Prolog
I want to become
all the memories
that inhabit me:
The forgotten,
the lost,
all the things I thought,
belonged to me...
but have far gone away.
All the things
I can no longer write about.
All the things
that take the best of me.
[A Brilliant Madness - RM Drake]
: Prolog :
❇❇❇
DISCLAIMER
Haiii... finally, saya published cerita ini juga. Colek Rasdianaisyah yang langsung joget-joget kayang. Jadi ini cerita pendek, gak sampe 20 bab. Ini juga ringan banget, jadi nggak usah pake mikir kalau mau baca, just for fun aja. Jangan ketipu sama prolog yang ... sok serius. Terus, ceritanya mainstream abis, watty banget *rollingeyes*
Terus, judul Brilliant Madness itu saya ambil dari bukunya puisinya RM Drake (noh, covernya kayak di mulmed). Yang penah baca Perfect Match mungkin inget kalau Mas Bay pernah nyontek puisi buat ngerayu Bimala. Nah, cerita ini juga ide awalnya gara-gara saya baca buku itu. Yang penasaran, beli sonooh di amazon, atau bisa intip-intip potongannya di IG rmdrake 😙😙😙
Oh iya, ini rate 18 ya. Nggak ada adegan bahaya sih, cuma tetep aja kata-katanya nggak pake sensor. Jadi, tolong ditanggapi dengan bijak.😇😇
Last but not least, semoga suka 😘😘
❇❇❇
Wanita murung itu duduk menekuk lutut. Napasnya tersengal, menahan tangis yang dirasanya sudah hampir merebak, membuat dadanya sesak karena terjangan emosi yang bertubi-tubi. Ia tahu, apa yang membuat jantungnya berdebar sampai dirasa mau meledak, tapi ... ia tak mengerti. Ia tidak tahu bagaimana benda sekecil itu bisa mempengaruhinya sedemikian kuat, menghantam pikirannya dengan kesadaran yang selama ini coba ia abaikan.
Pelan, lapisan bening itu mulai terbentuk, mengumpul di pelupuk dan bersiap untuk jatuh. Tapi, seolah mencemooh, butiran serupa kristal itu cuma menggantung sendu.
Ditariknya napas dalam-dalam, berharap bisa mendapat oksigen lebih banyak untuk menenangkan perasaannya yang bergejolak. Sekali ini saja ... dia ingin mengumpat, menyalahkan sialan yang sekarang hidup di hatinya. Sesuatu yang tidak seharusnya dibiarkan tumbuh. Sesuatu yang harusnya ditebas, sebelum akhirnya bertunas dengan beringas.
Bodohnya, dia terlambat menyadarinya.
Mata kelabunya tersaput air, menatap kotak beludru warna biru yang membuat perasaannya seperti disengat sembilu. Perlahan, diraihnya kalung emas putih bermata biru yang mengintip dari kotak dan dibawa ke dalam dekapannya. Bahunya berguncang pelan; panas pun dirasakannya di sekitar mata. Sekuat hati ia coba menahan tangis yang mulai berontak, mengoyak tanggul tipis yang tak lagi berkuasa menampung air mata yang hampir luber. Dibarengi hujan yang menderas karena awan hitam yang akhirnya berkhianat, tangisnya pun pecah.
Sementara di atas meja, sepasang cincin dengan dominasi emas putih dan round diamond tersemat di tengah, menatapnya nanar karena diabaikan. Jarum jam bergulir pelan, sepelan ingatannya yang mengumpulkan kenangan ke ratusan hari yang telah silam.
[....]
Content has been edited on August 08, 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top