Mama', langsung nengok sambil nyengir."

"Tapi bukannya kata pertamanya si Wuje tuh 'Papa' ya, Bang? Gue inget, waktu itu lo langsung broadcast WA terus Kak Reggy update status WA isinya lo mewek sambil peluk anak lo gara-gara anak lo manggil lo 'Papa'." 

Iya, sih, apa yang dibilang Lanang tuh benar.

Saat itu, Wuje baru berumur delapan bulan. Lagi bawel-bawelnya, tapi nggak pernah mengucapkan kata khusus. Masih bawel-bawel nggak jelas kayak bayi kebanyakan. Rei excited banget nungguin Wuje ngucapin kata pertamanya. Jenar juga sih, tapi dia nggak banyak berharap kalau kata pertamanya Wuje bakal berupa 'Papa'. Soalnya tuh bayi dari kerjaannya masih nyusu, mewek sama buang air dong memang sudah anak Mama banget.

Pokoknya, Mama segalanya, Papa nanti saja.

Sampai suatu hari, Rei ragu-ragu bilang sesuatu ke Jenar.

"Jella ngajakkin aku spa, Je. Bareng Kak Hyena, Ujuy, Jinny juga."

"Terus?"

"Aku bingung pengen ikut, tapi nanti yang jagain si bayi siapa ya?"

"Emang mau spa-nya kapan?"

"Weekend ini. Sabtu siang."

"Yaudah, pergi aja. Kan ada aku."

Rei sempat ragu. "Emangnya kamu bisa jagain si bayi?"

Jenar terpicu buat jadi sewot. "Bisa dong! Aku kan papanya."

Terus berujung pada Jenar memaksa istrinya tetap pergi bareng kakaknya dan segenap mamak-mamak grup Teh Tumpah. Selain karena dia merasa Rei patut dapat me time, juga karena dia mau buktiin kalau dia bisa jagain Wuje.

Paginya, saat mau pergi, Rei sudah sibuk banget menyiapkan segala sesuatunya. Dia rada khawatir, karena sejak ada si bayi, mereka selalu ngurus si bayi berdua. Nggak pernah sekalipun Jenar ngurus si bayi sendirian.

"Kalau si bayi laper, ambil ASI yang di kulkas ya. Udah aku siapin. Terus jangan dikasih makan keripik. Bubur bayinya Wuje juga jangan dicemilin, please. Jangan dibiarin megang spidol, nanti gigi sama bibirnya item semua kayak kemaren. Jangan dibiarin megang barang-barang yang kecil, takut keselek. Terus—"

"Hei, hei, Regina, love, slow down. Tuh kan, sikunya nabrak ujung meja!" Jenar meraih tangan Rei ketika dilihatnya istrinya ribet banget. "Aku tau, Regina. Just go and have fun, okay? Wuje bakal baik-baik aja sama aku."

"Kalau ada apa-apa, telepon aku ya?"

"Iya."

Jadiah, Jenar ditinggal bareng bayi umur delapan bulan yang sudah jago merangkak kemana-mana.

Sehabis Rei pergi dijemput mobilnya Hyena, Jenar kepikiran mau bikin kopi. Rencananya, sambil sekalian nonton siaran tinju di tv. Mumpung Wuje juga lagi nggak rewel. Nih kalau Rei tau anaknya diajakkin nonton tinju, pasti ngomel.

Tapi kan, Rei nggak tau.

Hehe.

Wuje sudah bangun, tapi nggak nangis. Jadi Jenar nggak terus menggendongnya. Dia membaringkan bocah itu di atas kasur lantai. Wuje tetap diam, sibuk mengemut jempol kakinya, sesekali melihat ke arah bapaknya yang lagi bikin kopi.

Selesai bikin kopi, Jenar meletakkan kopinya di atas meja, lanjut menyalakan tv. Ternyata, acara tinjunya belum mulai. Sambil menunggu, Jenar terpikir mau nyetel vinyl pada vinyl player di pojok ruangan. Dia memilih-milih sejenak, terus menarik vinyl-nya Cigarettes After Sex.

Waktu mau nyetel, Jenar baru terpikir sesuatu yang lain.

Dia menoleh ke Wuje. "Uy, bayi!"

Wuje balik memandang bapaknya.

"Kamu nggak bisa bahasa Inggris kan ya?"

Wuje nggak menjawab, hanya nyerocos pendek.

"Papa mau nyetel lagu seksi nih."

Wuje hanya mengerjap, memiringkan kepalanya sedikit. Jenar sempat bimbang, tapi ujung-ujungnya dia nggak jadi menyetel vinyl itu dan malah membuka handphonenya buat menyetel lagu Baby Shark.

Setelahnya, Jenar kembali duduk di sofa, menatap pada Wuje yang rebahan di kasur lantai, kini mulai mengunyah jari-jari mungil tangannya sendiri.

"Papa pengen makan bubur kamu lagi deh. Tapi nanti mama kamu ngomel."

Wuje berceloteh nggak jelas, ada kerut diantara kedua alisnya, tapi kemudian dia nyengir.

"Kamu laper nggak, btw? Mau biskuit?"

Wuje justru tepuk tangan.

"Tunggu ntar aja kali ya? Nurutin apa kata Mama kamu."

"Pa..."

Jenar membeku sejenak. "Hah, apaan?"

"Pa..."

"HAH?!"

"Pa... pa..."

"BAYI, KAMU BILANG APA BARUSAN?!!" Jenar beranjak dari sofa dengan dramatis.

"Pa... pa... pa... pa... pa... papa?"

Jenar histeris berat mendengarnya.

"Cherry juga lebih dulu lancar nyebut Daddy daripada Mommy sih..." Tigra ikut berkomentar, membuat lamunan Jenar terbuyarkan.  "Gemes banget kalau diinget-inget..." 

"Gemes, tapi nyebelin."

"Jangan gitu. Lo kan bisa nikah sama mamaknya karena dia ngotot buat terbentuk." Johnny menyela, setengah bercanda.

"Iya juga sih."

"Tapi kenapa gitu, tumben lo nanya-nanya soal itu."

"Wuje bawel banget, edan. Semua yang gue lakuin dia protes. Namanya bayi, ya ngomongnya belom jelas. Cuma ekspresi mukanya itu loh, kentara banget lagi marahin gue. Gue kira semua bocah tuh kayak gitu."

"Beda-beda dong. Perkembangan tiap anak kan nggak bisa disamain, karena tiap orang tua juga beda." Tigra berkata. "Kalau anak lo bawel, biasanya ya karena orang tuanya juga bawel dan suka ngomong. Kalau masih umur-umur segitu, mereka kan kebanyakan lagi dalam fase meniru. Semakin bawel lo sama bini lo, semakin banyak yang bisa dia tiru dan dia ingat. Makanya ngomongnya jangan sembarangan. Jangan juga suka nyetel acara atau konten sembarangan di dekat si bocah. Gampang diinget, meski belum tentu dia paham apa artinya."

"Nggak sih, gue ama Regina kan udah aku-kamu-an. Cuma emang masih suka debat."

"Kan."

"Tapi nggak apa-apa sih. Bagus juga. Kalau anaknya aktif ngomong, gede kemungkinan, kemampuan komunikasinya bagus."

"Woh, pantesan."

"Btw, soal lo sama Kak Ros gimana tuh, Bang?" Lanang membuka topik baru seraya menatap pada Milan yang lagi memotong cake red velvetnya.

"Oh, soal itu sih..."

"... gimana?"

"Lo pada pasti kaget." 





to be continued

***

a/n: 

jadi sudah kuputuskan, anak lanang adalah.... itu deh 

soal anaknya dhaka, ntar juga tersorot. 

begitu pula dengan akhi seno dan jinny 

kalo johnny sih... hm we pray for u and ur wife aja kali yak wkwk

next chapter, kayaknya guest star-nya queensha dan wuje. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top